Foto: United in Focus

Bagi seorang pemain muda, khususnya mereka yang datang dari akademi, mendapatkan kesempatan menjadi pemain pinjaman adalah hadiah yang sangat berarti bagi karier mereka jika pintu tim utama masih tertutup karena persaingan yang ketat. Dengan menjadi pemain pinjaman, maka ia punya panggung untuk tampil di sepakbola level senior sekaligus mengetuk pintu tim utama.

Sosok Jesse Lingard bisa menjadi contoh betapa kesuksesan bisa diraih jika ia memilih sabar dan menjalani apa yang sudah digariskan oleh yang maha kuasa. Lingard menjalani empat kali proses dipinjamkan sana dan sini hanya demi mendapatkan kesempatan bersama tim utama Setan Merah. Akhirnya hal itu ia dapatkan empat tahun setelah namanya pertama kali dilibatkan bersama tim utama.

Akan tetapi, tidak semua pemain muda mendapati proses yang mulus saat menjadi pemain pinjaman. Ada beberapa dari mereka yang gagal ketika baru menjalani proses ini. Kekhawatiran jelas muncul karena secara tidak langsung hal ini membuat pintu tim utama kembali tertutup secara perlahan.

Inilah yang sedang dialami oleh Ethan Hamilton. Musim ini, ia seharusnya menjalani peminjaman satu musim penuh bersama klub League One, Southend United. Akan tetapi, peminjaman ini dipotong menjadi enam bulan saja. Hal ini berarti, Ethan saat ini sudah kembali berstatus sebagai penggawa Setan Merah.

United sendiri tidak ada rencana untuk menggunakan jasa Ethan di tim utama. Setelah kembali dari Southend, United berniat kembali untuk meminjamkannya ke klub lain pada Januari nanti. Kebijakan Nicky Butt yang menyebut kalau pemain berusia 21 tahun ke atas sudah harus memiliki klub sebagai tempat bernaung menjadi alasan yang kuat untuk kembali meminjamkannya. Setengah musim terakhir 2019/2020 dirasa cukup baginya untuk kembali mendapat kesempatan bermain secara reguler.

Keputusan United memanggil kembali Ethan disebabkan performa pemain yang tidak menunjukkan perkembangan bersama kesebelasan berjuluk The Shrimpers tersebut. Dalam skuat asuhan Sol Campbell tersebut, Ethan sempat menjalani 12 laga secara beruntun dengan 11 diantaranya bermain sebagai starter. Namun setelah kekalahan telak 7-1 melawan Doncaster, dimana ia langsung mendapat kartu merah pada menit ke-6, ia bermain dua kali saja dalam 10 penampilan terakhirnya.

Setelah laga melawan Oxford, Ethan kehilangan tempatnya sebagai seorang gelandang tengah. Empat laga terakhirnya dilewati hanya menjadi pemain cadangan. Ditambah dengan performa tim yang amburadul dengan menempati posisi ke-22 dari 23 peserta, membuat United tidak ada jalan lain selain menyelamatkan karier Ethan yang mendapat klub penghuni zona degradasi.

United memang harus melakukan itu mengingat musim lalu Ethan menjalani peminjaman yang sangat bagus bersama Rochdale selama setengah musim. Saat itu, masuknya pemain berusia 21 tahun ini mengubah nasib Rochdale yang sebelumnya dianggap akan terdegradasi pada akhir musim. Berkat Ethan, tim yang dikalahkan United pada babak ketiga Piala Liga ini sukses keluar dari zona degradasi dan finis pada posisi 16. Hal ini, bahkan membuat manajer mereka, Brian Barry-Murphy disarankan oleh para penggemar Rochdale untuk mempermanenkan si pemain. Sayangnya, mereka tidak mampu mempermanenkan Ethan karena tidak memiliki uang.

Selain itu, Ethan punya potensi untuk menjadi pemain di level tertinggi. Sayangnya, ia tidak seberuntung James Garner, juniornya, yang langsung dilirik oleh Ole Gunnar Solskjaer untuk masuk dalam skuat utama. Saat ini, ia juga bersaing dengan Dylan Levitt yang mulai mencoba untuk masuk tim utama paling tidak pada musim depan.

Nama Ethan pertama kali muncul ketika Paul Pogba mengalami cedera jelang pertandingan United melawan Huddersfield Town pada babak kelima Piala FA musim 2017/2018. Saat itu, namanya berada di bangku cadangan dengan menggunakan nomor punggung 48. Akan tetapi, ia tidak dimainkan dalam laga yang berakhir dengan kemenangan United 2-0 tersebut.

Musim itu memang menjadi puncak dari karier junior Ethan dimana pada akhir musim ia masuk dalam nominasi penghargaan Denzil Haroun of The Year bersama Demetri Mitchell dan Kieran O’Hara.