Foto: Twitter Ashley Young

Ashley Young memang bukan pemain yang sempurna. Banyak penggemar United yang membencinya dengan ragam alasan yang berbeda-beda. Namun, dengan segala kontribusi dan pengorbanannya yang sudah ia berikan kala berseragam merah, Young pantas diberikan penghormatan ketika ia melangkah menuju pintu keluar.

Keputusan akhirnya sudah dibuat. Ashley Young resmi hijrah dari Manchester United setelah delapan setengah musim bermain di sana. Sama seperti mantan penggawa United lainnya, ia memilih hijrah ke Italia untuk memperkuat Inter Milan. Di sana, ia akan bertemu dengan Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez, serta akan bertarung satu panggung dengan Chris Smalling.

Menjual Young saat ini memang menjadi opsi yang perlu diambil United. Kontraknya akan habis akhir musim nanti dan menjualnya sekarang maka akan mendatangkan uang yang lumayan bagi United (1,28 juta pounds) untuk tambahan biaya membeli atau membayar gaji pemain lain. Ia sudah cukup lama bermain untuk klub ini dan ia butuh tantangan baru. Perginya Young menandakan kalau regenerasi di tubuh United mulai berjalan.

Sosoknya memang jauh dari kata pahlawan. Kepergiannya mungkin tidak akan disesali layaknya saat United kehilangan Javier Hernandez atau mungkin Shinji Kagawa, bahkan malah disyukuri karena momen kepindahan ini sudah dinanti-nanti sejak lama. Namun, dengan pilihan yang ia buat sekarang, kepergian Young layak disambut dengan ucapan rasa terima kasih ketimbang ditertawakan.

Young datang ke United di usia yang cukup matang sebagai pemain sepakbola. Saat itu 2011, ia direkrut dengan nilai diantara 15 sampai 20 juta pounds. Kemampuannya saat itu memang sudah diakui di Inggris ketika ia bersinar bersama Aston Villa. Kontribusi 96 golnya (37 gol dan 59 asis) membuat Sir Alex Ferguson tertarik mendatangkannya.

Kemampuan bermain di banyak posisi yang membuat Fergie ngebet mendatangkannya. Sayap kanan adalah posisi yang akrab dimainkan di Aston Villa, namun ia juga beberapa kali dimainkan di belakang striker dan sisi sayap sebelah kiri. Mungkin karena kemampuannya ini seorang Martin O’Neill menyandingkan dirinya dengan Lionel Messi.

Fergie juga butuh pemain sayap tambahan. Saat itu, ia hanya punya Antonio Valencia sebagai pemain sayap yang bisa bermain konsisten nyaris di semua pertandingan. Pemain lainnya seperti Nani dan Owen Hargreaves bermasalah dengan cedera, sementara Gabriel Obertan mengecewakan. Fergie jelas tidak mau terus-terusan memainkan Park Ji Sung sebagai pemain sayap seperti musim 2010/2011.

“Sayap kanan adalah posisi asli dari Young selama di Aston Villa. Musim lalu (2010/2011) ia bermain di belakang striker sehingga perannya lebih ke depan. Mirip seperti yang kami lakukan kepada Wayne Rooney. Kemampuannya yang dia miliki membuatnya bisa bermain melebar di kiri, kanan, hingga belakang striker. Saya sangat puas dengan penampilannya. Kami mungkin jarang bermain dengan bola-bola silang seperti yang ia lakukan hari ini, tapi jika kita biasa melakukannya, maka gol akan datang,” kata Ferguson setelah Young memainkan laga pertama melawan New England Revolution.

Ketika ia datang, status United saat itu masih menjadi penantang gelar. Meski strategi Fergie saat itu terbilang sudah kuno dengan 4-4-2-nya, namun ia masih bisa membuat United bertengger di urutan kedua dan hanya kalah dramatis dari Manchester City. Namun, Young saat itu tampil menjanjikan dengan membuat enam gol dan 11 asis di liga. Bahkan golnya ke gawang Blackburn memberikan United keunggulan delapan poin di puncak klasemen yang sayangnya tidak dimaksimalkan dengan baik oleh mereka.

Namun Young saat itu kerap absen karena cedera. Dikhawatirkan hal ini membuat performanya menurun semusim berikutnya. Kekhawatiran itu pada akhirnya terjadi. Saat Fergie membutuhkan Young untuk menyempurnakan pola 4-2-3-1 yang ia gagas, si pemain justru lebih banyak absen. Saat perayaan gelar ke-20, Young datang dengan memakai tongkat.

Sejak saat itu, permainan Young mulai menurun. Kondisinya tidak lagi sama layaknya di musim pertama atau ketika masih di Aston Villa. Posisinya di sisi sayap mulai sering dirotasi dengan anak muda bernama Adnan Januzaj. Kesempatan yang kemudian semakin tertutup dengan datangnya Angel Di Maria.

Datangnya Di Maria justru menjadi momen Remontada alias kebangkitan kembali bagi Young di Manchester United. Ia tidak menggusur posisi siapa pun di sana melainkan ada peran baru yang diberikan oleh Louis van Gaal selaku manajer baru United. Dengan pola 3-5-2 yang ia bawa, Young disulap menjadi seorang wingback.

“Saya belum pernah main jadi bek sayap. Tapi sepakbola adalah olahraga yang menuntut untuk berpikir. Kalau otak Anda cerdas maka di manapun posisinya Anda bisa bermain dengan baik. Untungnya saya punya pengalaman bermain di seluruh posisi di lini tengah dan depan,” katanya.

Young membuktikan itu. Sejak saat itu, tempatnya tidak bisa tergantikan. Meski United punya beberapa pemain yang bisa jadi bek sayap, namun Young sudah menjalani adaptasi posisi itu dengan sangat baik. Cedera memang masih sering datang, namun ketika ia sembuh, namanya akan selalu hadir di daftar starter pemain United.

“Saya tahu posisi di mana dia bisa berguna untuk kita. Posisi bek kiri berhasil ia jalani dengan baik dalam tahapan kariernya sekarang ini,” kata Jose Mourinho pada 2017 lalu.

Dua musim terakhir Young (2017/2018 dan 2018/2019) bisa dibilang menjadi musim terbaik berikutnya bersama Manchester United selain 2011/2012 dan 2014/2015. Namun selama periode tersebut, Young sudah mulai dibenci oleh penggemarnya sendiri. Ia dianggap mematikan karier Daley Blind, Marcos Rojo, hingga Luke Shaw.

Bermain di lini pertama juga membuat kesalahan demi kesalahan rentan terjadi dan sayangnya hal itu pernah ia lakukan. Mulai dari terlambat naik untuk membuat jebakan offside hingga kesalahan individu seperti yang ia lakukan melawan Barcelona.

Ketidak sempurnaan yang ia miliki ini membuatnya dibenci dan banyak penggemar United yang ingin dirinya dijual. Setiap ada jajak pendapat di media terkait pemain United yang layak dijual, Young akan selalu masuk dalam tiga besar. Namun yang terjadi justru sebaliknya, Young dibela oleh semua manajer yang menangani United. Yang paling ajaib adalah ketika ia diberikan kontrak baru tambahan semusim lagi pada Februari 2019.

Kebencian penggemar United kepada Young sudah mencapai puncaknya musim ini. Hanya karena ia membawa sekotak UNO, ia dicibir dan dianggap hanya memetingkan UNO ketimbang latihan. Padahal, UNO adalah mainan wajib para pemain United dan Young adalah salah satu pemain yang cepat kembali untuk melakoni sesi pra-musim pada musim panas ini. Di Singapura, ia dicemooh pendukungnya setiap membawa bola. Ketika ia berjalan menuju bus selepas United kalah dari Newcastle, ia disoraki.

Namun Young tampak tidak peduli. Ia mungkin sadar kalau dirinya sudah dibenci. Namun ketika ia berhasil mencetak gol, ia memilih untuk ikut merayakan seolah tidak terjadi apa-apa antara ia dengan penggemarnya. Siapa yang mengkritiknya akan coba dia rangkul melalui mimik semangatnya setelah mencetak gol. Berbeda dengan Lukaku yang memilih merayakannya dalam diam saat ia dihina sebelum mencetak gol.

Awal tahun 2020 ini, Young sadar kalau dirinya sudah tidak cukup pantas bermain untuk United. Usianya sudah 34 tahun dan ia sudah tidak masuk skema Ole Gunnar Solskjaer yang ingin meremajakan Manchester United. Ia ingin kesempatan bermain dan Inter Milan menjanjikan hal itu. Sebuah tempat yang bisa membuat pemain berusia 30-an menjadi superior layaknya usia 25-an.

Young ngotot untuk pindah. Lucunya, pihak United justru ngarep ia mau perpanjang kontrak setahun lagi. Sebuah langkah aneh manajemen yang pantas ditolak Young. Lucunya, penggemar United justru menganggap Young sok pemain bintang disaat ia sudah meminta izin untuk pindah. Akhirnya, keputusan itu dikabulkan per 17 Januari kemarin.

Foto: Twitter Ashley Young

“Kepada Man United, Kalian memberikan saya kesempatan main bersama legenda, memenangkan beberapa trofi, bekerja bersama manajer terbaik sepanjang sejarah, dan menjadi kapten. Terima kasih sudah menjadi bagian dari cerita saya sepanjang delapan setengah tahun ini.”

“Kepada para penggemar United: setiap saya melangkah ke lapangan dengan baju United, saya memberikan segalanya untuk Anda. Terima kasih atas dukungannya selama pasang surut ini. Saya pergi sebagai salahs atu dari kalian. Sampai jumpa lagi,” begitulah isi perpisahan Young kepada klub dan para suporternya.

Ada banyak alasan untuk tidak menyukai Young. Namun, kita semua tahu betapa cintanya ia kepada klub ini. Tidak peduli ia selalu dihina, tidak peduli untuk pindah posisi, ia selalu memberikan segalanya untuk United. Ia mungkin belum layak disebut legenda United, namun apa yang sudah diberikan selama delapan setengah tahun untuk Setan Merah layak untuk diberikan apresiasi dan penghormatan.

 

Good Luck, Captain Young.