Foto: Manchester Evening News

Jika kedua pasangan “maut” ini tidak segera sadar, maka mereka akan mendapat label sebagai lulusan akademi yang gagal. Namanya perlahan akan tenggelam seiring perubahan yang mulai dilakukan oleh manajernya.

Sebuah klub bernama Manchester United pasti memiliki pemain muda potensial yang berasal dari akademi mereka sendiri. Mereka-mereka yang dicap “calon bintang masa depan” ini akan berlomba-lomba dengan pemain lainnya demi satu pencapaian yaitu menembus tim utama. Oleh karena itu, tidak jarang kita melihat pemain muda saling aksi menunjukkan skill agar bisa dilirik dan diangkat ke tim utama.

Namun, tidak semua bakat bisa berhasil. Davide Petrucci, Scott Wooton, Ryan Tunniclife, Ben Pearson, Josh Harrop, hingga Callum Gribbin, adalah nama yang kalau kita search di YouTube akan menemukan banyak video tentang penampilan apik bersama tim cadangan. Sayangnya, mereka-mereka ini bernasib kurang begitu baik dan tidak mendapatkan kesempatan masuk tim utama. Ada seleksi alam di sana dan nama-nama tadi adalah mereka-mereka yang punah.

Oleh karena itu, mereka yang bisa menembus tim utama melalui jalur akademi patut untuk bersyukur. Layaknya ajang pencari bakat, mereka-mereka ini berhasil mengalahkan peserta lain yang punya tujuan yang sama. Oleh karena itu, kesempatan yang ada di tim utama jangan disia-siakan.

Akan tetapi, sepakbola selalu menuntut untuk terus menjadi yang terbaik. Ketika pemain yang naik ke tim utama ini gagal, maka dia hanya akan menjadi pengganggu. Diberi kesempatan berkali-kali, namun tidak kunjung memberikan bukti, yang ada justru membuat manajer yang melatih mereka menjadi pusing dan frustrasi. Inilah yang sedang dirasakan Ole Gunnar Solskjaer terhadap dua pemain jebolan akademi yaitu Jesse Lingard dan Andreas Pereira.

Laga melawan Watford akhir pekan lalu menjadi momen yang membuat penggemar United bersorak. Itulah kali pertama (mungkin) mereka tidak melihat Jesse Lingard dan Andreas Pereira di dalam skuat. Bahkan nama mereka tidak terdaftar menjadi pemain cadangan. Ya, keduanya benar-benar tidak dibawa.

Inilah momen yang ditunggu-tunggu penggemar United sejak lama. Jika suporter berharap Ole mau membawa Tahith Chong dan Angel Gomes, maka di sisi lain mereka akan berharap kepada Ole agar tidak membawa kedua pemain tersebut.

“Kami harus memilih satu regu yang terdiri dari 18 pemain. Kami ingin pemain cadangan ini bisa memberi perlindungan di sektor sayap, penyerang, gelandang, dan bek, sehingga ini adalah keputusan yang saya buat dan kami rasa kami sudah melakukan pilihan yang tepat (tidak membawa Lingard dan Andreas),” kata Ole.

Lingard Menurun, Pereira yang Tidak ada Perkembangan

The Peoples Person menyebut dua pemain ini sebagai pasangan bermasalah. Salah satu teman penulis bahkan menyebut kedua pemain ini sebagai “Duet Maut Akhir Zaman”. Masih banyak sebutan-sebutan lain yang diberikan kepada keduanya yang mayoritas adalah sebutan negatif.

Alih-alih sebuah teguran, saya melihat Ole kini mulai frustrasi kepada dua pemain tersebut. “Semakin banyak kompetisi yang dimainkan, maka standar Anda harus ditingkatkan,” kata Ole setelah mencadangkan kedua pemain tersebut. Ketika kepercayaan yang sudah diberikan tidak membuahkan hasil yang baik, maka sikap tegas mau tidak mau harus dilakukan. Ini semua demi Manchester United yang baik. Tidak peduli kalau dia lulusan akademi sekalipun. Main buruk, maka mau tidak mau mereka harus diistirahatkan.

Pemain dengan 351 ribu subscriber YouTube ini bukan pemain yang jelek. Ia punya kecepatan, determinasi, dan skill individu yang bagus. Kita pernah melihat betapa bagusnya Jesse Lingard pada musim 2015/2016 dan 2017/2018. Meski menurun pada 2016/2017, namun ia menjadi pahlawan United tiap bermain di stadion Wembley. Ia adalah inti dari skema 3-4-2-1 Inggris di Piala Dunia 2018. Cerita kerja kerasnya yang malang melintang dipinjamkan demi United juga menjadi inspirasi.

Namun ketika usianya sudah 27 tahun, penampilannya justru kembali seperti pemain akademi yang baru pertama kali masuk tim utama. Musim ini, Lingard sudah bermain 33 kali. Jumlah yang sangat banyak bagi seorang pemain sepakbola. Akan tetapi, ia baru membuat dua gol dan satu asis. Ketiganya dibuat melawan tim-tim gurem yaitu Tranmere, Astana, dan Rochdale. Penampilannya di Premier League yang cenderung mengerikan. Gol ke gawang Neil Etheridge (Cardiff City) pada Desember 2018 merupakan kali terakhir ia mencetak gol di kompetisi tertinggi Inggris.

Andreas juga sama yaitu tidak lebih baik juga dari Lingard. Dari 35 kesempatan, hanya satu gol yang bisa dibuat. Empat asis yang diberikan juga sangat minim. Hal ini menandakan kalau ia butuh tujuh laga untuk bisa membuat satu asis/gol.

Penampilan melawan Club Brugge yang mungkin membuat Ole akhirnya habis kesabaran kepada Andreas. Dimainkan untuk menjadi gelandang box to box menemani Nemanja Matic, ia justru asyik saja menyerang dan berada di dekat kotak penalti. Entah ini instruksi Ole atau tidak, namun yang jelas keberadaan Pereira membuat Matic kerja sendiri menjaga lini tengah. Sebaliknya, keberadaan Andreas di depan juga tidak banyak berguna karena perannya bertabrakan dengan Lingard dan Juan Mata.

Saya masih ingat saat Andreas dipanggil kembali oleh Jose Mourinho dan posisinya diubah menjadi gelandang bertahan. Mou dihujat karena posisi terbaik Andreas adalah nomor 10 atau menjadi pemain sayap. Bersama Ole, kesempatan bermain di dua posisi tersebut diberikan, namun ternyata kontribusinya tidak sebanyak kepercayaan dirinya yang pernah berkata kalau dia bisa bermain seperti David Beckham.

Magis kedua pemain ini tampaknya benar-benar besar sampai-sampai seorang Zlatan Ibrahimovic diberitakan mau berkomentar dan mengajak kedua pemain ini untuk berlatih bersamanya bagaimana cara mencetak gol yang baik dan benar. Memang belum jelas apakah video ini benar atau tidak diberikan kepada Lingard dan Pereira, namun yang pasti ini menjadi sesuatu hal yang menarik jika video tersebut memang benar-benar ditujukan kepada keduanya.

Kedua pemain ini harus sadar kalau mereka kini sudah bukan pemain yang baru pertama kali masuk tim utama. Dari segi usia, mereka juga sudah memasuki fase menjadi pemain sepakbola yang matang. Lingard berusia 27 tahun sedangkan Andreas berusia 24 tahun. Bayangkan di usia yang sudah tidak lagi muda mereka mulai tidak dipercaya oleh banyak penggemar United kalau mereka benar-benar bisa bermain bola.

Mereka harus menyelesaikan masalahnya sendiri karena saat ini mereka tersingkir karena kehadiran sosok Bruno Fernandes yang sedang bagus-bagusnya dalam beberapa laga terakhir. Kalaupun Bruno absen, pilihan utama pasti akan jatuh ke Juan Mata. Tahith Chong dan Angel Gomes juga mungkin lebih sering diberi kesempatan agar mereka mau memperpanjang kontrak.

Tidak perlu ada ratapan seperti Andreas yang katanya tidak bisa tidur setelah dihujat karena bermain buruk melawan Liverpool. Nama kedua pemain ini bisa hilang jika mereka memilih untuk terpuruk dalam jurang kritikan alih-alih meningkatkan dirinya sendiri.