Andy Cole mencetak lima gol ke gawang Ipswich Town pada 1995. Hal serupa juga dibuat Dimitar Berbatov ke gawang Blackburn Rovers 16 tahun kemudian. Akan tetapi, dua pencapaian tersebut belum ada apa-apanya dibandingkan torehan yang dilakukan George Best pada 7 Februari 1970. Best membuat enam gol alias double hattrick ke gawang Northampton.
Best sebenarnya bukan orang pertama yang bisa melakukannya. Sebelumnya, Harold Halse adalah pemain Setan Merah pertama yang melakukannya saat mencetak enam gol ke gawang Swindon Town pada September 1911 di ajang Charity Shield. Akan tetapi, jika Halse membuatnya di ajang yang kerap dianggap sebelah mata, maka Best melakukannya di turnamen Piala FA yang prestisius.
“Saya tidak pernah menggolongkan diri saya sebagai pesepakbola. Saya menyebut diri saya sebagai penghibur. Saya tahu banyak orang telah membayar untuk melihat saya melakukan sesuatu yang spektakuler dan itulah yang saya lakukan pada hari Sabtu. Adalah tugas saya untuk melakukan sesuatu yang akan membuat orang merasa kalau mereka ingin melihat saya main lagi,” tutur Best.
Ucapan Best nampak seperti orang yang angkuh, namun apa yang ia katakan juga benar adanya. Best benar-benar menghibur ribuan orang yang memadatai County Ground yang kebetulan jarak tribunnya begitu dekat dengan lapangan.
Jurnalis Sky Sports, Adam Bate, menuliskan kalau penampilan Best tersebut menunjukkan kalau dia benar-benar pemain yang jenius. Hal ini disebabkan oleh peran Best yang mulai terpinggirkan dari klub. Pihak klub beberapa kali berseteru dengan pemain kelahiran Belfast ini akibat kehidupan liarnya di luar sepakbola.
“Sementara saya dihukum, saya punya kabar dari kaki saya kalau tim bermain lebih baik tanpa saya. Saya merasa jika kami kalah lawan Northampton, maka orang akan menyalahkan saya. Orang-orang akan menganggap saya banyak bersandiwara, namun selama seminggu terakhir saya berlatih lebih keras dari sebelumnya dalam latihan,” ujarnya.
Pada pertandingan tersebut, Best tidak menggunakan nomor 7 yang menjadi ciri khasnya. Ia memakai nomor 11 yang menandakan kalau dia bermain sebagai striker. Dua gol langsung ia buat pada babak pertama melalui sundulan dan sepakan kaki kanan setelah mengecoh penjaga gawang Kim Book (orang Inggris).
Selepas jeda, Best menambah empat gol lagi. Gol yang paling memukau perhatian tentu saja saat ia mencetak golnya yang keenam. Menerima bola dari Paddy Crerand, Best mengecoh Kim Book yang menjelma menjadi penjaga gawang amatiran sebelum menendang dengan kaki kiri. Enam gol Best tercipta dengan cara yang sempurna yaitu sundulan (2 gol), kaki kanan (3 gol), dan kaki kiri.
“Gol keenam kerap menjadi lelucon. Dia di sisi lain, sementara aku juga di sisi yang berbeda. Dia adalah pemain yang terlalu bagus untuk saya hadapi,” kata Book.
Northampton saat itu adalah penghuni Divisi Keempat Inggris. Mengetahui kalau mereka akan bertemu United, juara Eropa pertama dari Inggris, membuat mereka nampak bersemangat. Penjualan tiket langsung habis, bukan untuk menyaksikan Northampton, melainkan aksi para pemain United. Tidak hanya penonton, penuturan para pemain Northampton yang bermain pun mengindikasikan kalau mereka juga terpana melihat permainan United.
“Sejak awal saya terus melihat punggung George Best,” kata John Clarke. Sementara Ray Fairfax mengatakan, “satu-satunya momen saya bisa mendekati Best adalah ketika bersalaman setelah pertandingan selesai.” Sementara Dixie McNeill dalam autobiografinya mengatakan, “Pencapaian tertinggi saya adalah bisa membuat gol ke gawang United, namun titik terendah saya adalah ketika Best melakukannya enam kali.”
Jika pemain Northampton seolah-olah terkesan dengan Best, maka tidak dengan chairman mereka, Eric Northover. Eric begitu kesal terhadap permainan timnya. Ia merasa kalau enam gol yang dibuat Best bukanlah enam gol terbaik melainkan enam gol termudah. Lucunya, Northover meminta toko-toko yang berada di dekat stadion mereka untuk tutup lebih cepat karena takut dirusak oleh penonton yang kecewa melihat permainan timnya.
Meski tampil memukau, namun United gagal menjadi pemenang. Mereka kalah di semifinal dari Leeds dalam partai ulangan. Gol tunggal William Bremmer mengandaskan perlawanan United yang mengakhiri musim secara beruntun dengan tanpa gelar.