Sepanjang sejarahnya, Manchester United selalu diperkuat pemain-pemain yang mempunyai ciri khas dalam permainannya. Sebut saja Eric Cantona dengan teknik individunya, Van Nistelrooy dengan kekuatan tubuhnya, serta David Beckham dan Paul Scholes dengan akurasi sepakannya yang mematikan. Satu nama lain yang tidak boleh dilupakan adalah sosok Ole Gunnar Solskjaer.

Jika Beckham memiliki korelasi dengan tendangan bebas, maka nama Solskjaer akan selalu beriringan dengan kata gol. Tidak ada atribut yang bisa ditonjolkan oleh Solskjaer selain gol. Satu-satunya kelebihan lain yang ia miliki mungkin adalah wajahnya yang selalu memancarkan keluguan seperti seorang bayi.

Wajah Solskjaer tetap lugu meski dia bukanlah pemain yang diharapkan untuk datang ke Old Trafford. Sir Alex Ferguson saat itu lebih tertarik merekrut Alan Shearer yang justru memilih Newcastle pada musim panas 1996. Direkrutnya Solskjaer pun tidak lebih hanya sebagai cadangan Eric Cantona dan Andy Cole. Hingga pensiun pada 2007, Solskjaer menjalani setengah dari jumlah penampilannya di United sebagai pemain pengganti.

Meski begitu, Solskjaer menunjukkan kalau dia adalah pemain yang bisa diandalkan. Gol-golnya sangat membantu United jika mereka sedang berada dalam kesulitan. 29 dari 126 gol yang ia buat lahir saat masuk dari bangku cadangan. 4 gol lawan Nottingham Forest, serta sontekan kaget ke gawang Bayern Munich di malam Barcelona menjadi bukti kehebatan eks Molde ini.

Hingga musim 2002/2003 Solskjaer terus menjalankan kapasitasnya sebagai pemeran pembantu United sampai pada akhirnya ia mengalami kejadian yang berpengaruh pada kariernya di United. Pada 16 September 2003, lututnya mengalami cedera yang sangat parah ketika Setan Merah berhadapan dengan Panathinaikos yang memaksanya absen hingga Februari 2004.

Sempat kembali merumput dan membawa United ke final Piala FA, Solskjaer kembali mengalami cedera pada musim panas 2004 yang langsung memaksanya absen hingga akhir musim 2004/2005. Ia baru kembali merumput pada 28 Desember 2005 di laga melawan Birmingham City. Sempat turun di beberapa pertandingan, ia kembali absen hingga musim 2005/2006 kelar.  United kehilangan gol dari Solskjaer selama lebih dari 100 pertandingan.

Krisis gol Solskjaer akhirnya berakhir di The Valley, markas Charlton Athletic ketika Premier League musim 2006/2007 baru memasuki pekan kedua. Ferguson yang sudah unggul 2-0 memasukkan Solskjaer menggantikan Ryan Giggs pada menit ke-82.

Bukan Solskjaer namanya jika tidak langsung membuat perbedaan. Delapan menit setelah dirinya masuk, ia langsung mencetak gol. Louis Saha yang menerima bola kejut dari Cristiano Ronaldo melepaskan umpan silang mendatar yang tidak bisa dijangkau penjaga gawang Scott Carson. Bola yang bergulir pun diteruskan Solskjaer menjadi gol pemasti tiga poin bagi Setan Merah.

Solskjaer pun tidak bisa menutupi kegembiraannya. Senyum menggeamskannya muncul ketika mengetahui bola masuk ke gawang. Ia pun membungkuk untuk memberi hormat kepada supporter United yang hadir sebagai bentuk perayaan. Andy Gray yang menjadi komentator pun mengucapkan “Welcome back Son” kepada Solskjaer. Itulah gol pertama yang dibuat olehnya sejak April 2003.

“Dia mulai bermain dengan percaya diri. Sebuah kabar bagus bagi tim dan juga para pendukung. Kami bermain baik dan menunjukan determinasi serta sikap yang bagus,” tutur asisten Fergie, Carlos Queiroz.

“Momen luar biasa bagi Ole. Dia melalui dua tahun dengan cedera yang sangat parah. Tetapi dia tidak pernah kehilangan kepercayaan diri dan telah mendapatkan bayaran yang pantas malam ini,” tutur Sir Alex Ferguson.

Gol itu seolah menjadi pembuka dari gol-gol lain yang berdatangan dari Solskjaer. Ia kembali membuat dua digit gol sepanjang musim tersebut. Total 11 gol berhasil disarangkan dengan tujuh diantaranya dibuat di liga primer.

Naas bagi Solskjaer, pada 5 Juni 2007 lututnya kembali bermasalah. Meski sudah menjalani operasi, namun ia tidak bisa kembali ke permainan terbaiknya. 34 hari setelah ia mencetak gol pertamanya pasca cedera, ia memutuskan untuk pensiun.