Foto: Standard.co.uk

Roy Keane dikenal sebagai pemain yang memiliki keberanian, kepemimpinan, dan energi yang berapi-api. Atas dasar itu pula, Ferguson memberikannya peran sebagai kapten menggantikan Eric Cantona. Namun siapa yang menyangka, kalau pintu keluar Keane dari United juga hadir karena kepribadian kuatnya tersebut.

Semua diawali dari pertandingan pekan ke-11 Premier League 2005/06. United diharuskan terbang ke Teeside untuk menerima jamuan Middlesbrough. Kedua kesebelasan sama-sama dalam kondisi buruk karena baru saja kehilangan poin pada pekan sebelumnya. Akan tetapi, United justru bermain sangat buruk dalam pertandingan tersebut dan harus menerima kekalahan telak 1-4 dari tuan rumah.

Baru dua menit, gawang Van der Sar sudah bobol dari tendangan jarak jauh Gaizka Mendieta. Gol ini seolah menjadi peringatan akan datangnya gol-gol berikutnya. Benar saja, Jimmy Floyd Hasselbaink, Ayebeni Yakubu, dan Mendieta mencetak gol kedua, ketiga, dan keempat. United hanya bisa memperkecil kedudukan melalui Cristiano Ronaldo jelang usai pertandingan.

Usai laga, Roy Keane, yang tidak bermain karena mengalami cedera, diminta MUTV untuk diwawancarai terkait pertandingan tersebut. Namun siapa sangka, momen ini digunakan Keane untuk menyerang rekan setimnya yang dianggap bermain di bawah standar.

“Klub ini tidak ada karakter. Hanya di klub ini tampaknya Anda bisa bermain buruk tapi tetap mendapat imbalan. Mungkin itulah yang harus saya lakukan ketika saya kembali dari cedera yaitu bermain buruk.”

“Saya tidak tekejut dengan hasil laga. Saya justru mengharapkan kekalahan ini. Saya muak mengatakan apapun kepada mereka dan mereka juga pasti muak dengan saya. Namun yang jelas, mereka mengecewakan klub, manajer, dan penggemar. Banyak yang bilang kalau kita harus membeli pemain di bulan Januari? Namun untuk saya, kami harus menyingkirkan beberapa orang di klub ini pada bulan Januari.”

Sebagai kapten, Keane mungkin bermaksud baik. Ia melakukan hal tersebut agar tidak lagi membuat kesalahan di pertandingan selanjutnya. Apalagi United saat itu terjebak di posisi ketujuh dan tertinggal jauh dari Chelsea. Namun caranya mengkritik tim yang secara terang-terangan ia lakukan di depan media merupakan sesuatu yang diharamkan oleh Sir Alex.

Dalam wawancara tersebut, Keane mengkritik enam pemain United yaitu Van der Sar, Rio Ferdinand, John O’Shea, Kieran Richardson, Darren Fletcher, dan Alan Smith. Semua nama itu adalah penyebab dari bobolnya gawang United hingga empat kali. Bahkan Keane juga mengkritik Chris Eagles yang sebenarnya tidak bermain di laga itu.

“Edwin harusnya bisa menahan semua gol itu, sementara John (O’Shea) hanya berjalan-jalan. Saya juga tidak pernah lihat Rio bermain seburuk itu. Jangan karena dia dibayar 120 ribu paun dan bermain bagus selama 20 menit melawan Tottenham lalu Anda bisa menjadi superstar.”

“Saya juga tidak mengerti kenapa orang Skotlandia begitu tergila-gila dengan Darren Fletcher. Untuk Kieran (Richardson), dia adalah pemain belakang yang malas dan pantas dihukum lewat golnya. Dia tidak melakukan kerjanya dengan baik. Begitu juga dengan Alan Smith. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan di laga itu.” Pihak MUTV yang merasa kalau  komentar Keane terlalu kasar kemudian mengirimkan rekamannya kepada Ferguson sebelum klub memutuskan untuk tidak menayangkan wawancara tersebut.

Kisruh sendiri berlanjut hingga ke tempat latihan United. Sadar kalau rekaman wawancaranya tidak disiarkan di televisi, Keane kemudian mengajak seluruh anggota tim untuk menyaksikan kembali pertandingan melawan Middlesbrough. Namun, hal itu justru membuat Sir Alex dan Carlos Queiroz marah.

“Saat saya berkata kepada Darren (Fletcher) kalau tekelnya tidak sebaik istri saya, saya yakin dia tidak akan marah. Tapi saya melihat manajer dan Carlos di belakang begitu marah dan manajer mengatakan kalau Video ini memalukan.”

Yang terjadi kemudian adalah adu argumen. Van der Sar menyebut kalau Keane terlalu berlebihan. Namun hal itu dibalas Keane dengan menyebut kalau Van der Sar tidak tahu apa-apa soal United karena belum genap setahun bermain bersama Setan Merah. Beberapa pemain kemudian memutuskan untuk keluar ruangan seperti Paul Scholes, Van Nistelrooy, dan Quinton Fortune.

Beberapa pemain muda yang menjadi sasaran kritikan Keane seperti O’Shea dan Fletcher mengaku tidak terlalu mempermasalahkan kritikan tersebut. Namun bagi Sir Alex, apa yang dilakukan Keane sudah melampaui batas. Ferguson merasa kalau otoritasnya sebagai manajer sudah terusik. Setelah berkonsultasi dengan Carlos Queiroz, United kemudian memecat Roy Keane pada 18 November 2005 dan bergabung dengan Celtic pada Januari 2006.

“Bagian tertajam Roy adalah lidahnya. Dia bisa membuat orang yang percaya diri menjadi lemah hanya dalam sepersekian detik saja. Saya memperhatikan pada hari pertengkaran kami, matanya mengecil dan hanya menyisakan garis hitam. Itu menakutkan padahal saya juga berasal dari Glasgow,” tutur Sir Alex.