Spurs harus lebih garang saat bertandang

Spurs menjelma sebagai tim yang favorit juara dalam beberapa musim terakhir. Hal yang sangat wajar jika sebuah tim mencapai hasil yang lebih baik di kandang daripada saat tandang, tapi performaTottenham Hotspur di tempat lawan benar-benar jadi perhatian musim lalu.

Mereka memiliki catatan klub terbaik ketika bermain di kandang pada musim 2016-17, meraih 17 kemenangan dan 2 hasil imbang. Sementara itu, rekor 9 kemenangan, 6 imbang dan 4 kekalahan menjadi catatan di kandang lawan.

Spurs meraih 2 poin lebih banyak dari Chelsea saat bermain di kandang sendiri, namun tertinggal 9 poin dari Chelsea saat bertandang.

Tim asuhan Mauricio Pochettino mencetak 47 gol di kandang sendiri dan kebobolan 9 kali. Saat bertandang, mereka mencetak 39 gol dan 17 kali kebobolan.

Selama Spurs bisa tetap konsisten bermain di kandang lawan, mungkin peluang mereka akan semakin terbuka untuk mengangkat trofi liga musim ini.

Arsenal harus tingkatkan kinerja pertahanan

Mendatangkan sejumlah pemain top membuat Arsenal masuk ke dalam favorit juara. Namun, catatan defensif Arsenal perlu ditingkatkan jika mereka ingin menjadi penantang utama Premier League musim ini.

The Gunners gagal membuat Petr Cech nyaman saat berada di bawah mistar gawang tahun lalu, dengan kebobolan 44 kali dan merupakan rekor terburuk dari enam besar klasemen.

Arsenal terlihat wajib memperbaiki lini pertahanan saat bertandang, dengan 28 kebobolan jadi catatan negatif dibandingkan apa yang diukir Chelsea (16), United dan Spurs (17).

Skuad asuhan Arsene Wenger membiarkan lawan membuat 432 shoot-on-goal musim lalu, yang merupakan yang terbaik keenam di liga dan tapi masih kalah dengan yang dimiliki City, yang hanya digempur sebanyak 301 kali.

Dari jumlah tersebut, Cech terlihat lebih sibuk dibandingkan kiper-kiper di enam besar klasemen, bahkan catatan itu terbilang lebih buruk dibandingkan Southampton, Everton, dan West Brom.

Wenger akan berharap banyak pada perubahan sistem pertahanan tiga orang yang mulai diadaptasinya pada akhir musim lalu, terutama dengan penambahaan bek sayap berkualitas pasti akan jadi tumpuan untuk musim ini.

Liverpool harus mempertahankan “streak”

Liverpool kehilangan 18 poin secara mengejutkan musim lalu. Hal itu merupakan catatn terburuk dari lima besar klasemen dan menjadi faktor kesulitan mereka di paruh kedua musim lalu. Sebagai perbandingan, Arsenal kalah 11 kali, United 10 kali, Chelsea dan City 9 kali, sementara Spurs hanya kalah 5 kali.

Kedatangan Mohamed Salah mungkin bisa meningkatkan ancaman di lini serang Liverpool dan Jurgen Klopp akan berharap gol dan assist pemain baru itu akan membawa angin segar.

Catatan gol juga jadi perhatian untuk Liverpool, dengan 42 kali kebobolan musim lalu bahkan menjadi situasi yang lebih buruk bahkan jika dibandingkan dengan Manchester United yang berada ditempat kelima.

18 kali kebobolan di Anfield mungkin tidak terdengar mengerikan, tapi itu adalah catatan paling buruk untuk enam besar klasemen, begitupun bila dibandingkan dengan Everton. Spurs (9) dan United (12) adalah yang terbaik dalam kategori tersebut. Liverpool mesti meningkatkan segala kelemahan agar masih bisa dimasukkan ke dalam favorit juara.

Morata harus buktikan diri di Chelsea

Favorit juara selanjutnya adalah sang juara bertahan, Chelsea. Tekanan besar pasti ada dalam diri Alvaro Morata setelah direkrut dengan harga fantastis dengan harapan mampu membuat dampak langsung sebagai striker pilihan utama Chelsea, karena ia berusaha untuk menggantikan Diego Costa yang tidak masuk dalam rencana manajer Antonio Conte.

Costa mencetak 20 gol musim lalu dan memenangkan 15 poin bagi The Blues dalam perjalanan menuju gelar juara, sebuah angka yang tak tertandingi oleh pemain lain di papan atas klasemen musim lalu.

Dengan kehadiran Morata juga, Chelsea dan para penggemarnya tentu memiliki harapan yang sangat ebsar dan itu artinya  mantan striker Real Madrid itu harus bisa konsisten atau bahkan memiliki catatan gol lebih banyak dibandingkan rekan senegaranya itu (Diego Costa).