Jose Mourinho dikenal sebagai salah seorang sosok yang sangat sering berseteru dengan banyak pihak. Tak hanya dengan wasit di lapangan hijau, tapi juga dengan pemain sendiri dan para kompatriotnya sesama pelatih.

Seperti belakangan ini, masalah utama kepribadian pelatih berkebangsaan Portugal itu kembali mengemuka, di mana dia terlibat perang secara verbal dengan manajer Chelsea Antonio Conte melalui media massa. Hubungan mereka memanas setelah Mourinho melontarkan pernyataan kontroversial yang secara tersirat mengejek Conte seperti badut.

Baca juga: Kata Capello Soal Perselisihan Mou dan Conte

Melihat kepribadian negatif Mourinho itu, tak salah jika salah seorang pemain legendaris Premier League Inggris Paulo Di Canio memberinya julukan baru sebagai ‘raja perang mulut’. Eks penyerang internasional Italia yang pernah memperkuat sejumlah klub Britania Raya pada periode 1996-2004, termasuk West Ham United itu berpendapata bahwa Mourinho adalah rajanya adu mulut, sehingga jangan coba-coba bagi siapa saja untuk meladeni manajer berusia 54 tahun tersebut dalam urusan perang secara verbal, jika tidak ingin dipermalukan dan merasakan kekalahan hingga berkali-kali.

Baca juga: Riwayat Perselisihan Mou dan Conte (Bagian 1), (Bagian 2).

Makanya, Di Canio pun sangat menyanyangkan sikap Conte yang terus meladeni Mourinho dalam perang mulut. Mantan pemain yang kini sudah berusia 49 tahun itu menilai tak seharusnya rekan senegaranya dari Italia itu menghabiskan waktu melakukan psywar melawan Mourinho, karena hal itu hanya akan berujung sia-sia. Bahkan, Di Canio menyebut eks rekannya di Juventus pada era 1990-an itu telah terjebak dalam perangkap khas pelatih yang menjuluki dirinya sebagai The Special One tersebut; yang memang suka berseteru dengan banyak pihak dan terlibat psywar di media massa.

“Antonio telah terjatuh ke dalam perangkap Mourinho. Manajer Chelsea ini adalah salah satu yang terbaik di dunia, tapi untuk urusan itu [perang mulut], dia kalah 10-0 dari Mourinho. Saya tidak ingin mengatakan siapa yang benar, tapi mereka berdua jelas salah. Namun, jika Anda mencoba untuk masuk ke dalam perang mulut, Anda harus mendokumentasikannya, jangan memakai insting dan amarah untuk mengatakan segala sesuatunya yang berisiko, sebab Anda juga akan mendapatkan terminologi yang salah,” ungkap Di Canio mengomentarinya, seperti dikutip dari Goal Internasional.

“Karena dengan ini semua, artinya Anda kalah dengan rival Anda. Sebab Mourinho adalah master dalam urusan yang satu ini,” pungkas penyerang yang pernah memperkuat Sheffield Wednesday, West Ham dan Charlton Athletic dengan koleksi 66 gol dalam 190 laga di Premier League selama delapan musim tersebut.

Oleh karena itu, pria yang ‘gantung sepatu’ sejak akhir musim 2007/2008, serta sempat menjalani karier kepelatihan bersama Swindon Town dan Sunderland pada 2011-2013 itu menyarankan Conte lebih baik diam dan tidak membalas sindiran dari Mourinho.

Seperti diketahui, pada awal Januari 2018 lalu, Mourinho kembali melontarkan pernyataan yang membuat kuping Conte panas. Secara tersirat, dia memandang rivalnya tersebut, dan juga manajer Liverpool Jurgen Klopp memiliki tingkah layaknya badut ketika memimpin timnya masing-masing di pinggir lapangan.

Tak terima diejek seperti itu, Conte pun membalas dengan menyebut Mourinho yang sebenarnya lebih layak disebut badut, karena juga pernah bersikap berlebihan saat merayakan kemenangan timnya di masa lalu, tepatnya ketika dia masih menukangi Inter Milan pada 2008-2010.

Perang mulut mereka pun semakin panas, di mana Mourinho mengungkit masa lalu Conte setelah rivalnya itu membahas tentang masa lalu dirinya. Pelatih kelahiran Setubal, Portugal, 26 Januari 1963 itu pun menyinggung soal keterlibatan Conte dalam skandal pengaturan skor di Serie A Italia saat membesut Siena pada musim 2010/2011.

Tensi keduanya terus meninggi, di mana mantan pelatih Juventus itu kemudian menyebut Mourinho bersikap layaknya ‘orang kecil’ dan memiliki karakter ‘palsu’, dengan menggambarkan sikap sang kompetitornya itu dalam menghadapi masalah.

Menariknya, sebelumnya pada musim 2017/2018 ini Mourinho juga sempat terlibat perang mulut dengan manajer Manchester City Pep Guardiola di media massa, setelah United ditaklukkan musuh sekotanya itu di Old Trafford. Mourinho dan Guardiola memang memiliki hubungan yang kurang harmonis sejak sama-sama berkarier di La Liga Spanyol beberapa tahun lalu. Namun, baru-baru ini dia mengaku sebenarnya tak ingin bermusuhan dengan rekannya sesama pelatih.

“Tapi sebenarnya, saya tidak menikmatinya. Itulah mengapa saya menganggap [perang mulut dengan Conte] sudah berakhir. Terkadang memang ada kesalahan dari saya. Tapi terkadang juga kesalahan muncul dari manajer yang lain,” pungkas Mourinho seperti mengungkapkan isi lubuk hatinya yang sebenarnya.