Jangan tanya soal integritas wasit di Premier League. Mereka akan melakukan hal terbaik yang bisa mereka lakukan dengan meminimalisasi kesalahan dan memberikan keputusan yang tepat dan akurat.

Apa yang mereka perbuat di atas lapangan disaksikan oleh puluhan juta pasang mata di dunia. Kesahalan hanya akan membawa nama mereka menjadi buruk dan karier mereka bisa saja terhenti karenanya.

Meski tak perlu diragukan, tapi Professional Game Match Offcial Limited (PGMOL), badan yang menaungi wasit di Inggris, awalnya punya dua larangan dalam memilih wasit. Pertama, wasit tidak boleh berasal dari wilayah yang sama dengan kesebelasan yang akan ia pimpin. Kedua, wasit tidak boleh memimpin kesebelasan yang ia dukung.

Namun, PGMOL menghapus larangan yang pertama. Artinya, mulai saat ini, wasit boleh memimpin pertandingan antara kesebelasan yang berasal dari wilayah yang sama olehnya; sebuah alasan mengapa Anthony Taylor yang berasal dari Bolton, dipilih untuk memimpin pertandingan antara Liverpool dengan Manchester United.

Dalam artikel Kevin Friend: Which Teams do Premier League Referees Support, BBC menuliskan bahwa setiap wasit didata terlebih dahulu di awal musim. Hal ini mengacu kepada pernyataan mantan kepala PGMOL, Keith Hackett, yang mengatakan bahwa informasi latar belakang setiap wasit selalu diperiksa.

“Mereka memgisi formulir termasuk siapa yang mereka dukung, sejarah kalau mereka pernah bermain bola, dan alamat tempat mereka tinggal,” kata Hackett.

“Itu memberikan Anda gambaran soal apa yang dipertimbangkan saat menunjuk wasit. Ini lebih kepada meyakinkan, sebagai contoh, Anda tidak akan menunjuk wasit asal Sheffield untuk memimpin pertandingan kesebelasan dari Sheffield.”

Hal ini pun ditegaskan oleh mantan wasit Premier League, Mark Halsey, “Aku tak pernah bisa menjadi wasit di pertandingan Bolton karena aku tinggal di sana. Kalau Anda tinggal di Leeds, Anda tak bisa mewasiti Leeds United.”

Sementara itu, dalam pernyataan resminya, PGMOL mengatakan bahwa hal yang dipertimbangkan dalam memilih wasit adalah tentang menghindari “tekanan tambahan dari luary ang tidak perlu dan pengawasan terhadap wasit” karena menjadi wasit adalah “pekerjaan dengan tekanan tinggi dan banyak tuntutannya.”

PGMOL pun memastikan kalau tempat di mana wasit tersebut tinggal bukanlah faktor yang dipertimbangkan saat memilih wasit. Namun, hal ini ditolak oleh Halsey yang menyatakan bahwa ia pernah mewasiti Queens Park Rangers dua kali ini. Padahal, ia adalah penggemar QPR.

“Aku tinggal 35 mil jauhnya dari Loftus Road. Aku mewasiti dengan hasil sekali menang dan sekali kalah dan aku pikir ‘Aku tak bisa melakukan ini lagi’. Aku tak pernah bilang pada mereka karena itu terjadi pada 1990-an dan hal seperti itu baru terjadi,” ucap Halsey.

“Aku mesti mengumumkannya karena aku merasa seperti merayakannya saat mereka menang. Tapi, sekalinya Anda melewati batas, Anda harus ingat kalau Anda adalah wasit dan seorang profesional.”

Masih Ada Inkonsistensi

Halsey sempat mempertanyakan mengapa Kevin Friend diganti sebelum memimpin pertandingan Tottenham Hotspur, rival dari kesebelasan yang didukung Friend, Leicester City. Di sisi lain, Michael Oliver, penggemar Newcastle United, justru memimpin laga Norwich City saat kalah dari Crystal Palace. Padahal, kala itu, Norwich dan Newcastle tengah berjuang untuk lepas dari jerat jurang degradasi.

Inkonsistensi itu pun ditambahkan oleh Hackett terutama terkait tempat tinggal sang wasit. Mike Dean, penggemar Tranmere, digantikan saat akan memimpin final Piala FA 2006 yang mempertemukan Liverpool menghadapi West Ham. Alasannya adalah karena Dean tinggal di Wirral, yang merupakan bagian dari Merseyside.

“Setelah itu, ia telah memimpin satu pertandingan Liverpool dan dua pertandingan Everton, tapi tak pernah lagi setelahnya meski telah pindah ke Wales Utara,” tulis BBC.

Sementara itu, Anthony Taylor, penggemar Altrincham yang tinggal di Greater Manchester, masih diperbolehkan untuk memimpin laga yang melibatkan Manchester City dan Manchester United.

“Kalau Anda adalah penggemar Everton di semifinal Piala FA (musim lalu) menghadapi Manchester United dan mengetahui di mana Anthony Taylor tinggal, Anda mungkin segera bilang ‘wow’,” ucap Hackett.

Baik Halsey maupun Hackett menyatakan bahwa mereka tidak mempertanyakan soal integritas wasit manapun, mereka hanya mempertanyakan konsistensi dalam proses penunjukkannya.

Kritik untuk PGMOL

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, mengkritisi keputusan untuk mengganti Friend dari pertandingan Tottenham melawan Stoke City, setelah tekana ndari penggemar Spurs di media sosial.

“Kalau Anda tetap melakukan hal seperti itu, itu akan menjadi mimpi buruk di setiap pekan untuk memilih wasit di tiap satu pertandingan. Sebuah preseden yang berbahaya,” ucap Wenger.

Manajer berkebangsaan Prancis tersebut malah memberikan saran bahwa PGMOL semestinya tidak perlu lagi melihat dari mana wasit tersebut berasal atau kesebelasan mana yang mereka dukung melainkan, “Menempatkan wasit terbaik untuk setiap pertandingan.”

Kevin Friend memang diganti, dan Stoke kalah 0-4 dari Spurs. Manajer Stoke, Mark Hughes, menyatakan bahwa setiap keputusan yang dianggap menguntungkan Stoke ataupun Spurs, akan tetap dipertanyakan. Ini yang membuat Hughes menjadi alasan mengapa PGMOL melakukan hal tersebut. Hughes pun menegaskan bahwa sudah saatnya bagi kita untuk berhenti mempertanyakan integritas wasit.

Jadi, perlukah kita mempertanyakan kembali integritas wasit?