Direktur sepakbola. Mungkin dua kata ini sudah tidak asing lagi di telinga para pecinta sepakbola. Dua kata ini juga mungkin membuat para fans Manchester United sangat bersemangat ketika mereka mengetahui jika klub kecintaanya telah membuat posisi baru untuk jabatan tersebut setelah pensiunnya sekretaris klub John Alexander.

Selama jeda singkat antara penutupan jendela transfer Januari dan pembukaan jendela transfer musim panas, United mendapat banyak isu-isu hangat soal transfer pemain. Maka tidak mengejutkan jika para fans sangat menginginkan satu posisi kosong yang ditinggalkan John Alexander tersebut diisi oleh orang yang bisa menjadi direktur sepakbola, guna mengurusi persoalan transfer.

Sebuah pertanyaan pun muncul ke permukaan: “Apakah United akan menunjuk direktur sepakbola untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka di tengah-tengah pembenahan yang sedang diterapkan manajemen klub?”

Namun apa daya, klub berjuluk Setan Merah itu malah membuat banyak fans United kecewa dengan jawaban satu kata, “tidak”. Setan Merah lebih menginginkan seseorang yang bisa ‘memastikan klub memiliki layanan sepakbola kelas satu’, yang sekaligus bisa memberikan ‘infrastruktur dan lingkungan kelas dunia untuk tim senior dan pemuda’ mereka.

Selain itu, jabatan direktur sepakbola ini -jabatan yang mulai digunakan sejumlah klub Inggris pada 2008- pernah sempat membuat pelatih seperti Keevin Keegan dan Alan Curbishley mundur dari jabatannya. Klub tempat kedua orang itu bernaung adalah Newcastle United dan West Ham. Kedua klub itu sendiri adalah pencetus pertama dalam kepemilikan struktur organisasi dengan mempekerjakan direktur sepakbola -kadang jabatan ini disebut direktur olahraga.

Di sisi lain, tidak ada definisi yang tegas dalam tugas seorang direktur sepakbola. Walau biasanya, orang yang menjadi direktur sepakbola ini memiliki pengalaman bergelut di bidang yang sama, misalnya sebagai pemain atau pelatih sepakbola.

Secara teori, direktur sepakbola seharusnya bertugas melatih dan menentukan pemain. Sedangkan dalam penerapannya, direktur sepakbola justru akan mengurusi transfer, mencari pemain baru, menata anggaran, dan mengawasi akademi untuk pemain muda. Direktur sepakbola juga sering terlibat dalam pemilihan manajer atau pelatih. Direktur sepakbola ini, di klub manapun, biasanya akan lebih dekat dengan pemilik klub dibandingkan dengan para pelatih atau manajer.

Maka jelas jika kehadiran direktur sepakbola ini tidak terlalu disukai para pelatih asli Inggris yang tidak terbiasa dengan penugasan orang yang menukangi jabatan tersebut. Meskipun hal ini sedikit menguntungkan para pelatih asing karena mereka memang terbiasa dengan kehadiran direktur sepakbola.

Dengan melihat hal ini, wajar-wajar saja jika United tidak mau menunjuk direktur sepakbola. Secara umum, sampai saat ini United masih terus mengandalkan model orang yang sama pasca era sukses Sir Alex Ferguson dalam tugas mengatasi bursa transfer. Ya, orang yang sama itu adalah Ed Woodward. Maka, United tetap menjadi salah satu dari beberapa klub elit yang tidak memiliki direktur sepakbola namun tetap eksis dalam mendatangkan pemain mempuni ke dalam klubnya.

United juga mempekerjakan Matt Judge -seorang kepala pengembangan perusahaan klub- dalam tugas yang seharusnya dikerjakan seorang direktur sepakbola tersebut. Meskipun tanggung jawab besar tetap jatuh di pundak seorang Woodward sebagai wakil ketua eksekutif klub.

Memang pada kenyataannya, disetiap bursa transfer, ada yang salah dalam keputusan Ed Woodward. Ia juga biasanya sering berkonflik dengan manajer-manajer United pasca era Fergie dalam menyoal siapa dan berapa pemain baru yang harus direkrut di bursa transfer.

Kinerja Woodward pun masih belum bisa dikatakan maksimal. Karena jika ingin melihat kembali 10 jendela transfer pasca Ferguson yang telah ia navigasikan, tidak ada satupun strategi atau tren yang jelas, yang biasanya sering dimiliki klub dengan direktur sepakbola di pucuk pimpinan perekrutan dan pembenahan para pemainnya.

Namun kendati begitu, saat ini Ed Woodward sendiri sudah tidak lagi terlalu peduli dengan masalah komersial klub. Woodward sudah lebih fokus pada perekrutan dan pembenahan pemain. Maka dengan begini, Mancester United secara otomatis telah memiliki seorang yang tugasnya sama dengan direktur sepakbola.

Para fans Manchester United juga seharusnya tidak perlu lagi merengek meminta seorang direktur sepakbola. Karena apa yang dilakukan Ed Woodward ini sudah dimulai sejak 2013. Tanpa direktur sepakbola, United telah membeli pemain-pemain khusus yang diinginkan para manajernya seperti Marouane Fellaini, Memphis Depay dan Bastian Schweinsteiger.

Meski memang hanya Fellaini saja diantara ketiga pemain tersebut yang masih bertahan hingga saat ini. Itupun dikarenakan ia telah memperpanjang masa baktinya ditengah-tengah isu hangat bahwa ia akan hengkang dengan gratis akibat kontraknya yang habis di bursa transfer musim panas ini.

Terlepas dari semua itu, diantara tiga orang yang ditunjuk sebagai manajer United, hanya Jose Mourinho sajalah yang tampak jelas sering membangkang dengan keputusan-keputusan transfer Ed Woodward. Ia selalu lebih memilih manajemen klub melihat apa yang dirinya mau untuk skuadnya, ketimbang apa yang Woodward putuskan.

Padahal, dalam mantra keduanya di Chelsea misalnya, Mou sendiri tidak selalu memiliki pengaruh besar dalam keefektifan transfer setelah menginginkan John Stones namun berakhir dengan Papy Djilobodji tanpa mengetahui hal apapun tentang kualitas bek tersebut.

Itu berarti, Mourinho memperlihatkan bahwa ia ingin lebih bertanggung jawab sebagai seorang manajer daripada sebagai pelatih kepala. Maka, masalah yang seharusnya lebih diperhatikan semua pihak, entah itu manajemen klub ataupun Ed Woodward, adalah hal ini. Dan bukan soal penunjukkan direktur sepakbola.

Karena pada kenyataannya, meluruskan hubungan dan keputusan soal transfer klub antara Jose Mourinho dan petinggi United lebih penting untuk diprioritaskan demi tercapainya pembenahan tim yang signifikan.