Laga uji coba yang mempertemukan Prancis dan Italia sudah menginjak menit ke-87. Pelatih Les Bleus, Didier Deschamps, saat itu bersiap untuk memasukkan Steven Nzonzi untuk menggantikan Paul Pogba. Akan tetapi saat Pogba berjalan keluar, tidak ada tepukan yang gemuruh untuk pemain 25 tahun tersebut. Sebaliknya teriakan dan siulan bernada cemoohan bergema dari para pendukung Prancis.

Dalam pertandingan tersebut, Pogba bermain buruk. Beberapa kali ia mudah kehilangan bola. Umpan-umpannya banyak yang mudah terbaca lawan atau tidak bisa dijangkau rekan setimnya. Ia tidak bisa menguasai lini tengah karena dikalahkan pemain yang pengalamannya tidak sebanyak yang ia punya semisal Jorginho dan Rolando Mandragora.

Pogba semakin frustrasi. Dalam sebuah kesempatan, ia memilih untuk menendang bola dari jarak yang terbilang jauh alih-alih mengalirkan bola ke lini depan. Sepakannya pun justru berbelok dan mengarah ke bendera corner alih-alih ke gawang Italia.

Deschamps merasa khawatir apabila siulan tersebut berpengaruh kepada penampilan seluruh pemainnya di Rusia nanti. Akan tetapi, mantan pemain Chelsea itu memilih tidak ambil pusing dan menganggap siulan tersebut sebagai pelecut motivasi timnas Prancis agar bisa tampil lebih baik lagi.

“Siulan untuk Pogba? Saya rasa ketika kami menguasai bola mereka selalu bersiul. Itu sudah terjadi. Publik lebih suka membuat lima atau enam gol tetapi level yang kami lawan adalah level tinggi. Para pemain kami sudah melakukan hal yang tepat. Apakah mereka terpengaruh? Saya tidak tahu. Jika tidak maka itu akan lebih baik,” tutur Deschamps.

Kejadian yang menimpa eks Juventus ini adalah kali kedua yang menimpa dirinya dalam kurun tiga bulan terakhir. Saat beruji coba melawan Rusia Maret lalu, dia juga mendapat siulan dan cemoohan serupa dari para pendukung Beruang Merah. Yang disayangkan, teriakan dan ejekan tersebut mengarah ke rasisme. Selain Pogba, penggawa Barcelona Ousmane Dembele juga menjadi sasaran rasis pendukung Rusia.

Pogba pun mendapat dukungan dari rekan-rekannya di tim nasional. Salah duanya dari Corentin Tolliso dan Antoine Griezmann. Nama pertama bahkan terang-terangan mengutuk tingkah memalukan suporternya tersebut.

“Saya mendengar siulan itu. Tidak hanya untuk Pogba tapi juga (Florian) Thauvin. Apa yang mereka lakukan membuat saya merasa jengkel. Kami Prancis, kami semua bermain untuk negara kami Prancis dan berusaha mengeluarkan penampilan terbaik. Dia (Pogba) punya permainan bagus. Dia pekerja keras. Tapi apa yang ia terima menyakitkan saya karena saya pun tidak mau bersiul di Saint Ettiene meski saya pemain Lyon,” tutur Tolisso.

Nasihat yang lebih bijak keluar dari bibir Griezmann. Alih-alih mengkritik penonton, ia meminta sahabatnya tersebut menjadikan cemoohan tersebut sebagai pelecut untuk tampil lebih baik pada turnamen sesungguhnya.

“Siulan ejekan adalah bagian dari sepakbola. Anda harus tetap tangguh secara mental. Anda terbiasa melihatnya mencetak gol sementara kami tidak memaksa ia untuk membuat gol.”

Reaksi dari para pendukung Prancis tersebut bisa dibilang adalah akumulasi kekecewaan mereka akibat tidak adanya gelar Internasional yang mereka raih sejak Euro 2000. Bahkan dalam empat Piala Dunia terakhir, Prancis dua kali tersingkir pada babak penyisihan grup. Salah satu yang terburuk adalah ketika mereka tersingkir dari Afrika Selatan 2010 yang didorong isu mogok berlatih yang diinisiasi Patrice Evra. Hal ini yang disebut-sebut merupakan awal dari tidak harmonisnya para pemain Prancis dengan para pendukungnya.