Foto: Goal.com

Tidak ada perpanjangan kontrak bagi Edinson Cavani. Setelah bermain sebanyak 59 kali dan mencetak 19 gol, penggawa asal Uruguay ini memutuskan untuk meninggalkan Manchester United pada musim ini.

Kabar kepergian Cavani sebenarnya sudah kita ketahui pada Minggu lalu atau ketika United memainkan laga terakhirnya di Liga melawan Crystal Palace. Saat itu, Rangnick berkata kalau dari 11 pemain yang bermain saat itu 10 akan bertahan dan hanya Cavani yang meninggalkan klub. Barulah pada Jumat kemarin, sang pemain buka suara dan membenarkan kepergian dirinya dari Manchester.

“Saya tidak punya apa-apa selain ucapan terima kasih kepada suporter Uinted. Mereka menunjukkan banyak rasa hormat kepada saya sejak pertama kali tiba. Mereka menghargai kerja keras yang saya berikan untuk tim ini dan saya benar-benar berterima kasih dan saya akan pergi dengan kenangan indah yang mereka tunjukkan,” tutur Cavani kepada situs resmi klub.

Cavani sendiri merupakan salah satu pemain yang cukup disayangi oleh publik Old Trafford. Khususnya ketika melihat penampilannya pada musim lalu. Dicap sudah habis karena datang pada usia tua, ia membuktikan kalau Inggris bisa ia taklukkan.

Beberapa kali ia membuat gol krusial seperti yang ia lakukan melawan Southampton, Everton, AS Roma, dan sempat menyelamatkan United dari ancaman kekalahan ketika final Europa League melawan Villarreal.

Beberapa golnya juga dicetak dengan cara yang spektakuler seperti chip fantastis yang ia buat ke gawang Fulham atau diving header ke gawang Tottenham. Cavani menjadi pelepas dahaga United yang saat itu butuh seorang penyerang tengah murni yang dengan naluri gol tinggi serta diikuti dengan pergerakan tanpa bola yang mumpuni di sekitar kotak penalti. Inilah yang membuat United berani memberikan kontrak satu musim tambahan.

Sayangnya, permainan eksplosif Cavani pada musim pertama tidak muncul pada musim keduanya. Dari total 19 gol yang ia buat, hanya dua yang terjadi pada musim ini. Ia benar-benar mempertegas kalau kehadirannya hanya solusi pendek bagi United yang krisis penyerang.

Faktor utamanya adalah cedera. Menurut data transfermarkt, Cavani musim ini terkena lima cedera berbeda mulai dari infeksi Covid-19 hingga cedera tendon. Lucunya, cedera yang didapat kerap terjadi setelah ia membela timnas Uruguay. Ada siklus yang beredar kalau Cavani main di United, lalu dipanggil timnas Uruguay, maka setelahnya adalah kabar si pemain yang akan istirahat panjang.

Musim kedua Cavani berakhir pahit. Tidak hanya kondisi fisiknya yang menurun, namun ia juga diterpa sederet rumor-rumor yang menyebut kalau sedari awal Cavani memang tidak bahagia menjalankan musim keduanya di Manchester.

Menurut Gary Neville, semua diawali dengan kehadiran Cristiano Ronaldo. Definisi Ronaldo adalah beban klub seolah terbukti menurut Gary karena kehadirannya membuat pemain yang sebelumnya menjadi pemain reguler seperti Cavani menjadi terpinggirkan. Belum lagi karena Ronaldo itulah Cavani harus rela berganti nomor dari 7 menjadi 21.

Mirror, juga memberitakan kalau Cavani sebenarnya sudah diminta menyerahkan nomor 7 yang ia punya kepada Sancho pada awal musim namun hal itu tidak terjadi. Barulah ketika Ronaldo datang, Cavani tidak bisa menolak dan disebut-sebut terpaksa memberikan nomornya tersebut.

Keadaan kemudian memburuk setelah cedera mengikis performanya. Cavani melewatkan 10 laga selama dua bulan saat Solskjaer dipecat dan Rangnick datang menangani klub. Tidak senang dengan situasinya, Cavani menelepon Juan Roman Riquelme dan bertanya tentang opsi bergabung bersama Boca Juniors.

“Pada Januari, Cavani menelepon saya dan berkata kalau dia ingin datang dan bermain.,” tutur Riquelme.

Inilah yang membuat Cavani pada akhirnya mendapat kritik dari beberapa pundit. Paul Scholes menyebutnya sebagai aib karena tidak pernah tersedia untuk tim, lalu pernah menarik diri dari laga melawan Middlesbrough untuk pergi ke Uruguay. Namun setelah absennya Cavani tersebut, ia juga tidak kunjung tersedia untuk beberapa pertandingan berikutnya.

Kisah kariernya di Manchester pada akhirnya ditutupi dengan video saat ia memberikan jari tengah kepada salah satu suporter sesaat setelah ia menjalankan laga terakhirnya bersama United di Selhurst Park. Sebuah cara yang kurang menyenangkan untuk mengakhiri petualangannya bersaama Setan Merah.