Liga Champions menjadi ajang yang hampir melekat diikuti Manchester United sejak era Premier League. Dalam lima musim terakhir, United dua kali absen di Liga Champions yakni pada musim 2014/2015 dan 2016/2017.

Absen di Liga Champions selama semusim mungkin tak akan begitu terasa dampaknya. Namun, kalau berkali-kali gagal lolos dampak tersebut akan mulai terasa, bukan cuma dari prize money tapi juga kerja sama sponsor.

United saat ini tertinggal delapan poin dari peringkat keempat, atau batas terakhir untuk bisa lolos ke Liga Champions, yang saat ini ditempati Arsenal. Target Jose Mourinho pada musim ini bukanlah gelar juara. United menargetkan Mou untuk bisa membawa The Red Devils lolos ke Liga Champions.

Penampilan United dalam beberapa pertandingan terakhir tak bisa dibilang bagus. Mereka tak bisa memaksimalkan pertandingan kandang di mana mereka meraih empat hasil imbang beruntun di liga saat bermain di Old Trafford. Hingga pekan ke-13, United baru mencatatkan 21 poin, atau awalan terburuk sejak Februari 1990.

Penampilan yang buruk diganjar pula lewat potensi pendapatan yang tak bisa dikeruk. United bekerja sama dengan Adidas senilai 750 juta paun untuk durasi 10 tahun. Menurut Dailymail, terdapat klausul di mana pendapatan United akan dipotong sebesar 30 persen apabila tak lolos ke Liga Champions. Artinya, ada uang senilai 22,5 juta paun setiap tahun yang hilang dari kontrak Adidas.

“Ada klausul dalam kontrak Adidas bahwa jika kami tak lolos ke Liga Champions dua tahun berturut-turut, akan ada pemotongan 30 persen dari yang setiap tahun kami terima,” lata Kepala Keuangan United, Cliff Baty, kepada Mirror.

“Sebagai contoh, kalau kami menerima 70 juta paun, 30 persennya berarti 21 juta paun yang tidak akan kami terima. Namun hal ini juga menyebar ke sisa durasi kontrak.”

Yang dimaksud Baty bukan berarti setiap tahun United akan dipotong 22,5 juta paun, melainkan dibagi ke semua tahun. Kalau musim ini gagal, Adidas akan memotong 30% dari kontrak setahun yang dibayarkan hingga akhir musim atau sekitar 2 juta paun permusim.

Pendapatan United pada kuartal pertama turun 3,4 juta paun ke angka 120,2 juta paun, dengan pendapatan di matchday turun 32,3 persen ke 16,8 juta paun. Penurunan ini tak lepas dari tidak adanya tiga pertandingan kandang di saat yang sama seperti 2015. United memang bermain di Europa League, tapi dampaknya tidak sama seperti yang ditunjukkan Liga Champions.

Wakil Kepala Eksekutif United, Ed Woodward, menyatakan, “Kondisi keuangan kami untuk kuartal ini menunjukkan dampak dari ketidaktampilan kami di UEFA Champions League.”

United memang belum tentu berhasil di Liga Champions secara prestasi. Jangankan menjadi juara, lolos dari babak grup saja, musim lalu Louis van Gaal begitu kesulitan. Meskipun demikian, dengan hanya menempati peringkat ketiga, United bisa mengumpulkan hingga 28 juta paun. Angka ini didapat dari 11 juta paun sebagai prize money lolos ke babak utama, sementara sisanya dari hasil pertandingan dan market share siaran televisi.

Lantas, menjadi wajar kalau adanya tekanan dari klub kepada Mou untuk terus berprestasi. Pasalnya, prestasi secara tidak langsung akan berdampak langsung pada money.