Manchester United harus melupakan targetnya untuk lolos ke Liga Champions musim depan melalui tiket dari Premier League Inggris, setelah tertahan imbang di markas Southampton, Saint Mary’s Stadium, Kamis (18/5/2017) dini hari WIB; dengan skor tanpa gol, 0-0.

Bahkan, skuat asuhan Jose Mourinho harus puas mengakhiri musim ini di posisi keenam klasemen, meski masih menyisakan satu laga lagi menjamu Crystal Palace pada Minggu, 21 Mei 2017 mendatang. Hasil ini tentu saja lebih buruk jika dibandingkan dengan manajer sebelumnya, Louis van Gaal yang finish di posisi 5 musim lalu.

Perjalanan United sejak awal musim ini memang tampak sangat berat. Apalagi, mereka juga harus mengalami badai cedera pada awal 2017 ini. Mourinho pun mengakui bahwa dia merasa pekerjaan bersama tim Setan Merah musim ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan pekerjaan para manajer di tim-tim kecil Premier League.

Menurut pelatih berkebangsaan Portugal tersebut, dia tidak pernah merasakan bekerja sekeras musim 2016/2017 ini. Mourinho juga menyebut menukangi The Red Devils sejak awal musim ini jadi masa paling sulit dalam karirnya sebagai pelatih selama 16 tahun.

“Mungkin saya bekerja jauh lebih keras musim ini dibanding sebelum-sebelumnya. Ini pertama kali. Ini karena para pemain dan klubnya sendiri. Terkadang Anda mendapatkan klub-klub besar dalam periode yang sulit dan bekerja lebih keras dibandingkan klub-klub kecil dalam momen yang penting. Sungguh ini jadi musim yang sangat sulit. Beberapa tim ada yang bekerja di balik pengamatan Anda,” ungkap Mourinho seperti dilansir Goal Internasional.

Pelatih yang dikenal dengan julukan The Special One ini membandingkan perjalanan karirnya selama di Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid. Namun, meski begitu, manajer berusia 54 tahun itu sepertinya juga tak mau dicap gagal pada musim pertamanya di Old Trafford.

Pasalnya, sejauh ini Mourinho sudah memenangkan gelar Community Shield dan trofi Piala Liga Inggris pada musim pertamanya, serta sempat berjuang keras untuk bisa finish di posisi 4 besar liga demi tiket ke Liga Champions musim depan; meski akhirnya tak tercapai. Selain itu, dia juga masih punya peluang besar memenangkan trofi Liga Europa, setelah sukses lolos ke partai final dan akan menghadapi wakil Belanda Ajax Amsterdam pada Kamis (25/5/2017) nanti.

“Akan tetapi, saat saya menganalisis pekerjaan saya, saya menganalisisnya secara global karena lebih baik dibanding apa yang orang lain ketahui tentang saya. Saya tahu apa yang harus saya lakukan. Kami sudah memenangkan Piala Liga. Kami menjuarai Community Shield. Badai cedera datang. Kami berjuang untuk posisi 4 besar di Premier League. Kami berjuang untuk ini semua dan tak ada tim lain yang melakukan ini di musim pertamanya,” sambung Mourinho menambahkan.

Oleh karena itu, trofi juara Liga Europa bisa menjadi momen pamungkas demi menyelamatkan mukanya di United. Menyoal hal ini, mantan gelandang Leicester City yang pernah mengawali karir di Theatre of Dreams pada 1993/1994, Robbie Savage juga ikut memberikan komentar.

Menurut pria berusia 42 tahun itu, julukan The Special One milik Mourinho akan dipertaruhkan dalam final Liga Europa nanti. Jika gagal menjadi juara, yang otomatis juga akan kehilangan tiket terakhir ke Liga Champions musim depan, maka Mourinho berpotensi akan disejajarkan dengan Van Gaal, dan pelatih United sebelumnya, David Moyes yang telah gagal melanjutkan dinasti juara yang selama ini dibangun Sir Alex Ferguson.

“Mourinho berpotensi berada di satu level bersama Moyes dan Van Gaal, flop di Old Trafford. Van Gaal dipecat 12 bulan lalu setelah menang Piala FA dan menutup musim di peringkat 5. Sebelum semifinal lawan Celta Vigo, Mourinho mengatakan duel tersebut yang terbesar sepanjang sejarah United. Tetapi final lawan Ajax bakal lebih krusial dalam karirnya. Pada pertandingan itu, kita akan mengetahui apakah Mourinho masih berstatus The Special One,” tulis Savage dalam artikelnya di Mirror.

Makanya, tidak salah jika menyebut laga final Liga Europa ini sangat penting bagi Mourinho. Savage pun mengemukakan alasannya. Apabila menang dalam laga final Liga Europa yang dihelat di Stockholm, Swedia itu, maka Mourinho berarti sudah menyumbang dua trofi bagi United dan juga mempersembahkan satu tiket ke Liga Champions musim depan, setelah gagal di musim lalu.

Tetapi, jika dia gagal meraih kemenangan pamungkas itu, maka Mourinho akan dianggap gagal layaknya Moyes dan Van Gaal, karena hanya mampu memenangkan satu trofi dan mengakhiri musim di luar 4 besar, yang berarti mereka kembali harus melewati musim depan tanpa partisipasi Liga Champions.