Secara harafiah, Lord adalah orang atau ilah yang mempunyai wewenang, kendali, atau kuasa atas pihak lain, entah itu majikan, pemimpin atau penguasa. Bagi masyarakat Britania Raya, sebutan ini kerap dijadikan gelar bagi para bangsawan pewaris gelar, dan sebagai sapaan bagi kaum sesama bangsawan.

***

Marouane Fellaini dan Chris Smalling memiliki beberapa kesamaan. Mereka sama-sama pemain sepakbola, mereka sama-sama membela Manchester United, dan mereka juga sama-sama berulang tahun pada hari ini. Akan tetapi, yang mengundang decak kagum banyak kalangan, keduanya juga sama-sama menyandang gelar Lord.

Gelar ini tidak diberikan secara resmi oleh penguasa Inggris. Bukan juga diberikan oleh Raja Philippe di Belgia. Gelar ini hanya sebatas pemberian netizen penggemar Manchester United atas kekaguman mereka terhadap dua pemain tersebut. Kata kagum tersebut juga bukan bermakna yang sebenarnya. Kata kagum disini lebih mengarah ke sarkas dengan maksud menyindir.

Lagian, tim mana yang bisa mempertahankan pemain yang tidak bisa apa-apa seperti Fellaini maupun Smalling dalam kurun waktu lebih dari lima tahun. Jangankan menjadi salah satu pemain terbaik dunia, mendengar namanya muncul di starting eleven saja sudah membuat para penggemar United pesimis.

Smalling adalah salah satu bakat muda terbaik saat masih membela Fulham. Begitupun dengan Marouane Fellaini yang sebelum direkrut adalah pemain muda terbaik Everton. Ketika mereka memutuskan datang ke United, saya masih percaya kalau kedua pemain ini akan menjadi pemain hebat. Smalling sudah menunjukannya dengan kesuksesan mengangkat dua trofi liga sedangkan Fellaini menjadi top skor klubnya sebelum mengepak koper ke Manchester.

Akan tetapi, seiring waktu berganti, harapan itu perlahan memudar. Fellaini tampil tidak jelas pada musim pertamanya. Ia hanya planga-plongo di tengah sembari menunjukkan model rambutnya yang mengundang perhatian. Sementara Smalling seperti kehilangan arah setelah Sir Alex Ferguson memutuskan untuk pensiun.

Smalling adalah pemain belakang paling kocak yang pernah saya saksikan. Jangankan permainannya, tampangnya pun tidak menunjukkan kalau dia adalah bek yang siap tarung layaknya Nemanja Vidic. Menahan bola yang bergulir pelan saja kadang membuatnya sampai harus terpeleset.

Kedua pemain ini membuat kita sulit menilai apakah mereka benar-benar layak bermain untuk United atau tidak. Saat peluit wasit ditiup, keduanya memulai laga dengan berada di tengah-tengah antara bermain dengan bagus atau menunjukkan sisi humoris mereka yaitu membuat banyak kesalahan.

Saya adalah orang yang berharap kedua pemain ini bisa meninggalkan United secepatnya. Akan tetapi, entah karena doa saya yang buruk atau usaha saya kurang keras, harapan saya tidak pernah dikabulkan. Yang ada, mereka membuat saya semakin terlihat bodoh karena kendali, kuasa, dan wewenang mereka di Manchester United justru semakin menjadi-jadi seperti pengertian Lord yang sudah dijabarkan di paragraf pembuka.

Entah pelet apa yang mereka gunakan atau ilmu sakti apa yang mereka pakai sehingga tiga pelatih yang menangani United sejak 2013, masih menggunakan jasa mereka. Louis van Gaal yang terkenal keras bisa jinak di depan Smalling. Saking kuatnya kharisma Smalling, ia sampai lupa kalau nama depannya adalah Chris bukan Mike. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, ia bahkan memberinya jabatan sebagai salah satu kapten.

Magis Fellaini bahkan lebih kuat lagi. Entah apa yang ada di pikiran para petinggi United saat memberinya perpanjangan kontrak selama dua tahun pada awal musim ini. Demi seorang Fellaini, pihak klub mengubah perjanjian yang sebelumnya sudah ada di klub yaitu larangan memberikan kontrak lebih dari setahun untuk pemain berusia 30 tahun keatas.

Pelatih sekaliber Jose Mourinho bisa dibuat jatuh cinta oleh pesonanya. Bahkan Fellaini adalah pemain yang punya tugas paling enak dibanding pemain lain di era kepelatihan Mourinho. Di saat yang lain memikirkan caranya menembus lini pertahanan lawan, Fellaini hanya diperintahkan untuk masuk kotak penalti, mengganggu dua bek tengah lawan, dan melompat setinggi-tingginya jika ada bola yang melayang. Taktik ini bahkan membuat ngeri Massimiliano Allegri, pelatih yang memiliki pemain yang ratusan kali lebih hebat dari seorang Fellaini.

Musim ini, kedua pemain ini datang dengan pesona baru yang sama-sama datang dari model rambut mereka. Entah karena terinspirasi dari Rio Ferdinand, Smalling mengubah rambutnya menjadi Cornrow. Masa aktif rambut kribo Fellaini juga sudah berakhir bulan ini. Dia memilih menyisakan setengah saja rambutnya untuk membuat orang-orang yang punya masalah penglihatan melihatnya seperti sosok Zidane.

Apa boleh buat. Untuk saat ini kita masih dipaksa untuk melihat dua sosok Lord ini berkeliaran di Carrington Training Center. Semoga saja kharisma mereka membuat permainannya menjadi lebih baik lagi dan tidak sebatas hanya menjadi pahlawan derby ataupun pahlawan ketika melawan Meriam London. Seandainya mereka tampil bagus, bisa saja nama keduanya akan abadi di Manchester.

Tulisan ini dibuat untuk merayakan ulang tahun Chris Smalling dan Marouane Fellaini yang jatuh tepat pada hari ini.