Manchester United sempat kehilangan daya kreativitas pada beberapa tahun sebelum 2012. Musim 2011/2012, serangkaian kekalahan dan penampilan buruk berujung pada tuduhan atas lini tengah yang tidak mampu mengkreasikan peluang. Sir Alex Ferguson bahkan sampai mati-matian mengejar Wesley Sneidjer pada musim panas 2012 untuk menyelesaikan masalah itu. Tak hanya Sneidjer, Ferguson juga mengincar Luca Modric dan Rafael van der Vaart. Selain itu, terselip satu nama yang tidak setenar tiga nama sebelumnya, Shinji Kagawa, yang memicu pertanyaan ‘Siapa itu?’ di kalangan fans United. Lalu siapa sebenarnya Kagawa saat itu?

Namanya memang kurang dikenal di Inggris, tapi jangan salah jika menanyakan publik sepakbola Jerman. Kagawa adalah bintang Borussia Dortmund saat itu. Ia berhasil mencetak 17 gol dari 43 pertandingan di musim 2011/2012 di mana Dortmund merajai Jerman dengan meraih Bundesliga dan DFB Pokal.

Kagawa mampu bermain sebagai pemain No.10 dengan kemampuan dribel, umpan akurat, dan kreativitasnya yang tinggi. Tapi jauh sebelum itu, Kagawa haru bekerja keras terlebih dahulu melewati berbagai rintangan semenjak ia masih berada di Jepang.

Kagawa lahir tepat pada hari ini, 17 Maret, 28 tahun yang lalu, empat tahun sebelum J-League (Liga Jepang) didirikan. Sejak umur lima tahun, ia sudah bergelut dengan si kulit bundar. Kagawa bergabung bersama klub-klub kecil seperti Marino Football Club, Nobe NK Football Club, dan FC Miyagi Barcelona. Ketika menginjak usia 16, Kagawa terpilih dalam pemain pilihan di masing-masing regional dan akan menghadapi timnas Jepang U-18. Pertandignan tersebut menjadi batu loncatan bagi Kagawa, ia tampil impresif untuk menginspirasi kemenangan 5-2 timnya.

Namanya mulai mencuat sejak itu. Tidak berlebihan karena hampir semua klub Jepang menginginkan jasa pria 172 cm ini. Akhirnya ia bergabung bersama Cerezo Osaka yang tampil di J-League Division 2 pada tahun 2006. Kagawa menjadi pemain pertama dalam sejarah sepakbola Jepang yang bergabung dengan klub profesional ketika masih duduk di bangku SMA dan tanpa pernah bermain untuk tim muda sebuah klub.

Pada musim keduanya, musim 2007 (format penyelenggaraan Liga Jepang dimulai dari awal tahun dan berakhir di akhir tahun), Kagawa mulai bermain reguler untuk Cerezo dengan catatan 36 penampilan dan tujuh gol. Puncak karir Kagawa bersama Cerezo hadir pada musim 2008 dimana ia mencetak 27 gol dan membawa Cerezo promosi ke J-League.

Di J-League musim 2010, Shinji Kagawa terus menunjukan penampilan baiknya, ia mampu mencetak tujuh gol dalam 11 pertandingan. Sebuah catatan yang untuk striker saja sudah bagus, apalagi untuk gelandang serang seperti Kagawa. Di pertengahan musim itu, ketika klub-klub Eropa sibuk mencari pemain di bursa transfer musim panas, nama Kagawa masuk ke dalam radar Borussia Dortmund. Die Borussen akhirnya mengamankan jasa Kagawa dengan banderol 350 ribu euro.

Kagawa tak butuh adaptasi lama, ia berhasil mencetak dua gol pada pertandingan kualifikasi Europa League melawan Qarabağ FK. Ia kemudian meneruskan tren positifnya dengan mencetak gol ke gawang Vfl Wolfsburg di Bundesliga. Nama Kagawa benar-benar diagungkan fans Dortmund ketika ia berhasil menyarangkan sepasang gol pada derby Reviederby ke gawang musuh bebuyutan Dortmund, Schalke 04.

Meski musim pertama ia masih menjadi pelapis, namun kontribusi Kagawa tak dapat diremehkan. Ia mencetak 12 gol dalam 28 pertandingannya di semua ajang dimana Dortmund berhasil keluar sebagai kampiun Bundesliga musim 2010/2011. Kagawa terus berkembang pada musim keduanya. Ia kembali berkontribusi dalam Double Winner yang diraih Dortmund. Total, Kagawa berhasil menceploskan bola ke gawang lawan sebanyak 17 kali dari 43 penampilannya.

Ferguson hadir dalam pertandingan final DFB Pokal dimana Dortmund menggilas Bayern Munchen dengan skor 5-2. Kagawa tampil luar biasa dengan mencetak satu gol dan satu asis. Pertandingan tersebut ternyata menjadi pertandingan terakhir Kagawa untuk Dortmund. Ia bergabung bersama United pada musim panas 2012 dengan mahar 12 juta paun jika tidak ditambahkan dengan klausul lain.

Bersama United, Kagawa tak dapat menjadi pemain kunci tim seperti kala ia berseragam Dortmund. Pencapaiannya memang tidak buruk-buruk amat, Kagawa mencatat enam gol dari 20 penampilannya di Liga Primer musim 2012/2013 di mana United mampu keluar sebagai juara. Bukan hanya menjadi pemain Asia pertama yang berhasil mengangkat trofi Liga Primer, Kagawa juga menjadi pemain Asia pertama yang berhasil mencetak hattrick di Liga Primer. Diantara enam gol itu, tiga ia sarangkan pada pertandingan melawan Norwich City.

Namun karirnya bersama United hanya berlangsung selama dua musim. Kualitas Kagawa tidak dapat dimaksimalkan oleh David Moyes dan Louis Van Gaal tidak mencantumkan nama Kagawa dalam rencana jangka panjangnya. Akhirnay Kagawa kembali ke Dortmund pada musim 2014/2015.

Harapan besar tertuju pada Kagawa yang dulu pernah menjadi idola Dortmund. Kala itu, Dortmund sedang mengalami krisis yang parah. Mereka bahkan sempat terdampar di posisi juru kunci Bundesliga. Meski kontribusi Kagawa tidak sebaik periode pertamanya, namun Kagawa kembali tampil sebagai pemain utama Dormund.

Saat ini, Kagawa memang masih belum mampu mengembalikan performa terbaiknya. Namun, terlepas dari itu, ia adalah seorang pemain dengan sifat pekerja keras khas orang Jepang. Kerja kerasnya dibarengi dengan rasa percaya diri yang tinggi yang dapat membuatnya berkelana di Eropa. Mantan direktur Miyagi, Noboru Kusaka masih mengingat optimisme Kagawa ketika ia masih berusia 12 tahun.

“Jika saya tidak bisa masuk ke tim usia dini klub J-League, saya akan bermain di klub lokal sehingga saya bisa bergabung dengan tim muda klub J-League atau tim sepakbola SMA ketika saya berusia 15 tahun, lalu saya akan bekerja keras untuk menjadi profesional. Suatu saat ketika saya bermain di tim utama, saya akan bermain untuk timnas Jepang muda dan akhirnya akan bermain untuk timnas senior,” ujar Kagawa.

Selamat ulang tahun, Shinji Kagawa!