Kekalahan Chelsea atas Burnley 2-3 di pekan pertama Premier League ternyata berbuntut panjang. Selain dipermalukan oleh kesebelasan papan bawah, kekalahan tersebut konon diawali dari kekecewaan manajer Chelsea, Antonio Conte, atas aktivitas transfer Chelsea musim panas ini. Tidak kondusifnya suasana di ruang ganti menimbulkan spekulasi soal masa depan Conte yang bisa saja “Di-Mourinho-kan” atau “Di-Ranieri-kan”.

Spekulasi ini mencuat karena Conte dianggap tidak menurunkan pemain terbaiknya kala menjamu Burnley pada Sabtu (12/8) lalu di Stamford Bridge. Dari susunan pemain, Conte menurunkan pemain 20 tahun, Jeremie Boga, yang cuma bermain selama 16 menit untuk kemudian digantikan. Conte juga lebih memilih menurunkan Michy Batshuayi ketimbang rekrutan senilai 70 juta paun, Alvaro Morata.

Di bangku cadangan pun nama-nama yang kurang populer duduk berjajar seperti rekrutan anyar, Andreas Christensen, Charly Musonda, Fikayo Tomori, dan Kyle Scott. Tidak ada pula nama Tiemoue Bakayoko yang sejatinya diplot sebagai pengganti Nemanja Matic, karena menjalani pemulihan setelah operasi lutut.

Blunder dalam susunan pemain ini yang membuat banyak pihak merasa kalau Conte tengah memberi pesan kepada para petinggi Chelsea. Pasalnya, dalam beberapa kesempatan Conte seperti tak puas dengan transfer Chelsea, pun dengan kepindahan Nemanja Matic, meskipun Conte dengan tegas menolaknya.

“Kamu tak mengenalku dengan baik,” kata Conte menanggapi hal tersebut. “Kamu bisa melihatnya bahwa di setiap pertandingan persahabatan saya selalu menurunkan formasi terbaik dan aku melakukan hal yang sama hari ini. Pilihanku adalah untuk menempatkan pemain terbaik yang kami miliki saat ini. Aku tak suka dengan ide bahwa seseorang mengirim pesan. Aku ingin menang, bukan mengirim pesan.”

Meskipun demikian, Conte juga membebankan kekalahan ini pada para pemainnya. Kartu merah yang diterima Gary Cahill pada menit ke-13 mengubah jalannya pertandingan.

“Itu adalah momen penting karena setelah kartu merah itu kami kebobolan tiga gol. Tapi kami harus tetap serius untuk mengeluarkan yang terbaik di sepanjang pertandingan. Meskipun seperti ini, kami juga melihat adanya daya juang tinggi dan komitmen yang besar dari para pemanku dan kami amat bangga atas ini,” jelas Antonio Conte.

Kecewa dengan Penjualan Matic

Sebelumnya, Antonio Conte menjabarkan penjualan Nemanja Matic sebagai kehilangan besar buat Chelsea. Apalagi The Blues punya tugas untuk mempertahankan gelar di musim yang baru ini. Kehadiran Bakayoko sendiri menjadi awal dari bagaimana Chelsea akhirnya melepas Matic karena keduanya punya posiis yang sama.

“Matic tahu benar apa yang aku pikirkan tentangnya,” kata Conte. “Hal yang paling penting dari pemain ini yakni dia adalah pemain yang bagus, pemain top, amat penting buat tim kami, tapi terkadang Anda harus menerima kegilaan di bursa transfer ini.”

Conte pun menambahkan sebelum mengakhiri pembicaraan, “Dan terkadang, Anda harus menerima keputusan yang berbeda. Tapi dia adalah kehilangan yang hebat untuk kami.”

“Keputusan yang berbeda” ini yang seolah mengisyaratkan adanya ketegangan antara para petinggi dan tim kepelatihan. Conte butuh Matic dan mungkin juga Bakayoko. Namun, harus ada satu orang yang direlakan dan dia adalah Matic. Apalagi Bakayoko ditasbihkan sebagai versi lebih muda dari Matic yang bisa berkembang lebih baik.

Penyesalan Conte pun tak terkira saat mengetahui Matic yang menjadi jenderal lini tengah Manchester United. Ia bukan cuma melindungi lini pertahanan, tapi juga menginisiasi serangan; sesuatu yang hilang dari Chelsea di pertandingan pertama.

Mengulang Sejarah

Kekalahan dari Burnley mesti disikapi dengan serius oleh Conte. Pasalnya, sejarah yang menyatakan kalau posisinya sebagai manajer The Blues tidaklah aman.

Ada dua hal yang sebenarnya membuat Conte mesti khawatir dan tak mengulang kesalahan. Pertama, Mourinho didepak bukan hanya karena prestasinya bersama Chelsea yang buruk usai meraih juara. Selain itu, Mou juga punya hubungan yang kurang harmonis di kamar ganti pasca retaknya hubungan dengan Eva Carnerio. Dikabarkan bahwa para pemain tak mau mendengarkan instruksi dari Mou.

Apabila Conte membuat “masalah” dengan menentang para petinggi, bukan tidak mungkin problem serupa juga kembali terjadi di ruang ganti. Apalagi Diego Costa terang-terangan tak suka dengan manajer berkebangsaan Italia tersebut. Hasil buruk bisa membuat emosi merembet dan membuat Conte harus dibuang dari klub atau bahasa lainnya “Di-Mourinho-kan”.

Di sisi lain, Antonio Conte juga perlu mengembalikan performa tim seperti dulu. Kehilangan Matic tentu bukan alasan di saat Chelsea punya duet N’Golo Cante dan Cesc Fabregas di lini tengah. Apabila performa Chelsea tak kunjung menanjak, bukan tidak mungkin Conte akan “Di-Ranieri-kan” karena prestasi di musim kedua yang turun drastis.

Lantas, pilih yang mana Conte?