Sempat tergusur oleh Brandon Williams dan Ashley Young, kini Luke Shaw tampak mulai menemukan performanya kembali untuk mengisi posisi bek kiri Manchester United.

Musim lalu menjadi musim yang berkesan bagi Luke Shaw. Untuk pertama kalinya sejak dibeli pada 2014, ia bisa menjadi bek kiri pilihan utama Manchester United. Tidak hanya itu, ia juga menutup musim 2018/2019 dengan menjadi pemain terbaik klub dan pemain terbaik pilihan rekan setim.

Apa yang ia raih saat itu merupakan puncak dari kariernya selama membela United. Sebelumnya, hari-hari Shaw dipenuhi berita-berita negatif. Dari cedera patah kaki yang membuat performanya menurun, badannya yang jauh dari kata ideal, hingga konfliknya dengan Jose Mourinho. Beruntung, mentalitasnya tidak goyah dan ia berhasil kembali jauh lebih baik dari sebelumnya.

Musim ini, Shaw sebenarnya kembali merasakan masa-masa tidak enaknya sebagai pemain sepakbola. Ia kembali tergusur oleh pemain lain setelah cedera mengharuskannya absen kurang lebih selama tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, posisinya mulai bergantian diisi oleh Ashley Young dan Brandon Williams.

Nama terakhir kini muncul sebagai idola baru. Tidak mengikuti pra-musim, namun Brandon mampu mencuri perhatian penggemar United melalui penampilannya. Ia memanfaatkan kesempatan yang diberikan sebaik mungkin. Bahkan, pada Desember lalu tersiar berita kalau Ole mulai tergerak untuk mengganti Luke Shaw dengan Brandon Williams sebagai bek kiri utama Setan Merah.

Namun, mentalitas pemain satu ini memang patut diberikan apresiasi. Sejak sembuh dari cedera, Shaw kembali menunjukkan permainan sepakbola yang baik layaknya pada musim lalu dan pekan-pekan sebelum ia kembali istirahat panjang pada musim ini. Enam pertandingan terakhir, ia membantu United mendapatkan lima clean sheet yang secara tidak langsung memperbaiki kualitas lini belakang tim yang sebelumnya mudah sekali kebobolan.

Bahkan, tidak tertutup kemungkinan bagi Shaw untuk mendapatkan kembali tempatnya di tim nasional Inggris. Pada September 2018 lalu, ia sempat kembali memperkuat tim Tiga Singa dalam laga UEFA Nations League melawan Spanyol. Akan tetapi, ia bermain hanya 53 menit dan sempat mengalami cedera kepala. Setelah itu, ia tidak pernah lagi mendapat panggilan hingga November 2018.

Mendapat panggilan tim nasional pada periode ini jelas menjadi harapan yang muncul dalam benak setiap pemain karena pada fase-fase akhir musim ini, setiap negara mulai melihat siapa-siapa saja pemain yang cocok untuk dibawa ke Euro 2020 nanti. Jika Shaw bisa mempertahankan penampilannya, bukan tidak mungkin ia akan kembali merasakan turnamen besar setelah Piala Dunia 2014.

“Bohong jika saya tidak berpikir tentang Euro. Namun saat ini, saya hanya harus kerja keras dan menundukkan kepala apa pun yang akan terjadi. Tapi, tentu saja menjadi impian semua pemain untuk bisa bermain di Euro,” kata Shaw.

Kita bisa melihat Luke Shaw hadir dalam wujud yang baru. The Athletic menyebut kalau Shaw bekerja lebih dekat dengan ahli gizi United untuk melakukan beberapa diet. Bahkan saat ini, bentuk tubuhnya sudah mendekati ideal yang memberikan pengaruh kepada penampilannya sejauh ini.

Pada pertandingan melawan Watford, Shaw mendapatkan nilai 8 dari Manchester Evening News. Cara dia bertahan dan menyerang sangat baik dan begitu disiplin. Determinasinya dan fighting spirit yang ia miliki juga sangat baik. Betapa dominannya Watford menyerang dari sisi kanan pertahanan United, membuat Shaw bisa lebih fokus untuk menyerang. Gol kedua dari Anthony Martial berasal dari pergerakannya ketika melakukan overlap.

Memang, terkadang Shaw masih suka sembrono ketika bermain. Contoh yang paling terlihat adalah ketika United sedang memulai build up play dari David de Gea pada laga melawan Watford. Ketika bola diberikan kepada Harry Maguire, Shaw justru beberapa kali mempersempit ruang Maguire untuk memberikan umpan sehingga pemain Watford menjadi mudah mempersempit area gerak mereka. Hal ini yang membuat Maguire kesulitan mengirim bola ke depan.

Selain itu, komunikasi juga masih menjadi kendala. Setiap Daniel James bermain melebar, Shaw justru tidak melakukan underlap atau mengisi ruang di depan kotak penalti (half space). Padahal, underlap menjadi atribut yang dimiliki Shaw sebagai seorang bek kiri. Pada laga melawan Watford, beberapa kali ia justru berada di belakang atau di samping James. Hal ini yang bisa membuat serangan United menjadi mudah sekali dipatahkan. Bahkan Shaw, James, hingga Martial bisa berada dalam satu area sehingga mereka menumpuk pemain. Ini yang membuat beberapa penonton kerap geregetan setiap melihat United melakukan build-up.

Namun, cela ini bukannya tidak bisa diperbaiki. Beruntung, pada babak kedua kombinasi Shaw dan James mulai berjalan dengan baik. Ketika satu pemain melakukan pergerakan melebar, maka yang lain akan mengisi half space. Begitu juga sebaliknya sehingga sisi kiri United tidak kaku layaknya pada babak pertama melawan Watford.

Peran Baru Dari Ole Gunnar Solskjaer

Luke Shaw kini berada dalam bayang-bayang Brandon Williams. Akan tetapi, persaingan dengan Brandon tidak membuatnya terancam. Sebaliknya, kehadiran pemain muda ini membuatnya semakin terpacu untuk terus tampil baik bersama United. Bahkan, Shaw justru tidak malu untuk menjadikan Brandon sebagai tempatnya belajar. “Saya mempelajari permainannya dan ia juga tahu seperti apa permainan saya. Jadi, ini bisa menjadi kerja sama yang baik antara kami berdua,” ujar Shaw.

Ole juga tidak perlu repot memikirkan harus memainkan siapa di pos bek kiri karena keduanya sama-sama mulai menunjukkan performa yang bagus sepanjang musim ini. Dia punya cara lain untuk mengakomodasi keduanya. Yang mulai terlihat dalam beberapa pekan terakhir adalah dengan memainkan formasi tiga bek.

“Luke adalah contoh pemain yang kembali tampilbagus setelah pemulihan. Sempat absen dua bulan, saat ini ia telah kembali dan menjajal posisi lain dengan baik. Ia lebih banyak berlari sebagai bek kiri ketimbang sebagai bek sayap kiri,” kata Ole.

Shaw kini menikmati peran barunya sebagai satu dari tiga bek tengah United dalam skema 3-4-2-1 atau 3-4-1-2 ala Ole. Yang menarik, Ole juga memainkan Brandon Williams secara bersamaan. Shaw menjadi bek tengah sebelah kiri, sedangkan Brandon menjadi wing back.

“Posisi ini (bek tengah) merupakan posisi yang kami rasa bisa ia jalani dengan baik sejak musim lalu. Dia bermain sangat baik melawan Lionel Messi pada laga United melawan Barcelona di Old Trafford,” kata Ole.

Dalam skema ini, formasi United tidak kaku sebatas 3-4-1-2 atau 5-3-2 ketika bertahan. Bahkan mereka bisa bermain dengan empat bek seperti biasa di tengah kombinasi antara tiga dan lima pemain belakang.

Situasinya seperti ini, jika Brandon Williams sedang menguasai bola di sisi kiri, maka wing back kanan yaitu Aaron Wan-Bissaka akan mundur sejajar dengan tiga bek untuk membuat formasi kembali menjadi empat bek dengan Luke Shaw kembali menjadi bek kiri. Begitu juga sebaliknya, jika bola berada di sisi Wan-Bissaka maka Brandon yang akan turun dan Shaw akan menjadi bek tengah.

Namun, melihat sisi kanan United yang tidak terlalu bagus untuk menyerang, maka sisi kiri menjadi sisi yang dominan. Yang menarik, Shaw terkadang masih berani melakukan overlap atau bahkan underlap dengan sistem permainan tiga bek yang dilakukan Ole.

“Saya benar-benar menikmati peran saya sebagai bek tengah di sebelah kiri, namun yang paling penting adalah membantu tim dan menikmati sepakbola,” kata Shaw.

Meski memiliki kerugian yaitu stamina yang mudah terkuras, namun lini belakang United jauh lebih seimbang dengan formasi ini. Bukan tidak mungkin, Ole akan mengasah formasi ini sebagai alternatif utama (ada kecenderungan ke arah sana) jika 4-2-3-1 andalannya mandek. Pada saat itu juga, kita akan melihat sosok Luke Shaw yang tidak hanya sekadar bek kiri utama melainkan juga bek tengah andalan Manchester United.