Foto: Premier League Museum

Pandemi Covid-19 membuat beberapa kompetisi sepakbola di berbagai negara di dunia harus ditunda. Tidak hanya menghentikan kompetisi, namun pandemi ini juga membuat mereka kesulitan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk memulai kompetisinya kembali mengingat jumlah pasien positif terus bertambah dan belum mau menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Premier League menjadi salah satu kompetisi yang ditunda akibat pandemi Covid-19. Sempat diprediksi akan dimulai kembali pada awal April 2020, namun hal itu belum bisa terealisasi karena pandemi ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. mereka akhirnya memutuskan untuk menunda kompetisi tanpa adanya batas waktu.

Beberapa kali otoritas Premier League dikabarkan siap untuk melanjutkan Premier League. Bahkan terbersit keinginan untuk menyelesaikan kompetisi pada 30 Juni. Meski begitu, skenario ini tampaknya belum bisa terwujud. Hal ini membuat banyak pihak ragu apakah Premier League musim ini bisa menuntaskan kompetisi hingga 38 pekan atau tidak.

Salah satu yang ragu adalah Gary Neville. Mantan pemain belakang Manchester United ini merasa kalau Premier League musim ini sulit untuk kembali berjalan. Selain virus Corona yang belum mau hilang, Gary juga tidak bisa melihat para pemain mengabaikan aturan-aturan yang sudah dibuat WHO terkait masalah ini khususnya Social Distancing.

“Saya seperti berada di dunia paralel. Saya mengadakan pertemuan untuk membahas hotel kami dan pada saat itu kami diberi pengarahan kalau kapasitas restoran akan turun menjadi 50 persen jika orang-orang duduk dan membuat jarak sekitar dua meter,” kata Gary.

“Lalu, saya pergi lagi ke sebuah pertemuan yang membahas sepakbola. Pada pertemuan itu, kita membahas tentang seseorang yang bermain bola, melompat untuk menyundul, adu fisik melawan satu sama lain, lalu saya berpikir kalau saya baru saja mengadakan pertemuan di mana saya diberi tahu soal pengunjung yang harus duduk dengan jarak dua meter dari pengunjung lainnya,” tuturnya menambahkan.

Dengan kewajiban kita untuk melakukan social distancing untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, tentu hal itu sangat sulit dilakukan dalam sepakbola mengingat olahraga ini akrab dengan kontak fisik. Penggemar United tentu tidak mau melihat Harry Maguire ragu-ragu untuk melakukan man to man marking karena khawatir akan tertular.

Gary sendiri merasa kalau saat ini sepakbola sudah tidak lagi penting. Yang paling utama adalah kesehatan para pemainnya. Gary jelas mengert mengingat ia juga pemilik klub League Two yaitu Salford City. Ia sendiri tidak mau jika para pemainnya ada yang terkena Covid-19.

“Hal ini tidak akan bekerja. Satu sampai dua bulan yang lalu saya merasa kalau sepakbola bisa dilanjutkan meski dimainkan di laga tertutup. Tetapi saya sekarang ragu kalau liga bisa berjalan. Keraguan saya ini lebih dari sekadar apa yang saya dengar setiap harinya.”

“Satu hal yang pasti, seorang atasan tidak mau menempatkan karyawannya dalam risiko yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan. Hal ini akan memberikan massalah bagi pemberi pekerjaan,” ujarnya.

“Sebagai pemilik Salford City, saya memiliki pemain yang punya potensi kena diabetes, asma, lantas apakah saya akan menempatkan mereka di lapangan dan mempertaruhkan keselamatan mereka untuk sebuah pertandingan sepakbola? Jawabannya sudah pasti tidak. Saya tidak yakin bagaimana klub Premier League bisa mengatasinya” kata Gary menambahkan.

Sudah enam minggu sepakbola hilang karena Corona. Sebuah olahraga yang selalu dinanti setiap minggu kini harus menghilang sejenak tanpa kita ketahui kapan akan kembali. Situasi yang jelas sangat menyulitkan bagi para penggemar sepakbola.

Timbul banyak tanda tanya dalam benak mereka. Apakah timnya bisa menjadi juara? Apakah tim kesayangan mereka bisa lolos ke Eropa untuk musim depan? Apakah timnya akan terdegradasi jika kompetisi dihentikan? Sangat berat untuk menjalani situasi seperti ini ketika sepakbola harus menepi sejenak.

Beberapa negara di Eropa mulai mengambil sikap terkait pandemi Covid-19. Bundesliga Jerman dikabarkan siap untuk menggelar kompetisinya kembali pada 9 Mei mendatang. Beda dari Jerman, Belanda justru menghentikan segala kegiatan olahraganya hingga September mendatang. Tetangga Belanda yaitu Belgia bahkan sudah menghentikan liga dan menetapkan Club Brugge sebagai juaranya sebelum akhirnya ditunda karena adanya ancaman dari UEFA.