Bagi pemuda yang sudah berusia 24 tahun, usia tersebut sudah dikatakan sebagai usia yang sudah matang. Dalam sebuah teori psikologi, perkembangan usia ini berada dalam kategori dewasa awal di mana manusia sudah dituntut untuk dapat melakukan berbagai hal seperti memilih pasangan, hidup bersama pasangan, mengelola rumah tangga serta bertanggung jawab bagi masyarakat dan warga negara. Ini merupakan tahapan awal bagi seorang manusia untuk menuju fase dewasa dan usia lanjut.

Lantas, seberapa susahnya menjadi Paul Pogba?

Di belahan Manchester tepatnya di bagian Manchester Merah, Paul Pogba akan menyambut hari jadinya yang ke-24 pada 15 Maret. Pogba mungkin tidak menyangka bahwa menjelang pergantian usianya, klub tempatnya bermain sekarang sedang berada dalam fase yang tidak terlalu baik. Tiga kali main tapi nihil kemenangan. Pertandingan terakhir jelang ulang tahunnya pun berakhir dengan tersingkirnya United dari ajang tertua Piala FA.

Pemain yang saudara-saudaranya juga pesepakbola ini mungkin baru merasakan betapa beratnya bermain untuk Setan Merah. Tidak ada yang bisa menandingi skill-nya ketika ia masih menjadi langganan tim reserve United enam tahun lalu. Akan tetapi, Pogba justru marah kepada pelatih sekelas Fergie yang lebih memilih Rafael ketimbang dirinya. Bagi Fergie, Pogba belum siap. Semusim berselang Pogba pun ngambek dan hijrah ke Turin bersama tim besar lain Juventus.

Bersama kesebelasan yang dijuluki kekasih Italia ini permainan Pogba meningkat pesat. Bersama Arturo Vidal dan Andrea Pirlo ia menjadi sosok yang tak tergantikan di lini tengah Bianconeri. Ia bermain bagus di musim 2014 dan terlibat di hampir seluruh pertandingan liga. Pogba menjadi pemain penting Juve yang diikuti dengan resahnya para pendukung setan merah yang merasa kehilangan talenta terbaiknya. Tifosi United menunjuk Fergie sebagai biang keladi, sementara Fergie menunjuk Mino Raiola sebagai kambing hitam yang saat itu ikut campur dalam urusan Pogba.

Kembali ke Manchester

Pasca Piala Eropa 2016, nama Pogba pun muncul kembali berseragam merah. Akan tetapi nilai mantan pemain Le Havre ini begitu fantastis. Keluar dari Inggris dengan banderol nol rupiah, namun kembali ke pelukan Manchester dengan triliunan rupiah. Penyambutannya pun bisa dikatakan cukup meriah. Tagar #Pogback muncul sebelum United melawan Leicester, apparel yang bekerja sama dengannya pun membuat sebuah video spesial yang berisi Pogba menari dab.

Kesan positif dan negatif pun hadir mengiringi kembalinya Pogba. Ia diharapkan bisa bermain sebaik saat masih di Juve. Suporter juga menginginkan lahirnya gol dari tendangan voli yang sempat dilakukan Pogba seperti saat masih bermain di Italia. Namun ada juga yang sinis dengan kedatangan Pogba. Kritik tentang gaya rambut yang selalu berganti di tiap gim lebih banyak muncul. Di saat rekan-rekannya sedang fokus terhadap persiapan pertandingan, ia justru kerap membuat gerakan-gerakan aneh yang dipersiapkan sebagai selebrasinya jika ia mencetak gol.

“Saya sering bercanda di sosial media atau dimanapun. Namun bukan saat anda berada di posisi keenam di liga dan anda belum berada di posisi liga Champions, anda harus berjuang. Anda belum memenangkan sesuatu. Sampai anda memenangi sesuatu anda tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu.”

Lautan Kritik 

Itulah kutipan dari seorang Rio Ferdinand yang mengkritik Paul Pogba saat video nya menari di ruang ganti United tersebar di media sosial beberapa bulan lalu. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Pogba tidaklah salah. Dia mungkin hanya ingin ruang ganti tidak berada dalam kondisi kaku dan tegang. Apalagi Pogba (serta Ashley young) bisa dikatakan sebagai pelawaknya United pasca hilangnya Patrice Evra dan Park Ji Sung. Akan tetapi perlu diingat bahwa kontribusi Pogba hingga saat ini belum terlalu signifkan.

Kritik demi kritik kembali hadir pasca hasil imbang United melawan Bournemouth. Carragher dan Lampard memberikan komentar yang kurang lebih sama seperti Ferdinand. Eks gelandang Chelsea menyebut bahwa dengan mahar hampir 90 juta pounds anda jelas berharap mendapatkan performa yang lebih. Sementara Carragher menyebut bahwa sejak awal musim Pogba belum memberikan perubahan.

Kabar baiknya adalah banyak sekali orang yang begitu sayang kepada Pogba. Ibunya jelas selalu berada di sampingnya ketika ia berada dalam situasi pelik. Jose Mourinho pun sampai menyebut para pengkritiknya sebagai “Einstein”. Pemilik 44 caps timnas Prancis tersebut sempat angkat suara mengenai kritikan yang mengarah kepadanya. Pogba heran karena banyak suporter yang menilai dia hanya dari banderol mahal dan catatan golnya saja.

“Peran saya sebagai gelandang tidak hanya dalam soal mencetak gol. Saya dapat membuat perbedaan dalam permainan, Tapi saya juga punya tugas lain. Membantu pertahanan dan mendikte permainan.” Tutur Pogba.

Ia menambahkan, “Jika ini semua tentang uang, saya bisa saja pergi ke Real Madrid atau Barcelona. Itu semua (harga) adalah kebijakan klub. Saya akhirnya memilih datang ke sini (United) karena saya punya target, tantangan terbesar bagi saya karena saya belum pernah memenangi apapun bersama United (sebelum meraih gelar juara EFL Cup).

Di usianya yang ke 24 pada 15 Maret, pogba tentunya dituntut untuk melakukan hal yang jauh lebih baik atau minimal menyamai performanya seperti saat masih di Juventus. Namun dalam beberapa hari ini Pogba mesti berkonsentrasi, bekerja keras, dan memperbaiki segala kekurangan yang selalu muncul dalam tiga pertandingan terakhirnya. Ia tidak memiliki waktu yang cukup karena di hari Kamis ia harus membuktikan bahwa dirinya layak dibanderol tinggi oleh klub sebesar Manchester United.

Selamat ulang tahun Paul Pogba, kami para fans mengerti betapa susahnya menjadi dirimu.

Baca juga serial tentang Paul Pogba yang berulang tahun hari ini.

Bagian 1: Paul Pogba dan Masa Kecilnya

Bagian 2: Jawaban atas Pertanyaan pada Pogba