Bagi klub-klub sepakbola Eropa, seperti Manchester United, akademi jadi salah satu bagian penting perkembangan tim di masa depan. Soal efisiensi dana, di mana membina para pemain dari usia muda jauh lebih hemat dibandingkan merekrutnya setelah menjadi bintang, tentu saja jadi alasan utama. Namun, selain itu, klub juga ingin menunjukkan bahwa mereka menjadi besar bukan hanya karena bisa mendatangkan banyak pemain kelas dunia. Mereka juga mampu melahirkan para bintang untuk masa depan. Kesuksesan sebuah klub tak hanya dilihat dari tim seniornya, tapi juga tim akademinya.

Manchester United sendiri telah melahirkan banyak bintang sepakbola dunia. Tak hanya dari Inggris, akademi tim Setan Merah juga mengeluarkan sejumlah pemain yang kemudian jadi pahlawan di berbagai tim nasional negara-negara dunia.

Generasi paling sukses dari akademi United tentu saja generasi ‘Class of ‘92’; di antaranya David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, Gary dan Phil Neville, serta Ryan Giggs. Mereka berhasil mempersembahkan puluhan trofi, termasuk memenangkan treble winners 1998/1999 dengan menjuarai Liga Champions, di era manajer legendaris Sir Alex Ferguson.

Meski tidak seramai generasi Beckham dkk., dalam beberapa tahun terakhir tetap masih ada wakil-wakil akademi United yang berjaya di tim utama setelah mendapat promosi. Musim lalu, ada nama gelandang Jesse Lingard dan striker Marcus Rashford; meski nama terakhir mulai terpinggirkan dari skuat starting eleven manajer Jose Mourinho. Selain itu, ada pula gelandang Scott McTominay yang belakangan mencuri perhatian. Tak hanya itu, setidaknya ada delapan pemain lain di skuat utama musim lalu yang merupakan alumni akademi, meski kebanyakan menjalani peminjaman di klub lain.

Memang tidak banyak lulusan akademi yang bisa dengan cepat menembus tim utama. Selain terus bekerja keras dan memanfaatkan kesempatan dari pelatih, para pemain akademi juga harus mampu membangun motivasi sendiri untuk bisa menjadi bintang.

Lingard mengakui bahwa para legenda tim termasuk cukup banyak memengaruhi permainannya sehingga berkembang pesat dalam beberapa tahun belakang. Oleh karena itu, dia berani menyimpulkan bahwa keterlibatan para legenda di level akademi bisa turut meningkatkan kemajuan para pemain muda United di masa yang akan datang.

Menurut Lingard, Scholes merupakan salah seorang legenda The Red Devils yang aktif menemui para pemain muda untuk berbincang dengan mereka, termasuk ketika dirinya masih berada di akademi. Pemain 25 tahun bernomor punggung ‘14’ itu mengaku merasakan betul pengaruh yang dihadirkan sosok ikonik seperti Scholes bagi pertumbuhan para pemain muda.

“Scholes, Giggs, Rio [Ferdinand], [Wayne] Rooney saat saya menembus tim utama dari akademi, mereka semua selalu berada di sana untuk memberikan dukungan,” ungkap Lingard belum lama ini, seperti dilansir Goal Internasional.

“Memiliki mereka di level akademi untuk memberikan Anda nasihat, juga Anda bisa maksimalkan dengan berlatih bersama mereka. Sekarang, saya merasakan manfaat dari hal itu semua,” tambah pemain kelahiran Warrington, Inggris, 15 Desember 1992 tersebut.

Oleh karena itu, Lingard merasa para legenda United harus rajin-rajin hadir di jenjang akademi klub untuk memberikan motivasi bagi para juniornya. Tak hanya membagikan pengalaman secara teori, mereka juga bisa berlatih bersama di lapangan, untuk menurunkan trik-trik dan tips ketika menjalankan permain dalam pertandingan.

Lingard sendiri yang bergabung ke akademi United sejak masih berusia tujuh tahun pada 2000 silam, baru berhasil menembus tim utama United pada pertengahan musim 2011/2012 saat Sir Alex masih menjabat. Musim berikutnya, pemain yang awalnya berposisi sebagai winger kiri itu mulai terdaftar secara resmi dalam skuat tim utama; meski dirinya belum sekalipun mencicipi laga dalam tiga musim pertama. Lingard mendapatkan debut pada musim 2014/2015 di era pelatih Louis van Gaal, dan jadi satu-satunya penampilannya musim itu; sebelum mulai dipercaya penuh pada musim berikutnya.

Pada musim 2017/2018 lalu, Mourinho mencoba memasang Lingard sebagai gelandang serang di belakang tiga striker dalam skema 4-3-3 yang memanfaatkan dua penyerang sayap. Ternyata, dia mampu menjalankan peran tersebut dengan baik, sehingga pelatih berkebangsaan Portugal itu pun semakin terpikat pada bakat besar Lingard.

Peran yang sama kemudian juga dijalankannya bersama tim nasional Inggris, termasuk di Piala Dunia 2018. Kedepannya, bukan tak mungkin pemilik 14 caps tersebut akan menjadi legenda United berikutnya yang mampu memotivasi para junior di akademi.