Karier Memphis Depay bersama Manchester United baru saja berakhir pada bursa transfer musim dingin lalu. Kegagalan Memphis menembus tim utama membuat ia memutuskan untuk hengkang demi mendapat kesempatan bermain yang lebih banyak. Memphis ditebus oleh Olympique Lyon dengan mahar 17 juta paun.

Awalnya, kedatangan Memphis ke Old Trafford dipercaya banyak orang sebanyak langkah tepat dari Louis van Gaal melihat performa apik Memphis bersama PSV. Pada musim 2014/2015, Memphis berhasil mencatatkan dirinya sebagai top skorer Eredivise dengan total 22 gol dan sukses mempersembahkan gelar liga. Memphis langsung digadang-gadang akan menjadi “Pemain No. 7” United yang sukses setelah beberapa pemilik nomor sakral tersebut mengalami kegagalan. Ia juga kerap dibandingkan dengan Cristiano Ronaldo yang memang keduanya memiliki posisi yang sama.

Memphis memiliki fisik yang kuat ditambah dengan kecepatan dan kemampuan dribel yang mumpuni sehingga banyak yang mengatakan ia akan cocok bermain di Liga Primer yang sangat mengandalkan fisik. Kekuatan pada kaki kanannya pun dapat menjadi senjata mematikan, Memphis dapat melakukan cut inside dan melepaskan sepakan keras yang sangat berbahaya. Ia juga lihai dalam mengelabui lawan dengan dribelnya. Secara mental, ia juga sangat termotivasi untuk memenangkan setiap pertandingan. “Saya ingin selalu menang. Jika saya kalah, hari saya akan kacau,” ujar Memphis.

Ia juga memiliki tendangan bebas yang mematikan. Pada musim 2014/2015, Memphis sukses mencetak delapan gol tendangan bebas yang membuat ia berada pada posisi teratas daftar nama pencetak gol terbanyak tendangan bebas musim itu, mengalahkan Hakan Calhanoglu dengan total lima gol.

Baca juga: Apa Kabar, Memphis Depay?

Berbagai kemampuan yang ia miliki itu membuat kedatangannya di Manchester disambut dengan baik. Memphis diperkirakan akan mengikuti jejak kompatriotnya, Ruud van Nistelrooy, yang sukses bersama United setelah pindah dari PSV. Nomor pungung tujuh yang ia kenakan dianggap tidak akan menjadi beban, justru Memphis dipercaya akan masuk ke dalam Magnificent Seven, deretan nama pemegang no tujuh terbaik Manchester United.

Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Memphis gagal mewujudkan harapan banyak fans United sebagai penerus Ronaldo. Ia hanya mencetak tujuh gol dari 53 penampilannya dalam 18 bulan berseragam United. Lalu apa penyebab kegagalan Memphis?

Di bawah arahan Van Gaal, Memphis menjadi “korban” eksperimen pelatih asal Belanda itu. Ia pernah diturunkan sebagai “Pemain No.10” di mana ia harus bermain di sektor tengah lapangan, kondisi yang kurang memungkinkan Memphis untuk melebar dan melakukan cut inside. Padahal, Van Gaal sendiri yang melatih Memphis di timnas Belanda dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaik Memphis pada Piala Dunia 2014.

Bersama PSV, Memphis diberi peran sebagai sayap kiri yang bebas. Ia didukung dengan kemampuan menyerang dari bek sayap kiri, Jetro Williams, serta pergerakan striker Luuk de Jong. Tapi, bersama United Memphis gagal mengulang penampilan impresifnya. Saat bermain di sayap kiri pun ia kerap kesulitan mengembangkan permainan. Bahkan banyak yang menyebut bahwa jika Memphis dimainkan di sektor kiri, serangan United akan terfokus ke Memphis sehingga menurunkan daya kretivitas serangan.

Kurang Profesional

Selain itu, kegagalan Memphis juga disebabkan oleh sikapnya yang kurang profesional. Setahun lalu, ketika ia berulang tahun ke-22, Memphis mengadakan pesta besar di Rotterdam, hanya beberapa jam setelah United mengalami kekalahan mengecewakan bersama Sunderland.

Gaya hidup mewahnya juga kerap dikritik oleh berbagai pihak. Memphis memiliki mobil Royce Phantom Drophead Coupe seharga empat miliyar, mansion yang ia sewa dari Micah Richards di Cheshire, serta mansion miliknya sendiri seharga 21 miliyar di Eindhoven. Ryan Giggs bahkan pernah menyarankan Memphis untuk menghindari distraksi seperti itu dan benar-benar fokus di sepakbola.

Di bawah kepemimpinan Jose Mourinho, masa depan Memphis mulai diberitakan. SIkap tidak profesionalnya tentu dapat membuat Mourinho geram dan menyingkirkannya dari skuat United. Tapi pelatih asal Portugal itu menolak pernyataan tersebut dan menyatakan bahwa Memphis akan tetap di Manchester pada awal musim.

Tapi Memphis tidak dapat memperbaiki performanya. Ia tidak dapat menembus tim utama dan hanya bermain delapan kali tanpa sekalipun mencetak gol. Begitu pula dengan sikapnya. Januari lalu, foto dirinya sedang menghisap shisha dan minum soda bersama tiga temannya di Rotterdam menyebar. Bukan hanya karena shisha tidak baik untuk olahragawan, kejadian tersebut sangat dikecam karena performanya yang masih anjlok bersama United.

Hingga pada akhirnya Memphis dilepas oleh United ke Lyon. Tapi Mourinho sendiri menolak mengatakan bahwa masalah Memphis di United adalah sikap tidak profesionalnya. Menurut Mourinho, kegagalan Memphis dikarenakan oleh banyaknya pemain yang berada pada posisi yang sama.

“Sulit bagi saya untuk menjawab mengapa ini tidak bekerja dengan baik. Dari sudut pandang saya, lebih mudah dan dia pantas mengatakan dia sosok yang profesional. Jika ada yang berpikir dia gagal karena dia tidak profesional, itu salah,” ujar Mourinho.

“Dia adalah anak yang menghormati semua orang, terus bekerja keras untuk mendapat peluang dan frustrasi karena akhirnya tak mendapatkannya. Jika saya bisa menemukan alasan, maka itu karena kami punya banyak pemain di posisinya dan sulit mendapat kesempatan di sini. Ada enam alternatif, dan bahkan Wayne Rooney beberapa kali bermain dari kiri. Ini adalah posisi yang sulit, bahkan dengan rotasi sekalipun. Kami punya terlalu banyak pemain di sini,” tambahnya.

Meski kini Memphis tak lagi membela United, tapi banyak yang percaya bahwa 18 bulan itu bukanlah kali terakhir fans United melihat Memphis bermain untuk mereka. Apalagi dengan klausul opsi pembelian kembali yang tertera dalam transfer Memphis, ditambah dengan Mourinho yang tidak menutup pintu bagi Memphis untuk kembali, membuat kembalinya Memphis menjadi bukan hal yang tidak mungkin.

“Tentu saja, karena secara potensi Depay merupakan pemain yang sangat bagus. Sangat penting bagi klub untuk tetap mengontrol talentanya dan berharap dia bermain baik di Lyon, dan mengapa tidak dia kembali karena semua orang menyukainya di sini,” jawab Mourinho ketika ditanya tentang opsi pembelian kembali Memphis.

Meski kini masih belum bisa menaikan performanya bersama Lyon, Memphis masih memiliki banyak waktu untuk belajar dan bekerja keras untuk menjadi lebih baik. Bukan tidak mungkin jika Memphis akan kembali ke United dan menjadi Magnificent Seven selanjutnya setelah ia memperbaiki segalanya, baik itu performa di atas lapangan maupun sikap professional diluar lapangan.