Foto: Thejournal.ie

Sebagai penggemar klub sepakbola Eropa, kita terkadang geram kalau kesebelasan favorit kita dituduh meraih hasil positif berkat bantuan wasit. Tuduhan tersebut terasa menyakitkan karena semata-mata tim favorit kita tidak layak untuk menang. Akan tetapi, kita tetap tidak boleh menutup mata kalau terkadang wasit sering memihak kesebelasan favorit kita.

Selama beberapa tahun, Manchester United akrab sekali dengan tuduhan tersebut. Bahkan salah satu wasit terkenal di dunia, Howard Webb, sering dijuluki sebagai legenda United karena keputusannya sering dianggap memihak Setan Merah setiap kali ia memimpin. Mantan pelatih Liverpool, Rafael Benitez, bahkan pernah menuduh Sir Alex Ferguson telah melakukan intimidasi kepada wasit yang membuat klubnya beberapa kali dirugikan setiap bertemu United.

Membicarakan soal keputusan kontroversial, apa yang terjadi pada 4 Januari 2005 tentu sangat sulit untuk dilupakan. Saat itu, United benar-benar diuntungkan oleh perangkat pertandingan yang membuat mereka terhindar dari kekalahan memalukan.

Kejadian itu terjadi pada pekan ke-22 Premier League yang mempertemukan Manchester United melawan Tottenham Hotspur di stadion Old Trafford. Pertandingan itu dipimpin oleh Mark Clattenburg yang saat itu baru berusia 29 tahun dan menjalani musim pertamanya di Premier League sekaligus memimpin pertama kali laga yang melibatkan Manchester United.

Pertandingan tersebut berjalan menarik. Tuan rumah menguasai pertandingan dan membuat beberapa peluang. Salah satu kesempatan emas dibuat United saat antisipasi salah Noe Pamarot mengecoh Paul Robinson. Akan tetapi, bola justru terbentur tiang gawang. Sebelumnya, sepakan Paul Scholes diblok menggunakan kaki oleh Paul Robinson.

Keasyikan menyerang, United nyaris mendapat petaka jelang babak kedua berakhir. Sebuah umpan silang dari Heinze berhasil dihalau pemain Spurs yang membuat bola mengarah ke Robbie Keane. Pemain Irlandia tersebut memenangi duel udara dengan bek United, Jonathan Spector. Akan tetapi, bola sundulan Keane justru mengarah ke pinggir lapangan.

Roy Carroll yang melihat pelannya laju bola, justru menyapu bola dengan tidak sempurna. Bola sepakannya kembali ditendang Pamarot ke arah lini pertahanan United. Dengan sembrono Mikel Silvestre justru menyundul bola ke arah Pedro Mendes yang langsung menendang bola ke gawang United. Carroll yang berada dalam posisi tidak siap pun mencoba untuk menangkap bola. Sayangnya, bola tangkapannya terlepas dan masuk melewati garis gawang United.

Anehnya, Rob Lewis, hakim garis pada pertandingan tersebut, tidak mengesahkan gol tersebut karena posisinya yang terlalu jauh. Clattenburg juga tidak bisa berbuat banyak karena posisinya cukup jauh dan baru membuat keputusan tergantung sinyal dari Lewis. Mengingat tidak adanya tanda kalau gol tercipta, maka Clattenburg tetap tidak membuat keputusan apapun. Sontak para pemain Tottenham meradang karena bola jelas-jelas sudah melewati garis gawang.

“Saya melihat Roy (Carroll) datang dari gawangnya. Lalu beberapa saat kemudian, bola datang kepada saya dan saya menendangnya sekeras mungkin dan bola melaju dengan sangat baik. Bola tersebut benar-benar sudah melewati garis. Terlihat sangat jelas,” tutur Mendes seperti dilansir Daily Mail.

“Sepanjang karier saya, saya belum pernah melihat gol yang jelas-jelas sudah melewati garis namun tidak disahkan. Saya tahu kejadiannya begitu cepat, tetapi saya menyayangkan hakim garis tidak berada di tempat yang tepat. Seandainya itu gol maka saya setara dengan Beckham yaitu bisa mencetak gol yang luar biasa dari garis tengah,” tuturnya menambahkan.

Sementara itu, Roy Carrol menjelaskan kalau dia menyangka wasit telah memberikan gol untuk Tottenham. Namun melihat Clattenburg dan Lewis tidak memberikan isyarat apapun, maka Carroll kemudian melanjutkan permainan.

“Sudah lama sekali kejadian itu tapi tetap saja itu kejadian aneh bagi saya. Saya bangun setelah terjatuh dan stadion mendadak sepi. Saya pikir itu masuk, tapi ternyata wasit tidak memberi mereka gol. Sir Alex bahkan tidak banyak bicara tentang kejadian itu setelah pertandingan,” ujarnya.

Rob Lewis pun kaget ketika melihat tayangan ulang kalau bola benar-benar sudah melewati gawang. Akan tetapi, mengingat tugasnya adalah harus berdiri sejajar dengan pemain belakang terakhir, maka dia tidak bisa membuat keputusan apakah itu gol atau tidak. Beruntung, Lewis tidak mendapatkan kecaman apapun dari para penggawa Lylywhites.

“Yang saya lakukan adalah berdiri untuk menentukan apakah posisi pemain offside atau tidak. Saat saya berlari, ternyata saya masih berjarak 25 yard dari gawang dan tidak bisa menentukan apakah bola itu sudah melewati garis atau tidak. Saya kecewa telah mengambil keputusan yang salah tapi para pemain Tottenham tetap menjabat tangan saya setelah pertandingan,” kata Lewis.

Pertandingan ini sendiri menjadi alasan bagi Keith Hackeet, kepala wasit Inggris saat itu, untuk mengajukan penggunakan teknologi garis gawang. Namun seiring berjalannya waktu, teknologi ini baru benar-benar dipakai di Premier League pada musim 2013/14 atau sembilan musim setelah kejadian itu berakhir.

Skor imbang 0-0 menjadi hasil akhir pertandingan tersebut. Bagi Tottenham, hasil tersebut meneruskan tren positif mereka yang belum terkalahkan sejak akhir November. Walaupun begitu, tetap saja mereka seharusnya bisa meraih tiga poin. Sementara itu, hasil imbang di Old Trafford membuat mereka tidak bisa beranjak dari urutan ketiga.