Sebuah komunitas pegiat anti rasisme di sepakbola, bernama Kick It Out kembali menelisik suporter Manchester United atas tuduhan lagu berbau rasisme terhadap eks pemain United, Shinji Kagawa. Sebelumnya pada bulan November silam, United jua mendapat teguran atas lagu yang berbau rasis terhadap pemain barunya, Romelu Lukaku.

Dilansir dari media asal Inggris, Independent, Kick It Out melaporkan sebuah video di mana para fans United tertangkap basah menyanyikan lagu yang berbau ofensif terhadap leluhur dari Kagawa. Video tersebut tersebar luas di sosial media pada Selasa pekan lalu.

Dalam video tersebut terlihat dan terdengar bahwa para fans United tengah berkumpul sesaat sebelum pertandingan melawan Brighton and Hove Albion. Penggalan lagu yang sering disebut chant tersebut mengandung peristiwa sejarah kelam di Pearl Harbor saat Perang Dunia II.

Nyanyian oleh para fans United ini tertangkap kamera seluler dan kemungkinan besar terjadi di sebuah klab bernama Tollgate Pub yang berlokasi tak jauh dari stadion Old Trafford.

Sejumlah besar massa terdengar menyanyikan; “Namanya Shinji, Shinji! Nama keduanya adalah Kagawa, Kagawa, Kagawa! Dia adalah pasangannya Carrick, pasangannya, pasangannya! Kakeknya yang mengebom Pearl Harbour, Pearl Harbour!”

“Sejatinya Kick It Out tidak sadar dengan adanya video yang diberitakan oleh The Independent. Dimana sekumpulan suporter United menyanyikan lagu tentang eks pemain mereka, Shinji Kagawa. Sayangnya bernada rasis dan stereotip.”

“Kami harapkan klub terkait (United) melakukan investigasi lebih lanjut terhadap temuan video tersebut dan menghukum para suporter yang terbukti menyanyikan lagu bernada rasis tersebut,” jelas Kick It Out dalam keterangan persnya.

Peristiwa Pearl Harbour memang tidak boleh dianggap remeh atau sebelah mata. Lantaran menurut sejarah sedikitnya 2.400 orang terenggut nyawanya dalam kejadian di tahun 1941 tersebut.

Saat itu pelabuhan militer milik Amerika Serikat, Hawaii dibom oleh pesawat-pesawat negeri sakura, Jepang. Di antara angka 2.400 tersebut 68 adalah warga sipil, setelahnya ditemukan sekitar 1.100 jiwa yang terenggut, di mana 64 diantaranya adalah para tentara Jepang.

“Tidak sedikit para suporter di klub-klub yang tersebar seluruh Inggris terlibat dengan aksi-aksi yang diskriminatif. Baik dalam pertandingan sepakbola maupun yang di luar stadion. Sehingga kami menilai segala aksi ini perlu segera di identifikasi dan ditangani secara baik oleh instansi yang terkait,” lanjut keterangan pers tersebut.

Kagawa sendiri kini sudah lepas cukup lama dari Old Trafford. Gelandang kreatif tersebut bermain dari tahun 2012 hingga 2014, mencatatkan 57 penampilan dan berhasil mencetak 6 gol sebelum akhirnya kembali ke Borussia Dortmund. Dirinya dianggap gagal membuktikan diri di bawah asuhan Sir Alex Ferguson dan David Moyes.

Terkait pelaporan ini, juru bicara Manchester United mengatakan bahwa pihak manajemen tak sadar dengan adanya kejadian ini. “Kami tidak tahu dengan adanya lagu ini, tapi jelas lagu tersebut sangatlah salah. Kami yakin mayoritas dari para fans akan menilai lagu ini tidak layak juga untuk dinyanyikan,” jelas juru bicara dari United.

Seperti dijelaskan sebelumnya, Kick It Out juga sudah pernah menangani kasus serupa untuk lagu Romelu Lukaku. Saat itu Lukaku mendapat lagu yang mengarah kepada bagian vital pemain asal Belgia tersebut. Nada rasis tergambar dari ukuran alat vital yang besar tersebut sering mengarah ke orang kulit hitam.

Hingga akhirnya United mendapat teguran dari asosiasi sepakbola Inggris untuk segera melakukan tindakan. Walau dikatakan dalam teguran tersebut tidak perlu diadakan sebuah investigasi lebih lanjut.

Di bawah peraturan sepakbola bertajuk Football (Offences) Act 1991, dikatakan bahwa adalah sebuah kejahatan jika seorang individu untuk melakukan aksi atau terlibat sebuah lagu (chant) yang mengandung nada tidak baik atau rasis dalam koneksinya dengan sebuah pertandingan sepakbola.

Lebih lanjut lagi lagu tersebut mengandung materi yang mengancam, melecehkan, dan menyinggung orang lain dari segi warna kulit, nasionalisme, etnis atau suku mereka.

Alhasil, terkait lagu Lukaku, United melalui media sosial Twitter mengutip komentar pemain berusia 24 tahun tersebut yang meminta secara khusus untuk menghentikan penggunaan lagu tersebut dinyanyikan para fans.

Permainan sepakbola dianggap sebagai olahraga pemersatu konflik. Seperti yang terjadi di Pantai Gading, dimana sepakbola berhasil menghentikan perang saudara melalui permainan sepakbola. Sehingga bibit-bibit rasisme yang bisa berbuah kebencian atau konflik haruslah dihilangkan dari sepakbola.

Bagaimana menurut Anda?

Sumber : Independent