Eks duo tim Manchester, Owen Hargreaves, menjelaskan sebuah kisah yang mengesankan dan merangkum kesempurnaan ceritanya itu soal cara Sir Alex Ferguson mengambil segala kemungkinan untuk mengayomi para pemainnya di Manchester United.

Selayaknya yang diketahui, Sir Alex Ferguson adalah seorang pelatih yang berhasil memimpin era paling sukses dalam sejarah klub, termasuk 13 gelar dan dua kemenangan Liga Champions, selama periode 27 tahun bersama United. Dan saat ini, sudah hampir lima tahun setelah ia pensiun, era tersebut terasa sirna di kubu United. Meski telah memenangkan tiga trophy utama sejak sepeninggal Fergie, The Red Devils masih berada dalam belenggu inkonsistensi di setiap musimnya.

Padahal, Manchester United sangatlah dikenal sebagai ‘tim petarung’ yang konsisten di setiap musimnya. Menyikapi hal itu, Owen Hargreaves menilai jika situasi ini sangat berkebalikan dengan situasi di era Fergie, dan ia pun membuat catatan spesial tentang bagaimana Ferguson memberi tahu para pemainnya untuk tetap berjuang hingga akhir musim. Bahkan kepada para pemainnya yang tidak tidak ia percayai untuk tetap memiliki jiwa petarung di setiap pekannya.

“Saya ingat ketika saya pertama kali datang dan bergabung dengan United pada 2007, saya berada di Asia saat itu. Seingat saya, saya berada di suatu tempat di pra-musim. Saat itu, dia (Ferguson) mengatakan kepada saya, bahwa tim ini memiliki semua pemain dari berbagai negara, dan saya harus membantu tim mmenangkan liga dan Liga Champions. Dan dia memiliki sebuah tuntutan, dan memiliki beberapa nama spesial di dalam daftarnya,“ jelas Hargreaves.

“Dia lalu melanjutkan dengan berkata, ‘Ada beberapa nama di sini yang menurut saya akan mengecewakan tim. Pastikan nama kalian tidak ada di daftar ini’. Dan semua orang lalu berlari keluar dari ruangan itu, dan pada dasarnya mereka semua berusaha melewati pintu dan tidak ingin namanya masuk ke dalam daftar sang pelatih. Itulah gambaran hal yang dia lakukan. Dan dia melakukan dengan baik, dia membuat para pemain tidak ingin mengecewakannya karena dia sendiri tidak ingin memiliki pemain yang mengecewakan.”

Jika melihat apa yang dilakukan Sir Alex Ferguson, mungkin rasanya akan sulit untuk diterapkan kembali ke dalam skema taktis sepakbola modern seperti saat ni. Karena pada dasarnya, cara etika kolektif yang dibawa oleh Ferguson kepada para pemainnya adalah satu contoh bukti bahwa ia memiliki aura yang kharismatik dan magis. Bayangkan saja, seseorang yang tanpa taktik rumit atau cara bermain yang dirancang sedemikian rupa, justru berhasil menciptakan sekelompok tim yang tanpa henti mampu bersaing mendapatkan gelar di setiap musimnya.

Dengan ditambah karakteristik Sir Alex Ferguson yang tidak suka banyak bicara tetapi sangat tegas dalam menjalankan tugas, membuatnya menjadi pelatih yang menciptakan perbedaan.

Tidak peduli dengan bahasa apa yang ia katakan kepada para pemainnya, pada akhirnya semua yang diperintahkan dapat membuat anak asuhnya memiliki rasa takut untuk tidak ingin mengecewakannya. Sekali lagi, Fergie berhasil membuat semua pemain hanya ingin menang di bawah kendalinya, dan mereka semua pun mampu untuk melakukannya.

Sumber: The Peoples Person