Foto: Mirror.co.uk

Paul Pogba mendapat kecaman dari salah satu legenda Manchester United Paul Scholes atas penampilannya. Pogba juga disalahkan atas stagnannya bentuk performa United, yang akhirnya membuat mereka berada di urutan keenam di Premier League.

Selain itu, Paul Scholes telah menuduh gelandang berusia 26 tahun itusudah tidak mampu bermain dengan sepenuh hati karena sedang berada dalam “dunia fantasi kecilnya sendiri”. Bentuk permainan Pogba sudah dianggap tidak konsisten lagi di musim ini, dan meskipun ia mendapat nominasi pemain terbaik (PFA) tahun ini, ia tetap tidak akan meninggalkan kesan apapun.

Di sisi lain, pemain internasional Prancis itu sekarang sedang gencar-gencarnya dikaitkan dengan kepindahannya dari Old Trafford pada musim panas nanti. Hal inilah yang kemudian membuat Scholes percaya, bahwa spekulasi seperti itu telah terus-menerus menjadi penyebab United kebingungan karena melihat Pogba sudah kehilangan gairahnya ketika bermain bersama mereka.

“Ada kebingungan yang dirasakan United. Seperti misalnya spekulasi apakah Pogba akan tinggal atau dia akan pergi. Dulu, United sebenarnya pernah banyak kehilangan pemain top, dan itu tidak benar-benar mempengaruhi mereka. Mereka sudah pernah kehilangan pemain seperti Roy Keane, David Beckham, Cristiano Ronaldo dan juga Ruud van Nistelrooy,” tutur Paul Scholes dilanisr dari MEN Sports.

“Semua pemain top itu meninggalkan klub tanpa membuat bingung. Tapi sekarang, mereka (United) sudah tidak seperti itu lagi. Semua orang sudah mengenal Paul Pogba dengan segala potensinya, dan diusianya yang sudah 26 tahun, dia adalah pemain penting di tim utama. Dengan spekulasi yang menyertai kepergian Pogba, United pasti akan kebingungan, dan juga akan sangat merasa kehilangan.”

Bagaimanapun, banyak yang telah memberikan masukan tentang apa yang perlu dilakukan Manchester United untuk mendapatkan yang terbaik dari sang gelandang bintangnya seperti Paul Pogba. Mereka pun sejatinya sudah melakukan satu langkah yang pas ketika memecat Jose Mourinho karena sempat bermasalah dengan Pogba.

Namun kendati begitu, United tampaknya tidak mengantisipasi bahwa akan ada masalah baru yang muncul dari pemain bintangnya itu. Pasalnya, sejak Mourinho pergi dan United melakuka perombakan yang diatur sedemikian rupa untuk mengakomodasi Pogba, ia masih tetap gagal menciptakan konsistensi dalam caranya bermain.

Menanggapi persoalan tersebut, Scholes lalu percaya bahwa masalah yang ada di United saat ini sebenarnya terletak pada Paul Pogba. Menurutnya, pasukan Setan Merah tidak akan pernah bisa beranjak maju dan menemukan kualitas terbaiknya bila masih berkutat pada persoalan “memanjakan Pogba” demi kestabilan timnya.

Scholes juga menambahkan dengan mengatakan jika Pogba sebenarnya harus lebih bersikap “tahu diri” dan lebih menonjolkan kesederhanaan. Karena dengan begitu, baik tim maupun orang-orang disekelilingnya akan lebih mudah untuk menghargai dan saling mengerti satu sama lain. Hal seperti ini yang justru nantinya akan menciptakan kestabilan dan konsistensi United kedepannya.

“Dia (Pogba) selalu berpikir bahwa dia adalah pemain besar, pemain yang perlu menunjukkan kepada orang-orang bahwa dia yang terbaik di dunia, padahal dia seharusnya tidak bersikap seperti itu. Dia hanya perlu bermain sederhana, karena dia punya rekan satu tim di sekelilingnya yang harus menghargai dia,” tambah Scholes.

“Dia (Pogba) adalah anak yang baik, tapi saya hanya tidak berpikir dia sudah mengerti tentang artinya kedewasaan. Di Juventus, saya bisa melihat dia sebagai pemain lini tengah terbaik di dunia tanpa bayang-bayang keraguan. Saya pikir itu karena dia memiliki manajer yang kuat, yang mampu membuatnya lebih mandiri dan tidak dimanjakan seperti halnya yang United lakukan sekarang.”

“Dia (Pogba) memiliki potensi spesial, tapi dia butuh bimbingan. Tapi saya kira United tidak memiliki kemampuan itu. Mereka hanya bisa memanjakannya. Padahal dia bisa menjadi pemain yang hebat, namun pada kenyataannya, dia hanya bisa berkutat pada ‘dunia fantasi kecilnya sendiri’. Dia harus sadar dan mengerti akan hal itu, agar dia kelak berpikir bahwa dia bisa berubah menjadi yang lebih baik dari sekarang.”

 

Sumber: Manchester Evening News