foto: irishtimes.co.uk

Riuh tepuk tangan penonton menghiasi White Hart Lane, tempat yang menjadi saksi bisu kekalahan pertama Pep Guardiola di Manchester City. Namun saat itu, tepatnya pada menit ke-90, penonton memberikan apresiasi terbaiknya bukan untuk kemenangan Totenham Hotspur, bukan pula untuk pemain bintang mereka seperti Harry Kane yang memang tidak bermain atau seorang Christian Eriksen, namun untuk seorang pemain asal Korea Selatan, Son Heung-min.

Pemain yang akrab disebut Son ini melangkahkan kakinya keluar lapangan sembari menikmati tepuk tangan puluhan ribu fans The Lilywhites. Ia digantikan oleh Vincent Janssen. Pemain yang berposisi sebagai sayap atau striker ini memang berkontribusi besar bagi kemenangan timnya. Selain mencetak satu asis, ia juga berkontribusi besar bagi permainan Totenham.

Apalagi, pemain 24 tahun ini memang sedang naik daun. Ia mencatatkan lima gol dan dua asis serta 83.1% dalam akurasi umpan dari enam pertandingan di semua kompetisi musim ini. Son adalah pekerja keras, pemain yang mampu merepotkan pemain bertahan lawan dengan dribel dan tendangan berbahayanya serta rajin dalam menekan pemain lawan untuk merebut bola.

Akhir-akhir ini, Son juga sedang dalam performa terbaiknya. Ia menjadi aktor utama kemenangan Totenham atas CSKA Moscow di panggung Eropa dengan mencetak gol tunggal kemenangan. Ia juga memberikan tiga poin bagi Totenham dengan dua golnya yang bersarang di gawang Middlesbrough. Ia juga sukses memainkan peran Harry Kane yang harus menepi beberapa pekan karena cedera ligamen sebgai ujung tombak. Penampilan impresifnya membawa ia dipanggil timnas Korea Selatan untuk menghadapi pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 pada jeda internasional Oktober ini.

Namun, rintangan siap menghadang Son. Statusnya sebagai warga negara Korea Selatan membuatnya harus menjalani wajib militer. Karena peraturannya adalah warga laki-laki yang sehat harus menjalani wajib militer selama 21 bulan sebelum usianya menginjak 28 tahun. Artinya, Son memiliki 4 tahun lagi untuk menjalani kewajibannya atau tepatnya pada Juli 2020.

Ia harus rehat dari persepakbolaan dua musim kompetisi jika menjalani wajib militer. Sebuah kerugian baginya dan juga bagi Totenham, mengingat Totenham sedang naik dengan kejeniusan sang arsitek, Mauricio Pochettino. Apalagi, pemain humoris yang berusia 24 tahun itu sedang berkembang pesat dalam karirnya. Sebuah dilema bagi Son dan tentunya, Totenham Hotspur.

Peraturan wajib militer di Korea Selatan cukup keras. Mereka tidak menolerir oknum-oknum yang sengaja mencari celah untuk menghindari peraturan ini. Contohnya adalah MC Mong, seorang rapper yang dituduh menghindari wajib militer dengan cara mencabut giginya. Ia akhirnya dihukum enam bulan kurungan penjara. Ada pula penyanyi pop, Yoo Seung Jun, yang menjadi warga negara Amerika dan akhirnya diasingkan dari negara asalnya.

Tapi ada pengecualian tersendiri bagi atlet yaitu bagi mereka yang sukses meraih medali apapun pada Olimpiade, meraih emas pada Asian Games, atau meraih prestasi pada kompetisi resmi lainnya akan diberi keringanan berupa wajib militer yang hanya latihan dasar selama empat minggu.

Beberapa pendahulu Son mendapatkan keringanan tersebut. Salah satunya adalah gelandang Swansea, Ki Sung-yueng yang menjadi bagian skuat pemenang perunggu pada Olimpiade London 2012. Ada pula Park Ji-Sung, mantan penggawa Mancheser United, dan Lee Young-pyo, mantan pemain Totenham Hotspur, yang mendapatkan keringanan setelah membawa Korea Selatan melaju hingga semifinal pada perhelatan Piala Dunia 2002.

Sayangnya, Son beberapa kali harus mengalami ironi. Pertama adalah saat dia memutuskan untuk tidak bermain di Olimpiade 2012 karena ia tidak ingin mengganggu latihannya bersama Hamburg SV. Padahal skuat Korea Selatan saat itu sukses meraih perunggu. Dua tahun kemudian, setelah ia pindah ke Leverkusen, manajemen  Leverkusen tidak mengizinkan Son untuk bermain di Asian Games 2014 di mana Korea Selatan sukses meraih emas. Lalu, ia bermain di Piala Asia 2014 dan sukses mencetak gol penyeimbang di partai puncak melawan tuan rumah Australia. Tapi Korea Selatan kalah pada babak perpanjangan.

Pada Olimpiade 2016 kemarin, Son akhirnya bermain. Namun, Korea Selatan gugur pada babak perempat final melawan Honduras. “Adalah benar bahwa saya sangat kecewa setelah Olimpiade. Saya sangat terpuruk karena hati saya sudah berada disana (Olimpiade) pada enam bulan sebelum dimulai,” ujar Son tanpa menghubungkannya ke wajib militer.

Sehingga, untuk mendapatkan keringanan tersebut, Son hanya memiliki kesempatan saat Piala Dunia 2018 dan Asian Games 2018. Dan jika ia nekat, masih Tokyo Games 2020 tapi resikonya adalah, jika gagal, ia harus mencari keringanan dari luar negara asalnya. Karena ia tidak memilki cukup waktu untuk menyelesaikan wajib militernya.

Contohnya adalah mantan pemain Arsenal, Park Chu-young yang mendapatkan penundaan batas usia wajib militer karena mendapatkan tempat tinggal selama 10 tahun di Monaco. Tapi reputasinya tetap ternodai saat pulang ke Korea Selatan.

Harapan lainnya adalah saat pemilihan presiden Korea Selatan tahun depan. Di mana salah satu calonnya, Nam Kyung-pil akan membuat wajib militer menjadi sukarela. Dan bisa saja terjadi hal-hal yang tidak terduga yang dapat membuat Son tidak perlu melaksanakan wajib militernya, karena peraturan tersebut fleksibel seiring berjalannya waktu.

Jika diteliti lebih dalam, Son adalah pemain yang menjanjikan. Setelah meninggalkan akademi FC Seoul untuk Hamburg, ia menjalani karirnya di Eropa dengan penuh ambisi. Son menjadi pencetak gol termuda Hamburg di umur 18. Lalu pada 2013, ia pindah ke Leverkusen dengan status sebagai pemain termahal Leverkusen. Sebelum akhirnya ditebus oleh Totenham pada 2015 dengan mahar 22 juta paun, yang menjadikan ia sebagai pemain Asia termahal.

Ia dikenal sebagai pemain serba bisa di posisi penyerang. Son dapat menggunakan kedua kakinya sama baiknya. Kelebihan lainnya adalah kelincahan, dribel, ketenangan di depan gawang, dan sifat pekerja kerasnya. Rekan-rekannya di Leverkusen sering menyebutnya Sonaldo, julukan karena ia dianggap sangat berbahaya di depan gawang seperti Cristiano Ronaldo.

Ia adalah aset bagi Totenham dan pastinya bagi Korea Selatan. Dua musim istirahat dari sepakbola bukanlah waktu yang sebentar. Waktu yang sangat cukup bagi seorang pemain sepakbola untuk kehilangan sentuhannya.

Dan sebenarnya, Korea Selatan juga akan rugi jika memaksakan Son mengikuti wajib militernya mengingat Son adalah pemain penting bagi timnas. Meskipun ia belum memenuhi syarat untuk mendapatkan keringanan dalam wajib militer, namun dengan potensi dan performanya sekarang, perlu dipertimbangkan keringanan tersebut demi kemajuan karirnya dan kontribusinya kepada timnas Korea Selatan. Semoga diberikan yang terbaik, Son Heung-min!