Foto: Mirror.co.uk

Salto rendah Bastian Schweinsteiger memanfaatkan asis Henrikh Mkhitaryan membawa Manchester United menang telak 4-0 melawan Wigan pada babak keempat Piala FA. Laga ini tampak tidak terlalu istimewa kecuali membawa Setan Merah lolos ke babak berikutnya. Namun bagi Schweini, golnya tersebut menjadi kontribusi terakhir dirinya bagi klub sebelum memutuskan hijrah ke Amerika Serikat.

Pada pertandingan tersebut, Schweini tidak hanya menyumbang gol. Sebelumnya, ia mengkreasikan gol pertama yang dibuat oleh Marouane Fellaini. Namanya kemudian menjadi Man of the match pilihan penggemar United yang menjadi satu-satunya penghargaan Schweini selama di kota Manchester.

Total selama satu setengah musim, ia hanya membuat dua gol dan dua asis. Satu gol dan asis lainnya ia buat saat United menahan imbang Leicester City 1-1 dan mengalahkan Club Brugge 4-0. 28 menit di markas Saint Ettiene menjadi pertandingan terakhir dirinya sebelum menerima pinangan dari Chicago Fire.

Schweinsteiger direkrut pada musim panas 2015 oleh Louis van Gaal. Ia diharapkan bisa menjadi serep kilat bagi Michael Carrick, yang lebih tua tiga tahun darinya, bersama dengan Morgan Schneiderlin. Ia direkrut dengan nilai 6,5 juta paun dan menjadi pemain Jerman pertama yang bermain untuk tim utama United (Markus Neumayr dan Ron Robert Zieler tidak pernah bermain untuk tim utama).

Pembelian Schweini sebenarnya mendapat banyak sekali kritikan. Salah satu yang menjadi kendala adalah kondisi fisiknya yang tidak sebugar saat masih membela Bayern Munich. Schweini datang dengan kondisi yang rentan cedera. Dalam rentang Januari hingga Mei 2016, ia hanya mengumpulkan 65 menit saja karena ligamen lututnya selalu bermasalah. Hal ini berbeda jauh jika dibandingkan setengah musim sebelumnya. Saat itu ia nyaris menjadi pilihan utama Van Gaal di lini tengah di setiap pertandingan.

Masuknya Jose Mourinho membuat kesempatan main Schweini semakin menipis. Pada musim pertama Special One, ia hanya memainkan empat pertandingan saja. Yang lebih parah, juara Piala Dunia 2014 ini dipaksa ikut latihan dan bermain bersama tim cadangan. Keputusan ini sempat membuat beberapa orang yang kenal dengan Schweini geram karena Mourinho dianggap tidak menghormatinya sebagai pemain.

“Schweinsteiger memang sudah tua tapi tubuhnya tidak berkata demikian. Bayern menjualnya saat dia masih fit. Apa yang dilakukan Mourinho tidak layak diberikan kepada Schweini. Pemain ini sama seperti Luis Enrique, Mark Van Bommel, dan Philip Lahm yang sudah tua namun karakternya selalu berguna di atas lapangan,” kata Van Gaal.

“Bastian Schweinsteiger harus mendapatkan respek yang lebih banyak dari apa yang dia terima saat ini di klubnya. Dia layak mendapatkan kesempatan menampilkan performa yang terbaik,” kata Michael Ballack.

Namun Mourinho juga punya alasan, ia tidak suka pemain yang sebagian musimnya tidak konsisten akibat bermasalah dengan cedera. Hal ini justru tidak baik bagi si pemain karena terkesan dipaksakan. Ia menginginkan Schweini pulih 100 persen yang nampaknya tidak mungkin bisa dilakukan si pemain.

“Bastian menghabiskan sebagian besar musim lalu dengan kondisi yang cedera. Musim ini, ia nyaris tidak bermain karena saya merasa pemain seperti ini sudah tidak ada di klub (United). Mentalitasnya sudah tidak terlalu baik dan saya tidak suka tipe pemain seperti ini di dalam skuad,” kata Mourinho.

Beberapa hari setelah kepindahannya ke Chicago, Mourinho mengaku menyesal telah bertindak sangat keras kepada Schweinsteiger. Apalagi respon Schweinsteiger nampak tidak meninggalkan dendam apapun kepada Mourinho. Namun tidak ada yang bisa dilakukan karena saat itu Schweini sudah tidak bisa lagi fit 100 persen.

“Cara dia menghormati keputusan saya membuat saya menyesal telah mencampakannya dari skuad. Tapi tidak masalah karena saya sebelumnya sudah memberi tahu kepadanya. Saat itu, banyak pemain kami yang performanya selalu meragukan untuk diberikan kesempatan seperti Schneiderlin, Schweini, Memphis, Andreas (Pereira), Blackett, dan James Wilson,” tuturnya.