Kata ‘waspada’ tampaknya harus ada di dalam benak bos Manchester United, Jose Mourinho, ketika menghadapi Chelsea di Premier League musim depan. Pasalnya, ia akan berhadapan dengan seorang manajer dan peracik taktik mempuni yang belum pernah ia lawan sebelumnya, yaitu Maurizio Sarri.

Satu tahun setelah Antonio Conte bersumpah jika ia tidak akan memiliki musim yang sama seperti yang dirasakan oleh Mourinho, seorang manajer baru justru datang dan menggeser posisinya di atas sumpahnya itu. Padahal, pertandingan terakhir manajer asal Italia tersebut sebagai bos Chelsea adalah kemenangan di final FA Cup dengan melawan United. Akan tetapi tetap saja itu tidak menjadi jaminan ia bertahan lebih lama di Stamford Bridge.

Kendati begitu, Mourinho bisa lebih dikatakan berhasil ketimbang Conte setelah hampir tak tergelincir selama musim terakhir eks manajer Juventus itu dengan duduk nyaman di tempat kedua klasemen Premier League. Sedangkan Conte sendiri hanya mampu menempatkan Chelsea di posisi keenam klasemen.

Menyikapi hal ini, Mourinho pun merasa percaya diri bahwa pencapaian sukses yang ia raih di musim lalu tak mesti dari trofi yang ia raih, melainkan bisa juga dari posisi di klasemen liga. Ia pun menambahkan dengan mengatakan bahwa raihan gelar Piala FA bagi Conte tak akan membuatnya menghujani pria berlambut mulus itu dengan pujian. Mou, sangat enggan sekali memberi Conte sebuah apresiasi.

“Mereka (Chelsea), hanya memainkan bola panjang ke Olivier Giroud untuk menjentikkan pertahanan kami di final, dan mereka hanya memanfaatkan Hazard. Jelas sekali mereka adalah tim yang mudah diprediksi. Itu cukup mudah bagi saya untuk beradaptasi dengan mereka. Tapi yang jelas kami bermain lebih baik dari mereka,” tutur Mourinho kepada wartawan setelah final Piala FA.

Namun, ironisnya adalah bahwa Mourinho mengeluhkan tidak adanya Marouane Fellaini dan Romelu Lukaku di laga final tersebut guna memberikan timnya fokus di barisan depan. Secara kebetulan, sebenarnya jenis taktik yang ia permasalahkan itu merupakan kutukan bagi penerus Conte, Maurizio Sarri. Sarri sendiri bahkan pernah mengatakan soal hal ini pada 2016.

“Jika saya melihat tim saya bertahan akibat diserang tim lawan, dan menyerang balik tim tersebut setelah 30 menit, saya akan bangkit, pulang dan kembali bekerja di bank karena saya tidak akan bersenang-senang di laga itu,” kata mantan bos Napoli tersebut pada 2016.

Hebatnya, sama seperti Conte, sebenarnya Sarri tidak pernah datang untuk melawan Mourinho sebelum ia datang mengguncang publik Stamford Bridge. Maka secara tidak langsung, mereka sedikit terkoneksi dengan perosalan barusan.

Kendati kedua manajer itu tidak memiliki catatan pertemuan, akan tetapi ada beberapa kesamaan pada karakteristik mereka. Apalagi kesamaan dari sisi kepribadian mereka yang berapi-api ketika berada di ruang istirahat. Meskipun sebenarnya perjalanan karier mereka bisa dikatakan sangat jauh berbeda.

Jose Mourinho adalah seorang putra dari seorang pesepakbola profesional yang telah memenangkan 25 trofi hingga saat ini, dan mendapat karier kepelatihan pertamanya ketika bergabung dengan manajemen Benfica pada 2000 setelah sebelumnya ‘magang’ di bawah Sir Bobby Robson dan Louis van Gaal di Barcelona.

Sedangkan Sarri, hanyalah putra seorang pekerja konstruksi, dan ia masih bekerja sebagai bankir paruh baya pada saat Mourinho terjun ke dunia kepelatihan untuk pertama kalinya. Sarri sendiri belum mengangkat satu pun trofi yang mengikuti perjalanan kariernya selama berjibaku dengan sembilan klub Italia.

Selain itu, ketika Mourinho memenangkan treble bersejarah bersama Inter Milan pada 2010, Sarri baru saja mengelola Grosseto di Serie B dan masih menjadi manajer kelas bawah yang tak terdengar namanya. Namun sekarang, pria berusia 59 tahun itu telah diakui secara luas.

Bahkan Pep Guardiola saja mengklaim bahwa Sarri -yang waktu itu bertemu dengannya ketika Napoli melawan City di Liga Champions- adalah manajer dengan tim terbaik yang pernah dia hadapi. Pemain pep, Fernandinho, juga menambahkan dengan mengatakan bahwa mereka (Napoli) memainkan sepakbola yang terbaik di Eropa.

Taktik trio sprinter Sarri (Insigne, Mertens dan Callejon) telah membuat Napoli mendominasi penguasaan bola, meguasai sisi pinggir lapangan, menekan barisan belakang lawan dan menyerang dengan tensi tekanan yang cepat. Ini jelas merupakan ancaman nyata bagi Mourinho. Apalagi, Sarri juga membawa satu anak asuhnya, Jorginho, yang telah menjadi tembok pertahanan lini tengahnya selama di Napoli.

Meski memang semua fakta catatan milik Maurizio Sarri tersebut sejatinya masih belum dibuktikan di Premier League -terutama ketika Sarri secara aneh diplot untuk bertanggung jawab di Chelsea setelah Conte sempat melakoni latihan pra-musim di Cobham- setidaknya Jose Mourinho harus punya strategi jitu untuk menghentikan kejutan yang akan ditunjukkan Chelsea ketika bertemu United di musim depan.