Tak banyak yang mengetahui bahwa Jose Mourinho pernah membesut klub Portugal, Benfica, di awal karirnya sebagai pelatih. Ketika itu, awal musim 2000/2001 dan Liga Portugal berjalan empat pekan, tepat 20 September 2000 dia ditunjuk menggantikan Jupp Heynckes yang baru mengundurkan diri.

Sebelumnya, Mourinho menjadi asisten pelatih asal Jerman itu sejak awal musim; setelah meninggalkan jabatan sebagai asisten Louis van Gaal di Barcelona selama empat musim. Sayangnya, karir bersama Benfica hanya berlangsung tak sampai tiga bulan, setelah dia mundur jelang akhir tahun yang sama.

Kamis (19/10/2017) dini hari WIB, Mourinho kembali ke Estadio da Luz, markas Benfica. Namun, kini dia datang sebagai lawan, memimpin Manchester United dalam matchday 3 Grup A Liga Champions 2017/2018. Meskipun timnya sempat kesulitan menguasai bola dan mengembangkan permainan; bahkan The Red Devils tidak banyak mengancam gawang lawan sepanjang babak pertama, karena pressing sangat ketat dan beberapa ancaman serangan balik dari ‘sang mantan’, namun Mourinho beruntung bisa membawa pulang kemenangan setelah unggul tipis 1-0 akibat blunder kiper Benfica.

Lalu, bagaimana komentar manajer berjuluk The Special One itu di akhir pertandingan? Meski sama sekali tak menyinggung soal kenangannya bersama Benfica di masa lalu, namun Mourinho tampak sangat bahagia bisa meraih kemenangan.

“Ini adalah sebuah pertandingan di mana rambut putih saya tidak bertambah satu, karena semuanya berjalan kalem, penuh kendali. Sejak awal kami tidak ingin kalah di pertandingan ini, menyadari sebuah poin akan berarti positif buat kami. Mereka main dari atas ke bawah, sedang kami melakukan sebaliknya selama pertandingan,” ucapnya pada MUTV.

Mourinho sendiri bukan satu-satunya mantan Benfica dalam pertandingan itu. Adapula dua pemain yang sebelum memperkuat United juga pernah membela klub berjuluk Aguias tersebut. Keduanya adalah penggawa anyar tim Setan Merah, yakni gelandang Nemanja Matic dan bek Victor Lindelof yang baru saja direkrut pada musim panas 2017 lalu. Nama pertama datang ke Old Trafford memang bukan dari Benfica. Penggawa andalan tim nasional Serbia itu dipinang dari Chelsea, namun pernah memperkuat Benfica periode 2011-2014, sebelum membela The Blues kedua kali sejak Januari 2014.

Sementara Lindelof sendiri, tentunya memiliki kenangan tentang klub yang bermarkas di kota Lisbon itu yang masih sangat melekat di benaknya. Pasalnya, bek berusia 23 tahun tersebut masih tercatat dalam skuat Benfica pada musim lalu.

Pada musim 2016/2017 itu pula namanya menjadi perhatian banyak klub raksasa Eropa, setelah tampil impresif di bawah asuhan pelatih Rui Vitoria dengan hasil dua trofi; juara Liga Portugal dan Piala Portugal, sehingga Mourinho merekrutnya. Lindelof dipinang dengan 35 juta euro, setelah menghabiskan lima musim bersama Benfica, termasuk di akademinya.

Ketika United melawat ke markas Benfica, keduanya pun diturunkan Mourinho sejak menit pertama. Mereka bertiga tampil di hadapan para fans yang dahulu pernah memberikan dukungan luar biasa, namun kini malah berada pada posisi berseberangan.

Meski begitu, baik Mourinho, Matic, ataupun Lindelof tampak sepertinya sama sekali tak tertekan atau merasa sungkan. Kedua penggawa yang berlaga di lapangan bersama rekan-rekan The Red Devils malah tampil cukup baik untuk membantu timnya mengalahkan mantan klub mereka sendiri. demi meraih kemenangan penting pada laga itu.

Bahkan, usai pertandingan, Lindelof malah mengaku sangat senang bisa meraih kemenangan atas sang mantan. “Sungguh menyenangkan untuk kembali ke sini dan mendapatkan kemenangan. Saya datang ke sini ketika saya masih 17 tahun dan saya tumbuh sebagai seseorang di sini, jadi ini akan selalu menjadi tempat yang spesial. Kami pun mengendalikan pertandingan secara penuh, mereka memang memiliki sejumlah peluang pada babak pertama, namun terlepas dari itu kami memegang kendali,” ungkap bek andalan tim nasional Swedia tersebut ketika diwawancarai oleh kru MUTV.

Sedangkan Matic mengakui bahwa Benfica memang sempat tampil merepotkan timnya. Namun, dia sangat bersyukur bisa membawa pulang poin penuh dari markas mantan klubnya tersebut. “Mereka sangat terorganisir namun kami jauh lebih banyak mengendalikan bola. Kami tentunya punya sedikit keberuntungan dengan gol [yang dicetak Marcus Rashford] namun kami juga tak lupa menciptakan banyak peluang dan punya kesempatan sangat bagus dari serangan balik. Yang penting kami telah mendapatkan tiga poin dan memuncaki klasemen. Saya sangat senang untuk tim ini,” ucap Matic pula, juga kepada MUTV. Apapun itu, profesionalisme memang lebih penting dibanding romantisme.