David De Gea tampil luar biasa ketika kesebelasan negara Spanyol menghadapi Jerman di Esprit Arena Dusseldorf. Dalam pertandingan yang berakhir imbang 1-1 tersebut, De Gea membuat dua penyelamatan gemilang.

Satu tembakan Julian Draxler ditepis sambil menjatuhkan diri. Beberapa menit kemudian, sepakan mendatar Ilkay Gundogan juga berhasil dihalau. Sayangnya, De Gea tidak sanggup menahan derasnya sepakan jauh Thomas Muller yang membuat keunggulan Spanyol melalui Rodrigo berhasil disamakan.

Penampilan De Gea sendiri memang mengundang decak kagum. Salah satunya adalah Julian Draxler yang sesaat setelah melihat penyelamatan De Gea, memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jonas Hector.

Bermain gemilang di penampilannya ke-26 bersama La Roja tidak kunjung membuat De Gea puas. Selepas pertandingan tersebut, ia mengeluarkan kekecewaannya kepada media. Akan tetapi, bukan hasil akhir yang menjadi keluhan Dave melainkan bola Telstar yang dianggapnya aneh.

Dalam pertandingan tersebut, kedua kesebelasan bermain dengan bola Adidas Telstar 18 yang merupakan bola resmi pegelaran Piala Dunia 2018 mendatang. Meski pada laga tersebut De Gea bisa menaklukkan bola yang terinspirasi dari Piala Dunia 1970 dan 1974 ini, dimatanya bola tersebut begitu aneh dan akan menyulitkan para penjaga gawang.

“Penjaga gawang nantinya akan memiliki banyak masalah dengan bola ini. Bola ini benar-benar aneh. Rasanya seperti dibungkus sebuah plastik film yang membuat bola sulit untuk dihentikan. Saya rasa Adidas bisa membuat bola yang lebih bagus dibandingkan bola ini,” ujarnya seperti dikutip dari AS.

Tidak hanya De Gea, rekan sengaranya, Pepe Reina, juga mengeluhkan bola yang diproduksi di Sialkot, Pakistan tersebut. Mantan penjaga gawang Liverpool ini bahkan berani memprediksi kalau akan ada banyak gol yang nantinya tercipta di Russia, Juni hingga Juli mendatang.

“Penjaga gawang akan mendapatkan banyak masalah. Banyak hal-hal aneh terkait bola ini karena arahnya menjadi tidak dapat diprediksi. Saya bertaruh sebanyak yang anda suka kalau kita akan melihat setidaknya 35 gol dari jarak jauh di Piala Dunia. Mereka harus mengubahnya, masih ada cukup waktu,” ujarnya.

Isu Bola yang Begitu Sensitif

Masalah bola memang menjadi isu yang sensitif setiap akan digelarnya turnamen berskala besar macam Piala Dunia. Dalam lima turnamen sebelum Russia 2018, keluhan soal bola resmi ajang empat tahunan tersebut muncul dalam tiga pegelaran.

Pada Piala Dunia 2002 di Korea Jepang, banyak yang mengeluhkan bola Adidas Fevernova saat itu sebagai bola yang buruk. Ukuran bola saat itu diperbesar sebanyak tiga millimeter. Akan tetapi, pantulan bola tersebut menjadi tidak bisa diprediksi dan lebih mirip sebagai bola yang kekurangan udara. Gianluigi Buffon bahkan menyebut Fevernova sebagai mainan anak-anak.

Empat tahun setelahnya, Oliver Kahn mengeluhkan bola Adidas Teamgeist. Meski secara teknologi, Teamgeist sudah meninggalkan 32 panel ala Fevernova, namun kontroversi tidak kunjung mereda. Mantan penjaga gawang Bayern Munich ini menyebut Teamgeist lebih ramah untuk striker alih-alih penjaga gawang.

Yang paling sensasional tentu ketika Adidas memperkenalkan Jabulani sebagai bola resmi Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Jabulani dianggap sebagai bola paling liar sepanjang sejarah Piala Dunia.

Tidak hanya penjaga gawang, para pemain non kiper macam Giampaolo Pazzini, Tulio Tanaka, serta Luiz Fabiano pun tidak suka dengan bola tersebut. Jabulani bahkan meninggalkan kesan mendalam bagi Robert Green, penjaga gawang Inggris yang menjadi korban liarnya Jabulani saat Tiga Singa bertemu Amerika Serikat.

Baca juga:
Sejarah Bola di Piala Dunia 1930-1978
Sejarah Bola di Piala Dunia 1982-2018