Warna biru menyongsong di ufuk timur kota Manchester. Sebuah tanda-tanda kebangkitan agaknya akan segera terbit di sisi yang salah.

Manchester City kini menjelma menjadi salah satu kekuatan baru di Liga Primer Inggris. Kehadiran tetangga yang berisik ini seolah meneguhkan poros Barat Laut Inggris dalam hal kekuatan sepakbola.

Manchester City hidup dari investasi. Pada 2008, Abu Dhabi United Group, mengakuisisi City dari Thaksin Shinawatra. Grup yang dimiliki oleh Sheikh Mansour, ini mengucurkan dana yang begitu besar demi kemajuan City. Namun, mereka tak cuma membeli pemain bintang, tetapi berusaha untuk mengakar di masyarakat Manchester. Salah satu caranya adalah dengan membangun sebuah akademi yang terintegrasi.

Sejatinya, pembangunan akademi ini bukan sekadar mengembangkan bakat-bakat muda yang ada, tetapi juga menegaskan bahwa Manchester City yang sekarang bukan lagi kesebelasan kelas dua, melainkan kesebelasan yang siap mengukir sejarah.

“[Etihad Campus] Terinspirasi dari visi dua investor utama, Dewan Kota Manchester dan Manchester City Football Club –juga Etihad Airways sebagai sponsor eksklusif sejak 2008,” tulis pernyataan resmi Manchester City.

“Etihad Campus adalah proyek ambisius dan inovatif dalam melakukan transformasi dan menyegarkan kembali sebuah bagian sejarah Manchester, dengan membangun sebuah pusat gravitasi baru untuk area dan menyediakan kesempatan yang menyenangkan di olahraga, rekreasi, kesehatan, edukasi dan pekerjaan.”

Etihad Campus

Etihad Campus terletak di sebelah tenggara Stadion Etihad. Awalnya, kawasan tersebut adalah pabrik yang telah ditinggalkan. Maklum, kawasan timur kota Manchester mayoritas adalah wilayah industri, sementara pembangunan infrastruktur perkotaan lebih condong ke arah barat.

Etihad Campus  berdiri di atas lahan seluas 80 hektar. Terdapat 16 lapangan dengan ukuran standar FIFA, satu lapangan di dalam ruangan, serta satu lapangan yang dikelilingi tribun.

Jumlah lapangan di Etihad Campus terbilang masif. Lapangan di Trafford Training Center, sarana latihan Manchester United, misalnya berjumlah 14 lapangan tanpa lapangan yang memiliki tribun.

Situs yang mulai dibangun pada 2012 ini, diresmikan pada Desember 2014. Etihad Campus pun menjadi tempat latihan Manchester City yang baru setelah pindah dari Carrington Training Centre, yang bersebelahan dengan tempat latihan United.

Fasilitas di Etihad Campus terbilang lengkap. Ada 14 lapangan, termasuk lapangan sintetis berwarna biru. Selain itu, hadir pula sarana untuk meningkatkan fisik pemain. Kesebelasan biasanya melakukan latihan cross country untuk menguji ketahanan pemain lewat jalanan yang naik turun. Etihad Campus memiliki “Woodland Fitness Trail” yang difungsikan untuk menyerupai cross country.

Hal yang menarik dari Etihad Campus tentu kehadiran “Performance Centre” yang merupakan asrama untuk pemain maupun orang tua. Fasilitas yang ditawarkannya pun lengkap seperti ruang analisis, sarana kebugaran, sampai ruang penyimpanan sepatu. Dengan ini, para pemain akademi akan langsung melihat lapangan sebagai pemandangan pertama saat ia bangun tidur.

Selain fasilitas olahraga, dibangun pula pusat pendidikan Connell Sixth Form College yang berdiri tepat di ujung barat daya Etihad Campus yang dibuka pada 2013. Masih di wilayah Etihad Campus, meski dipisahkan jalan Alan Turing, dibangun pula Manchester Institute of Health and Performance serta East Manchester Academy.

Soal fasilitas, para pemain utama pun tidak ada yang meragukannya. “Ini lebih baik daripada hotel,” tutur Pablo Zabaleta.

“Di sini lebih privat. Kami tak melihat orang-orang hilir mudik dan ini lebih nyaman buat tim. Fasilitasnya, seperti ruang ganti, spa, bahkan kantin, amatlah fantastis. Semua yang bisa Anda bayangkan, ada di sana. Sebagai pemain, Anda datang ke sini setiap hari dan berpikir, ‘saya lebih baik di sini dari pada di rumah.’ Saya bisa menghabiskan delapan atau sembilan jam di sini.”

Berpusat di Arena

Terdapat jembatan yang menghubungkan Etihad Campus dengan Stadion Etihad. Tepat di muka jembatan, bangunan pertama yang langsung terlihat adalah “Arena”. Bangunan ini merupakan struktur terbesar kedua di Etihad Campus setelah “Performance Center” yang terletak di tengah Etihad Campus.

Arena sejatinya merupakan stadion dengan kapasitas lima ribu orang. Seluruh tribunnya, termasuk tribun berdiri di belakang gawang, memiliki atap. Di “Arena” seluruh kegiatan, bukan cuma Etihad Campus, tapi juga Manchester City, dioperasikan. Terdapat ruangan untuk staf sampai kantor untuk dewan klub yang terletak di tribun timur “Arena”.

“Arena” menjadi arena bagi tim akademi maupun tim U-21 City saat menjamu kesebelasan lain. Mereka tak perlu pergi ke kota sebelah hanya untuk menyewa stadion yang kapasitas tribunnya lebih kecil.

Di sini tim akademi diuji secara mental karena ada penonton yang menyaksikan. Dengan area yang amat dekat, membuat tekanan akan lebih terasa. Selain tim pria, tim perempuan Manchester City pun bertanding di sini. Bahkan timnas perempuan Inggris juga pernah bertanding di sini.

Arena seolah menjadi pusat dari kehidupan Manchester City. Pengelolaannya ada di sana, regenerasinya pun berawal dari sana. Di Arena, para pemain muda mesti menunjukkan kemampuannya.

Jembatan yang menghubungkan Stadion Etihad dan Etihad Campus sebenarnya bisa dilhat dari sisi filosofis. Kehadiran jembatan tersebut seolah menjadi simbol berupa jalan dari manajemen City untuk para pemain muda agar bisa masuk ke tim utama. Kehadiran jembatan tersebut bukan cuma sebagai landmark berbentuk bangunan, tetapi bisa saja menjadi landmark kesuksesan City di masa depan.

Membangun Manchester Timur

Etihad Campus memang telah diresmikan. Namun, dari jadwal, setidaknya akan ada tiga tahap pengembangan yang berlangsung selama 10 tahun.

“Etihad Campus adalah sebuah pusat olahraga, rekreasi, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan komunitas di timur Manchester,” tulis situs City soal Etihad Campus.

Pembangunan Etihad Campus sebenarnya tidak melulu soal Manchester City, melainkan soal Manchester bagian timur yang sering dianggap terlupakan. Dalam hal pembangunan, timur seolah terlupakan karena wilayah industri; pun di sepakbola di mana piala selalu mengarah ke arah barat.

Pembangunan akademi sebenarnya adalah tahap pertama dari tiga tahap yang telah direncanakan. Tahap yang kedua adalah penambahan jumlah kursi di Stadion Etihad hingga 70 ribu kursi. Dengan ini, manajemen memperbesar kesempatan penggemar untuk dapat menyaksikan langsung pertandingan di stadion.

Salah satu alasan dari pengembangan ini adalah untuk merekatkan diri dengan masyarakat Manchester. Ini terbilang unik di mana City justru tutur membangun permukiman di timur Manchester yang disebut-sebut oleh Dewan Kota Manchester sebagai “investasi permukiman terbesar untuk satu generasi”. Sebanyak enam ribuan rumah rencananya sudah rampung pada 2017.

Hal yang paling penting untuk merekatkan diri dengan masyarakat, dan telah dilakukan oleh City, adalah dengan menginstruksikan pengembang agar memprioritaskan tenaga kerja lokal.

Upaya City untuk merebut hati masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang nyata. Di sepakbola, City menyediakan slot untuk 40 peraih beasiswa untuk bisa berlatih di akademi. Di bidang pendidikan, City membangun tiga pusat pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarkat. Di luar dua hal itu, City justru membangung sejumlah taman dan  ribuan permukiman.

Dengan cara-cara di atas, mungkinkah hati masyarakat Manchester mulai berpaling ke timur?