Foto: Goal.com

Romelu Lukaku mungkin tidak akan pernah dimaafkan oleh penggemar Manchester United. Khususnya terkait apa yang terjadi jelang kompetisi musim 2019/2020 dimulai. Saat itu, ia dan Ole Gunnar Solskjaer mulai tidak saling bicara. Ditambah perilakunya yang terlihat malas-malasan ketika sesi latihan pra-musim dan sempat membocorkan data latihan melalui akun media sosialnya.

Lukaku dianggap provokatif dan tidak menghargai United sebagai kesebelasannya saat itu. Apalagi ia sempat kabur dan numpang latihan bersama Anderlecht. Rasa simpati dari para penggemar perlahan mulai hilang meski sebelumnya nama Lukaku selalu dinyanyikan ketika musim pertamanya sukses membuat 27 gol di semua kompetisi.

Tanggapan negatif sebenarnya sudah ada sejak Lukaku pertama kali menginjakkan kakinya di Manchester. Banderolnya dianggap terlalu mahal. Kedatangannya menjadi alasan dari hengkangnya Wayne Rooney, pemain yang sudah menjadi legenda abadi Setan Merah. Belum lagi fisiknya yang dianggap tidak ideal untuk ukuran striker karena terlalu besar, dan kontrol bola yang kurang apik. Semuanya menyatu dan membuat Lukaku menjadi sebuah lelucon di kanal berbagi video YouTube.

“Sekarang, United harus menemukan orang baru untuk disalahkan. Di United, hanya ada tiga orang yang disalahkan yaitu saya, Alexis Sanchez, dan Paul Pogba. Mereka harus mencari orang lain yang harus disalahkan karena saya sudah angkat tangan. Jika mereka ingin menyalahkan saya, silahkan,” katanya saat siaran Podcast bersama Josh Hart pada Agustus 2019 lalu.

Ucapan tersebut tidak diucapkan dengan nada tinggi, namun dari bahasanya terlihat ada kekecewaan yang begitu besar dalam hati Lukaku. Apalagi ketika ia terheran-heran kenapa penampilan dia di United pada musim keduanya tidak sebagus ketika ia bermain bersama timnas Belgia.

Ada ego yang menaungi Lukaku saat itu. Ia merasa kalau dirinya sudah profesional dengan kembali ke pemusatan latihan lebih cepat sebelum para pemain lain kembali. Namun keputusan dia numpang berlatih bersama Anderlecht dan membocorkan data latihan kepada khalayak umum adalah sebuah pelanggaran yang tidak bisa dimaafkan oleh Manchester United saat itu.

Namun, hati manusia bisa berubah sewaktu-waktu. Ada kalanya kita tersadar kalau apa yang kita lakukan di masa lalu itu ternyata salah dan kita harus menerima konsekuensi itu. Lukaku pun merasakannya. Alih-alih kesal terhadap performanya yang berbeda di musim terakhirnya bersama United, Lukaku merasa kalau itu adalah sifat alamiah yang bisa dialami pesepakbola mana pun yang bisa menjalani karier berbeda di tiap musimnya.

“Satu tahun yang buruk dapat terjadi kepada semua orang dalam karier mereka. Itu yang kemudian terjadi kepada saya. Apa yang terjadi di balik layar sudah terjadi dan itu yang dilakukan untuk saya. Situasi saya sangat sulit karena saya harus membuat keputusan yaitu pergi demi bisa belajar aspek-aspek lain dari permainan saaya dan bekerja untuk seseorang yang benar-benar menginginkan saya,” katanya dalam obrolan bersama Ian Wright.

Lukaku dengan Ole Gunnar Solskjaer tampaknya memang tidak berjodoh. Itulah yang membuatnya berkata kalau situasinya sangat sulit. Ole sebenarnya masih menginginkannya untuk bertahan, namun Lukaku ingin peran utama sebagai penyerang yang mana itu wajar bagi pemain langganan timnas seperti dirinya. Sang manajer juga memilih trio Rashford, Martial, dan Lingard saat itu untuk mengisi lini depannya.

“Ole ingin aku tetap di sini, tetapi kukatakan padanya kalau saya sudah selesai (bersama United). Saya merasa tidak ada energi. Semua pujian kepadanya karena dia adalah seorang pria yang membantu saya bergerak untuk menjauh,” tuturnya.

Lukaku sendiri kini sudah bahagia bersama Inter Milan. Di sana, ia kembali tampil apik dan berbahaya sebagai seorang penyerang. Ia sudah mencetak 17 gol di Serie A. Meski masih kalah dari Ciro Immobile (27 gol), namun jumlah tersebut menunjukkan kalau dia masih layak tampil di level tertinggi. Total 23 gol dari 35 penampilan di semua kompetisi membuatnya melampaui pencapaian Christian Vieri.

United sendiri merasakan kalau pemain seperti Lukaku ini dibutuhkan. Solskjaer yang ingin bermain cepat dengan tiga pemain andalannya tersebut, akhirnya kewalahan karena tidak memiliki penyerang yang memiliki tipikal target man yang bisa menjadi pemantul bola bagi rekan-rekannya. Sampai pada bulan Januari kemarin, United mendapatkan Odion Ighalo dan merasakan manfaat dari memiliki target man.

Layaknya hubungan sepasang kekasih yang sudah tidak akur, maka ada baiknya untuk diakhiri saja ketimbang dipertahankan. Itulah yang akhirnya dipilih oleh Lukaku. Keputusan yang sangat tepat karena keduanya kini sudah mendapatkan kebahagiaannya masing-masing. Namun, Lukaku tidak lupa untuk mendoakan yang terbaik kepada mantan klubnya, begitu juga sebaliknya.

“Kini mereka sudah berada di jalan yang benar karena pemain yang dibawa sangat tepat. Ole bekerja dengan baik dan hasilnya bagus untuk mereka. Saya berharap yang terbaik untuk mereka. United adalah kesebelasan yang memberi saya panggung yang belum pernah saya lihat dalam hidup saya, jadi untuk tidak menghormati mereka dan klub lain adalah sikap kekanak-kanakan,” tuturnya.