Foto: Planet Football

Eric Cantona adalah salah satu pemain terbaik yang begitu dicintai oleh publik Old Trafford. Salah satu aspek yang membuatnya dicintai adalah keberaniannya. Cantona dikenal sebagai pemain yang tidak memiliki rasa takut. Ia tidak segan-segan akan memberi pelajaran kepada orang-orang yang ia anggap sebagai pengganggu.

Rekan setimnya di Auxerre, Bruno Martini, pernah dibogem oleh Cantona. Ia juga pernah terlibat kisruh dengan Laurent Blanc dan Carlos Valderrama saat memperkuat Marseille. Ketika mencetak gol ke gawang Leeds United, mantan klubnya, ia dengan percaya diri merayakannya di dekat tribun tuan rumah. Yang paling diingat sudah pasti tendangan kungfu ke wajah Matthew Simmons yang merupakan pendukung Crystal Palace. Sebuah perisitiwa yang membuatnya dihukum larangan bermain selama delapan bulan.

Semua perisitiwa tersebut menunjukkan kalau Cantona seperti tidak punya rasa takut. “Jangan macam-macam dengan saya, karena saya adalah raja,” mungkin seperti itu yang ingin diucapkan oleh Cantona kepada mereka. Arogansinya ini kemudian membuatnya begitu dicintai karena diimbangi oleh skill main bola yang begitu aduhai. Oleh karena itu, wajar jika dia dibuatkan chant ‘Eric drink with the king’ yang begitu terkenal itu.

“Saya ingin melihat Fergie marah kepada Cantona setelah insiden kungfu tersebut. Tetapi, dia tidak mengatakan apa-apa kepadanya dan itu membuat saya terkejut. Sebelumnya, semua pemain kena amarah Ferguson tapi Cantona tidak,” kata Gary Pallister menceritakan kalau Sir Alex pun tidak bisa melawan Cantona.

Namun, Cantona tetap seorang manusia biasa. Ternyata, dia juga memiliki rasa takut yang dikhawatirkan akan terjadi di kemudian hari. Salah satunya adalah ketakutan akan nama besarnya yang dilupakan oleh para penggemar Setan Merah. Ada kecemasan yang menghantui dirinya kalau namanya tidak lagi digaungkan oleh para penonton yang hadir di stadion Old Trafford.

“Saya sangat merasa bangga dan hebat karena nama saya masih dinyanyikan. Akan tetapi, saya juga merasa takut ketika mereka akan berhenti. Suatu hari nanti, mereka akan berhenti,” kata pemain yang tidak pernah mencicipi nikmatnya bermain di Piala Dunia ini dalam United Podcast.

Wajar jika seorang Eric Cantona takut. Seiring berjalannya waktu, para legenda-legenda baru dari United akan bermunculan yang perlahan akan menggeser nama-nama legendaris sebelumnya. Belum lagi seorang Cantona tidak dikenang dalam bentuk patung layaknya The United Trinity sehingga dikhawatirkan penggemar baru United tidak ada yang mengenal sosok Cantona.

Perayaan Songong Eric Cantona

Selain membahas soal ketakutannya terkait status legenda yang bisa saja hilang sewaktu-waktu, Cantona juga bercerita soal perayaan golnya yang selalu dikenang sampai kapan pun yaitu saat dia merayakan gol chip ke gawang Sunderland pada musim 1996/1997.

Selain prosesnya, perayaan Eric setelah gol tersebut juga menjadi momen yang akan selalu dikenang. Ia memilih untuk berdiri tegap, membusungkan dada, dan menatap sekeliling stadion yang bersorak kegirangan dengan kerah pakaian yang terangkat sebelum ia mengangkat tangan dan memeluk Brian McClair.

“Saya tidak pernah merayakan gol dengan cara yang sama karena setiap gol punya makna yang berbeda baik dari segi energi hingga semuanya. Saya juga tidak tahu kenapa saya harus merayakan gol itu dengan cara seperti itu. Mungkin karena penjaga gawangnya adalah orang Prancis,” tuturnya.

Penjaga gawang Sunderland saat itu adalah Lionel Perez yang merupakan mantan pemain Nimes pada 1991. Perayaan itu ia lakukan untuk mengintimidasi balik Perez atas sikap yang dilakukan sebelum pertandingan. Ia menceritakan lagi kejadian saat Perez menolak menerima jabatan tangan Cantona.

“Di terowongan, saya datang kepadanya untuk menjabat tangannya dan menyapa dia karena saya belum melihatnya lagi sejak saya meninggalkan Nimes. Itu adalah klub terakhir saya di Prancis. Akan tetapi, dia tidak ingin menjabat tangan saya. Jadi mungkin saya merayakan gol karena itu. Gol-gol semacam itu adalah penghinaan bagi seorang penjaga gawang. Begitu juga perayaannya karena Anda tidak bisa marah dan tidak bisa berlari ke mana-mana sedangkan saya hanya berdiri di sana sambil berujar ‘Lihat saya.”

Dari 82 gol yang sudah ia buat selama lima musim bersama United, hanya gol ini saja yang terus terkenang dalam benak penggemar Manchester United. Setiap memasuki tanggal 21 Desember, maka pegiat sejarah klub akan selalu mengunggah video gol ini untuk mengenang kembali kehebatannya. Jangan lupakan juga perayaan yang membuat orang terus merasa kagum akan sosoknya.

Dari sini saja sudah terlihat kalau nama Eric Cantona tampaknya tidak akan pernah bisa dilupakan oleh siapa pun seperti yang ia takutkan. Arogansinya akan selalu dikenang. Bayangkan saja, hanya dia yang berani menyebut kalau pencapaian timnas Inggris pada Piala Dunia 1966 tidak berarti apa-apa karena yang paling besar saat itu adalah kelahiran dia ke muka bumi ini.

Namun, seperti yang sudah dibilang sebelumnya, arogansi milik Cantona adalah arogansi yang ia pertanggung jawabkan melalui penampilan apik di atas lapangan. Inilah yang membuat namanya akan abadi di hati penggemar United.