Foto: Irish Mirror.ie

Premier League musim 1996/1997 adalah kali terakhir Eric Cantona mengenakan seragam Manchester United. Pada musim terakhirnya, King Eric sukses memberikan gelar Liga Primer keempat dalam kurun lima tahun terakhir. Tidak hanya piala, Cantona juga menutup karier cemerlangnya dengan membuat salah satu gol cantik yang terjadi pada tanggal ini 22 tahun yang lalu.

Momen itu terjadi di stadion Old Trafford, pada pekan ke-18 Premier League. Manchester United bersiap untuk menghadapi Sunderland. Tiga poin harus diraih anak asuh Sir Alex Ferguson yang saat itu masih terjebak di urutan kelima klasemen sementara. Akan tetapi, Sunderland memberikan perlawanan yang alot. United bahkan baru bisa mencetak gol saat babak pertama tinggal menyisakan sembilan menit melalui sundulan Ole Gunnar Solskjaer.

Tujuh menit berselang, wasit yang memimpin laga terkecoh dengan memberi penalti meski Nicky Butt melakukan diving. Cantona yang mengambil eksekusi tersebut sukses menggandakan keunggulan. Solskjaer kembali membuat gol ketiga melalui skema serangan balik yang diawali Peter Schmeichel. Butt tidak ingin ketinggalan untuk membuat gol keempat melalui sundulan kepala.

Gol ikonik tersebut akhirnya datang 11 menit sebelum laga berakhir. Cantona yang menerima bola sambil membelakangi gawang, bergerak memutar sehingga mengecoh dua pemain Sunderland yang menjaganya. Sempat bertukar umpan dengan Brian McClair, Cantona kemudian melepaskan chip ke tiang jauh yang tidak bisa dijangkau penjaga gawang Lionel Perez.

Selain golnya, perayaan yang dilakukan Cantona juga tidak bisa dilupakan. Setelah mengetahui bola masuk ke gawang, dengan kerah baju yang terangkat, Cantona membalikkan badan, membusungkan dada, dan melihat sekeliling Old Trafford yang bersorak sembari mengangkat tangan yang kemudian disambut oleh Brian McClair dan Karel Poborsky. “Gol luar biasa dari Cantona,” tutur Jon Champion yang menjadi komentator pertandingan.

Bagi Cantona, gol tersebut merupakan pembalasan dari sikap yang dilakukan Lionel Perez sebelum pertandingan. Sebelum pertandingan, Cantona yang ingin menjabat tangan mantan rekannya di Nimes Olympique tersebut, tidak digubris. Oleh karena itu, dia sangat senang ketika bisa mempermalukan Perez melalui gol yang tidak bisa ia lupakan.

“Sebelum laga, di terowongan Old Trafford, saya mendekati dia dan ingin menjabat tangan serta menyapanya, tapi dia tidak mau. Jadi ketika saya mencetak gol tersebut, gol yang mempermalukan penjaga gawang, maka saya merasa itulah jawaban yang bagus atas penolakan yang ia berikan,” tutur Cantona.

Perez sendiri memang tidak ingin terlibat kontak dengan Cantona. Saat di lapangan pun, ia memilih untuk tidak menggubris segala perkataan mantan pemain Leeds tersebut. Dalam sebuah momen, Cantona sempat melepaskan tendangan yang bisa dihalau Perez. Saat Cantona mengajaknya bergurau, Perez pun masih tidak mau menanggapinya.

“Saya tidak mau berbaik-baik dengan dia, apalagi kamera yang terus menyorot kami. Karena perilaku saya yang jutek kepadanya, ternyata justru membuatnya semakin menggila dan semakin aktif untuk berlari. Seandainya saya menanggapi obrolannya, mungkin penampilannya tidak akan menjadi gila,” tutur Perez.

Pujian juga dilontarkan Kevin Ball, pemain yang dilewati oleh Cantona dalam proses gol tersebut. Ball mengungkapkan kalau Cantona adalah pemain hebat. “Kita harus menerima fakta kalau dia adalah pemain hebat dengan keterampilan hebat,” kata Ball.

Kemenangan itu mengangkat posisi United ke urutan tiga. Selepas gol tersebut, Cantona menambah empat gol lagi dan mengkreasikan beberapa gol untuk rekan setimnya. Di akhir musim, Cantona yang menjabat sebagai kapten langsung mengangkat trofi Premier League. Lima hari berselang, ia memutuskan gantung sepatu.