Manchester united

Ketika kita membicarakan tipe pemain tengah seperti apa yang pantas bermain untuk Manchester United, maka muncul beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai sebuah syarat. Ada yang mengatakan bahwa ia harus punya akurasi umpan yang akurat, ada juga yang mengatakan dia harus bisa membantu lini depan dan lini belakang. Paul Scholes.

Soal kriteria mungkin beragam. Akan tetapi jika mencari contoh pemain tengah yang komplit ketika berseragam Manchester United, maka hanya ada satu nama yang tepat. Nama itu adalah Paul Scholes.

Tidak ada yang menyangkan bahwa Scholes akan menjadi salah satu legenda besar Manchester United. Diantara lima rekannya sesama Class of 92, Scholes adalah yang paling terakhir bergabung. Ia baru bergabung dengan United di usia yang sudah 17 tahun. Ia juga memiliki penyakit asma yang bisa mengganggu karirnya sewaktu-waktu. Meski begitu, talentanya yang spesial membuat ia dengan cepat mengalahkan keterbatasannya tersebut.

Keberadaan pemain yang pada 16 November ini berusia 43 tahun ini bahkan membuat penonton United rutin menyaksikan laga-laga tim muda. Hal ini sempat dijelaskan oleh sang manajer Eric Harrison dimana Si Pangeran Jahe menjadi pemain yang paling disukai diantara rekannya yang lain.

“Ketika itu banyak penonton yang ingin menyaksikan tim ini. Kami punya Beckham, Giggs, Neville bersaudara, Butt, dan Thornley. Akan tetapi yang menjadi idola adalah Paul Scholes. Permainannya enak dilihat dan gol-golnya fantastis,” ujarnya.

Scholes tentu tidak akan sebesar saat ini jika tidak ada bimbingan dari Eric Harrison. Meski Sir Alex adalah orang yang memberinya debut di tim utama namun berkat pedoman latihan tidak biasa ala Eric lah yang membuat nama Scholes menjadi salah satu gelandang tengah terbaik di dunia.

Para pemain tim muda United yang berposisi sebagai pemain tengah memiliki metode latihan bernama “menyeberang jalan.” Ini dilakukan saat permainan gim lima lawan lima. Namun dengan satu aturan unik yaitu sesaat sebelum menerima bola dari rekannya, si pemain harus menengok ke kiri dan kanan seperti orang menyeberang jalan. Akan ada hukuman apabila salah seoang pemain melanggarnya.

Memang dasar bakat, Scholes menjadi pemain yang paling cakap menjalankan metode ini. Ia mampu melihat sekeliling sebelum menguasai bola di kakinya. Jika tidak percaya, Anda bisa mencari video mengenai umpan-umpan Paul Scholes di Youtube. Cara aneh inilah yang membuat nama Scholes dikenal sebagai pengumpan yang baik.

Selain itu, penggemar Oldham ini dikenal sebagai pemain yang penuh ambisi. Dia tidak takut melancarkan tekel ataupun berduel fisik dengan lawan yang ukuran badannya lebih besar dibandingkan dirinya. Tak jarang terkadang ia sering mendapatkan hukuman kartu, entah kuning atau merah, dalam laga yang sebenarnya penting.

Salah satu yang ikonik adalah ketika ia terkena kartu kuning yang membuatnya absen dalam final Liga Champions 1998/1999. Tekel dua kakinya kepada Didier Deschamps membuat ia bersama Roy Keane harus menyaksikan partai final dari tribun penonton. Sesuatu yang membuat ia tidak layak menerima medali juara tersebut.

“Saya dan Roy (Keane) diberi medali tapi itu tidak berarti apa-apa karena kami tidak menjadi bagian dari 11 pemain yang tampil di sana. Jika anda ingin medali maka anda harus bermain di final. Itulah prinsip saya. Anda harus berada di lapangan jika ingin mendapatkan medali dan bukan di bangku cadangan.”

Beruntung Scholes bisa merasakan medali Liga Champions “sesungguhnya” pada 2008. Ia diturunkan sejak menit awal dan menjadi kreator bagi gol Setan Merah yang dicetak Cristiano Ronaldo. Ia kemudian digantikan Ryan Giggs pada menit ke 87.

Jika ada satu kekurangan yang dimiliki Scholes, itu adalah kemampuan ia dalam hal menjual dirinya. Perlu diketahui bahwa sosok Scholes bukanlah orang yang glamor layaknya David Beckham. Di luar lapangan, ia sangat kalem. Berbeda 180 derajat ketika ia berseragam merah. Ia jarang menerima wawancara dari media bahkan media resmi United sekalipun.

Baginya yang terpenting adalah bermain sepak bola. Bahkan salah satu penjual kaus di sekitar Old Trafford pernah mencetak kostum bergambar wajahnya dengan tulisan: “Bangun tidur, latihan, bertanding, mandi, pulang.” Sebuah penegasan bahwa Scholes hanya ingin dikenal sebagai pemain bola. Beruntung selepas pensiun, ia menjadi pribadi yang lebih luwes setelah menerima tawaran menjadi pundit di BT Sports selama empat tahun.

Scholes tidak perlu memakai pakaian mewah atau jam tangan mahal untuk diakui keberadaannya. Ia hanya perlu torehan 718 caps, 155 gol, serta 25 gelar level klub dan 13 penghargaan individu untuk membuat dirinya menjadi salah satu pemain terbaik yang pernah dimilik Manchester United.

Happy Birthday Paul Scholes!