Barangkali, banyak dari kita yang hanya mengenal Premier League dan Divisi Championship sebagai kompetisi sepakbola Liga Inggris. Untuk pemain gim FIFA ataupun Football Manager, mungkin juga mengenal League One dan League Two. Namun, keempat kompetisi itu bagaikan puncak gunung es karena di Inggris, setidaknya terdapat 22 tingkat kompetisi!

Premier League

Puncak dari gunung es itu bernama Premier League. Kompetisi ini dimulai pada 1992 dan tidak dijalankan oleh FA sebagai federasi. Premier League dijalankan oleh “The Premier League” sebagai operator kompetisi yang beranggotakan ke-20 kesebelasan di Liga Primer.

Sebanyak tiga kesebelasan terbawah langsung terdegradasi ke Divisi Championship, sementara dua teratas di Championship langsung promosi. Sementara itu, peringkat ketiga hingga keenam mengikuti babak play-off untuk melengkapi kesebelasan yang lolos ke Premier League.

Football League

Premier League diatur oleh operator khusus, sementara Football League diatur oleh FA. Football League merupakan kompetisi tingkat kedua sampai keempat yang terdiri dari Divisi Championship, League One, dan League Two. Ketiga divisi ini berisikan kesebelasan profesional di mana para pemainnya merupakan pesepakbola profesional, yang menjadikan sepakbola sebagai pekerjaan utama (full time).

Perbedaan ketiga divisi ini dengan Premier League secara jelas terlihat dari jumlah kesebelasan, di mana ketiganya memiliki 24 kesebelasan. Uniknya, Football League memiliki sistem play off untuk kesebelasan yang promosi.

Football League dan League One mengirimkan dua tim teratas untuk promosi, serta peringkat ketiga sampai keenam untuk babak play-off. Sementara itu, di League Two, tiga kesebelasan teratas promosi sementara peringkat keempat sampai ketujuh melaju ke babak play-off. Artinya, ada empat kesebelasan di League One yang promosi pada musim tersebut.

National League System

National League membawahi 17 tingkat kompetisi. Ini merupakan kompetisi yang biasanya diikuti oleh kesebelasan semi-profesional.

Tingkat teratas (kelima dalam piramida sepakbola Inggris) dari sistem ini bernama Vanarama League. Tingkat kedua (keenam dalam piramida sepakbola Inggris) memiliki dua kompetisi yakni Vanarama League North dan South.

Keunikan dari National League adalah kompetisinya yang berbasis wilayah. Semakin bawah kompetisi, maka wilayahnya semakin menyempit. Ambil contoh Oxfordshire Senior Football League yang merupakan tingkat ke-11 dalam piramida sepakbola Inggris. Kesebelasan yang berlaga hanya berasal dari wilayah Berkshire, Gloucestershire, Oxfordshire, Buckinghamshire selatan, sampai barat Greater London. Kesebelasan yang promosi akan masuk ke Southern League Division One South&West atau Southern League Division One Central, tergantung darimana mereka berasal.

Pada akhirnya, mereka akan disatukan di Vanarama League dan berjuang untuk masuk ke Football League.

Non-League Football

Banyak dari Anda yang mungkin kerap mendengar Non-League Football. Lantas sepakbola macam apakah itu?

Sejatinya Non-League Football adalah kompetisi yang dimulai sejak divisi kelima atau dari National League System. Penyebutan “Non-league” sendiri tak lepas dari kebiasaan orang Inggris yang hanya menyebutkan kata terakhir dalam sebuah frase. Dalam hal ini, “league” tersebut berasal dari “Football League” di mana kompetisi tingkat kelima tidak termasuk ke dalam “Football League” sehingga mereka menyebut kompetisi tersebut sebagai “Non-League”.

“Non-league” identik dengan kompetisi semi-profesional, sehingga beragam jenis profesi bisa ditemui di sana, terutama di tingkat keenam ke bawah. Sejatinya, di Non-League-lah para pesepakbola asli Inggris mentas. Non-league pula yang menjadi alasan mengapa Inggris disebut sebagai tempat lahirnya sepakbola modern.

Terdapat 92 kesebelasan profesional di Football League dan Premier League. Sementara itu, terdapat 5300 kesebelasan di Non-League. Artinya, hampir setiap kecamatan memiliki kesebelasannya sendiri, bahkan lebih dari satu.

Hal ini menjadi penting untuk menjaga atmosfer sepakbola di Inggris itu sendiri. Salah satu cara agar masyarakat mencintai sepakbola adalah membiarkan masyarakat untuk bermain sepakbola. Tentu hal ini tak akan terjadi kalau tak ada infrastruktur yang layak.

Kalau setengah dari 5300 kesebelasan memiliki lapangan sepakbola, setidaknya terdapat 2000 lapangan sepakbola yang terawat di Inggris. Hal ini menunjukkan kalau Inggris memang turut memerhatikan sepakbola akar rumput yang menjadi penopang Premier League, liga termahal sedunia.

Sulitnya Menembus Football League

Di Inggris, hampir jarang terdengar ada kesebelasan yang bangkrut. Kalaupun ada, itu karena sengkarut pemilik kesebelasan yang tak bertanggung jawab, yang rata-rata dimiliki investor asing.

Inggris sebenarnya sudah memiliki sistem yang secara alami menyaring kesebelasan dan memisahkan antara yang mampu dan tidak mampu. Salah satu caranya adalah dengan penerapan status kesebelasan. Kesebelasan profesional diisi oleh pesepakbola full-time sementara semi-profesional diisi oleh pesepakbola part-time.

Pengelolaan kesebelasan semi-profesional jelas berbeda dengan kesebelasan profesional, sekalipun itu kesebelasan yang berlaga di League Two. Di kesebelasan profesional ada satu hal yang mesti diperhitungkan: profit.

Jelas, mereka membutuhkan pendapatan untuk membayar gaji staf dan pemain. Di sisi lain, agar bisnis semakin berkembang, pendapatan itu setidaknya mesti lebih besar dari pengeluaran, karena di kemudian hari akan ada investasi besar baik itu untuk infrastruktur maupun penggajian pemain.

Penyaringan kedua adalah lewat jumlah kesebelasan yang promosi. Apabila Anda membuat kesebelasan, mungkin saja kesebelasan tersebut menjadi juara di Premier League, tapi jangka waktu yang dibutuhkan tidaklah sebentar. Apabila Anda berkompetisi di divisi tingkat ke-15, maka setidaknya diperlukan waktu 16 tahun untuk juara Premier League. Hal ini mungkin dilakukan, tetapi pada praktiknya, belum pernah ada kesebelasan yang sesukses itu.

Selain itu, dari Vanarama National League, hanya dua kesebelasan yang promosi yakni juara dan pemenang play-off. Namun, itu saja tidak cukup karena kesebelasan tersebut mesti memiliki stadion yang layak serta keuangan yang memadai.

Berkibar lewat Piala FA

Meski sulit bagi kesebelasan Non-League untuk berpartisipasi di Football League, tidak demikian dengan para pemainnya. Tidak sedikit alumnus “Non-League” yang berpartisipasi di Premier League, bahkan bisa tembus ke timnas, Jamie Vardy contohnya.

Hal ini tidak lepas dari luasnya area pemantauan pemandu bakat kesebelasan di Liga Primer Inggris. Selain itu, faktor yang memengaruhi selanjutnya adalah pertandingan di Piala FA.

Berbeda dengan kompetisi lainnya, Piala FA memungkinkan kesebelasan “Non-League” bertemu dengan kesebelasan Football league. Piala FA mempertandingkan lebih dari 736 kesebelasan dari 10 tingkat kompetisi. Hal ini membuat para pemain di Non-League bisa unjuk gigi saat menghadapi kesebelasan tingkat atas.

Musim lalu, Eastleigh berhasil melaju hingga babak ketiga, meski kandas oleh Bolton Wanderers yang merupakan kesebelasan Divisi Championship lewat babak replay. Sementara itu, rekor kesebelasan Non-League yang melaju paling jauh adalah Luton Town yang melaju pada babak kelima Piala FA 2012/2013. Di babak keempat, kesebelasan tingkat kelima tersebut berhasil mengalahkan Norwich City, kesebelasan Premier League, dengan skor 1-0.

Soal pemain yang berasal dari Non-League, penggemar United mestilah tahu dengan kiprah Chris Smalling. Sebelumnya, Smalling pernah merumput bersama MU, Maidstone United, sebelum direkrut Fulham pada 2008. Smalling pun akhirnya merumput di Old Trafford pada Januari 2010. Hingga saat ini, Smalling mengisi pos lini pertahanan United dan kerap mencetak gol melalui sundulan.

***

Liga Inggris merupkan liga yang paling kompleks dan terorganisasi di dunia. Kompetisi dibagi menjadi empat tingkat kompetisi profesional dan kompetisi semi-profesional mulai dari tingkat kelima sampai ke-22.

Kompetisi semi-profesional diadakan di wilayah terdekat tempat kesebelasan tersebut didirikan. Kompetisi baru menjadi satu wilayah pada tingkat kelima, satu tingkat di bawah kompetisi profesional.

Kompetisi semi-profesional kerap juga disebut sebagai “Non-League”. Maksudnya, mereka tidak tergabung ke dalam “Football League” yang merupakan kompetisi tingkat kedua sampai keempat.

Sulit bagi kesebelasan “Non-League” untuk bisa unjuk gigi. Jangankan menjuarai Premier League, lolos ke League Two pun sudah merupakan prestasi yang membanggakan.

Namun, kompetisi “Non-League” merupakan piramida dari sepakbola Inggris itu sendiri. Mereka menopang kesuksesan Premier League dalam banyak hal mulai dari antusiasme penonton, sampai atmosfer sepakbola Inggris itu sendiri. Jadi, salah besar kalau menganggap bahwa Premier League berdiri sendiri, karena tanpa kompetisi di bawahnya, Premier League mungkin tak akan semewah sekarang ini.