Foto: Goal.com

Pada akhir Desember 2019 lalu, manajer Ole Gunnar Solskjaer pernah mengungkapkan kalau tahun 2020 akan menjadi tahunnya dia. Entah apakah dia sesumbar atau memang optimis, namun ia merasa kalau tahun ini United akan menanjak setelah kondisi tidak stabil yang mereka alami sepanjang 2019.

“Saya akan menjadikan tahun 2020 sebagai tahun yang baik bagi saya sendiri. Kami berada pada jalur yang benar dan saya yakin kami akan menjadi kuat pada dekade ini karena hal itu sifatnya alami bagi klub ini,” kata Solskjaer seperti dikutip dari Sportskeeda.

Akan tetapi, kepercayaan diri Solskjaer belum membuahkan hasil. Alih-alih 2020 menjadi tahun yang bagus untuk mengawali perubahan, ternyata penampilan United juga masih bak roller coaster layaknya 2019. United sudah kehilangan satu piala untuk dimenangkan. Selain itu, mereka juga baru menang sekali di liga. Yaitu ketika melawan tim peringkat terakhir, Norwich. Pada tiga laga setelahnya, United kalah dua kali dan seri sekali serta tidak mencetak gol sama sekali.

Hasil yang belum membaik juga dikarenakan permainan tim yang belum menunjukkan adanya perkembangan. Terutama dari sisi kolektivitas. Perpaduan antara satu pemain dengan pemain yang lain belum bisa terjalin dengan baik meski Ole Gunnar Solskjaer sudah satu tahun lebih menangani Setan Merah. Hal ini bahkan dikeluhkan langsung oleh gelandang utama United musim ini, Fred.

Penggawa asal Brasil ini merasa kalau para pemain United sulit sekali untuk kompak. Hal ini yang dirasa mempengaruhi kolektivitas tim ketika berada di atas lapangan. Ia juga mengutarakan kalau rekan setimnya terkadang bermain dengan dipenuhi ego pribadi yang kemudian berdampak kepada permainan tim yang tidak menyatu di atas lapangan sehingga mempersulit United untuk meraih kemenangan.

“Kekurangan kami memang cukup banyak pada saat ini. Yang pertama adalah kami harus memikirkan banyak hal di atas lapangan. Kami kekurangan kreativitas, terutama di lini tengah. Kami juga perlu meningkatkan diri sebagai sebuah tim. Masalah di dalam tim ini adalah tidak adanya ‘mentalitas bersama’.”

“Selain itu, ego pemain juga menjadi masalah dan kami harus menghentikan itu. Ada banyak diskusi dengan setiap kelompok memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dan kelompok pemain lain juga memiliki caranya sendiri untuk menyelesaikan masalah dan itu adalah tindakan yang salah. Kami harus menghentikan persoalan ini. Kami harus punya tujuan dalam pikiran untuk terus maju dan tetap fokus. Kami harus terus bersama-sama,” tutur Fred seperti dikutip dari Manchester Evening News.

Permasalahan kekompakan yang dikatakan Fred memang sering terlihat di atas lapangan. Para pemain United begitu sulit bekerja sama dengan baik terutama saat membangun serangan, masalah yang kemudian berusaha diatasi dengan pembelian Bruno Fernandes. Pemain depan merasa tidak mendapatkan suplai bola yang bagus dari lini tengah, sedangkan pemain tengah merasa kalau pergerakan pemain depan cenderung pasif yang membuat para gelandang kesulitan mencari ruang yang dibutuhkan untuk memberikan bola kepada para striker.

Ketika sudah terpojok, maka mereka tidak punya pilihan lain selain mengandalkan skill individu. Namun, risikonya jelas cukup besar karena dengan memaksakan diri melewati lawan atau melakukan sprint, maka bola akan cenderung semakin mudah untuk direbut. Apalagi pemain United punya kecenderungan untuk menghilangkan penguasaan bola.

Salah satu pengamat sepakbola, Rossi Finza Noor, menyebut kalau United sebenarnya dibekali dengan pemain-peman yang mempunya skill individu dan kecepatan mumpuni. Akan tetapi, hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan intuisi mereka ketika di atas lapangan dan ketenangan ketika menguasai bola. Hal ini juga yang kemudian berpengaruh dengan kekompakan tim secara keseluruhan.

Belum lupa dari ingatan ketika Bruno Fernandes beberapa kali memerintahkan rekan setimnya untuk terus bergerak ke depan. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak paham apa maksud dari si pemain. Sebuah contoh betapa kekompakan di atas lapangan menjadi nilai minus United.

Selain itu, masalah kekompakan lainnya bisa dilihat ketika United sedang tidak menguasai bola. Menurut catatan Whoscored, penempatan posisi pemain United adalah yang terburuk keempat setelah Crystal Palace, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan Manchester United. Inilah yang mungkin membuat lini belakang United masih rentan untuk diserang meski sudah kedatangan dua pemain belakang dengan harga mahal.

Fred bisa dikatakan cukup berani untuk mengungkapkan isi ruang ganti kepada media. Namun, apa yang dia ucapkan ini menandakan betapa ruwetnya masalah dalam tubuh Manchester United. Dari manajemen, manajer, hingga pemain, ketiganya tampak sulit sekali untuk menyatu dan berjalan sesuai visi dan misi klub yang sudah direncanakan.

Tugas berat kini diemban oleh Solskjaer dan para pemain United. Masalah kekompakan ini jelas harus ia selesaikan mengingat Ole adalah juru taktik dan apa yang ditampilkan pemainnya di atas lapangan adalah sesuai dengan instruksi manajernya. Di sisi lain, pemain juga wajib untuk meningkatkan kemampuan diri mereka mengingat banyak dari mereka sebenarnya punya potensi untuk menjadi pemain hebat. Tanggung jawab besar bagi keduanya untuk bisa membawa United ke arah yang lebih baik lagi.