Tidak ada yang bisa membantah kalau musim 1998/1999 merupakan musim terbaik sepanjang sejarah Manchester United. Saat itu, mereka meraih tiga gelar yang diawali dengan keberhasilan meraih Premier League dan Piala FA. Puncak dari kesuksesan United sudah pasti ketika mereka meraih gelar Liga Champions secara dramatis.
Tidak mudah bagi United untuk meraih semua itu. Serangkaian laga berat harus dihadapi oleh anak asuh Sir Alex Ferguson saat itu. Khususnya di Liga Champions Eropa. Pada babak penyisihan grup, mereka harus berada di satu grup bersama Barcelona dan Bayern Munich.
Pada laga pertama, mereka bahkan harus berjumpa dengan Blaugrana dalam sebuah laga epik di stadion Old Trafford. Laga yang berlangsung sangat menarik antara sesama raksasa, menghadirkan enam gol, dua penalti, kartu merah, keputusan wasit yang dianggap merugikan, hingga gol spektakuler David Beckham.
Meski kehilangan pemain terbaik seperti Pep Guardiola, De Boer bersaudara (Ronald dan Frank), dan Patrick Kluivert, Louis van Gaal tetap menurunkan beberapa pemain andalannya seperti Luis Enrique, Boudewijn Zenden, dan mega bintang Luis Figo.
United juga tidak mau kalah. Mereka memainkan Beckham dan Giggs di sisi sayap, Jaap Stam dan Peter Schmeichel di lini belakang. Lini depan, Andy Cole bermain bersama Ole Gunnar Solskjaer. Fergie mengistirahatkan Dwight Yorke akibat buruknya penampilan pemain Trinidad and Tobago ketika melawan West Ham United.
Ada satu momen unik yang terlihat secara jelas pada pertandingan tersebut. Meski bermain sebagai tuan rumah, namun United harus memakai baju kedua mereka yang berwarna putih. Hal ini dikarenakan baju tandang Barcelona berwarna oranye. Meski begitu, hal tersebut tidak mengganggu penampilan mereka.
Beckham menjadi bintang pada pertandingan tersebut. Aksinya melewati Sergi Barjuan menjadi awal dari gol sundulan Ryan Giggs. Keunggulan tersebut kemudian digandakan oleh Paul Scholes memanfaatkan bola muntah hasil sepakan salto Andy Cole. Lagi-lagi salto Cole diawali dari umpan diagonal Beckham.
Unggul 2-0 dalam tempo kurang dari 30 menit membuat para penggemar United bergairah. Skor ini bertahan hingga babak pertama berakhir. Muncul chant “Kluivert, Kluivert, berapa nilainya?” Sebuah nyanyian mengejek si pemain yang menjadi target Sir Alex Ferguson sebelum akhirnya memutuskan membeli Dwight Yorke.
Memulai babak pertama dengan baik, United justru tampil berantakan ketika memasuki babak kedua. Serangan mereka melemah. Di sisi lain, Barcelona justru mulai menemukan bentuk permainannya yang hilang pada 45 menit sebelumnya. Satu gol kemudian didapat melalui Sonny Anderson memanfaatkan kesuksesan Rivaldo melepaskan diri dari penjagaan lima pemain.
Dilansir dari Thesefootballtimes, Fergie gelisah selepas gol tersebut. Ia memperkuat lini tengah dengan menarik keluar Solskjaer dan memasukan Nicky Butt. Namun hal itu ternyata tidak cukup. Tiga menit setelah dirinya masuk, Jaap Stam justru menjatuhkan Rivaldo di kotak terlarang. Jatuhnya pemain asal Brasil ini smepat menuai cibiran karena ia tersungkur sambil menutup wajahnya meski dalam tayangan ulang, tidak ada satupun anggota tubuh Stam yang mengenai bagian badan Rivaldo. Penalti tersebut berhasil dimanfaatkan Giovanni untuk menyaakan kedudukan menjadi 2-2.
Beckham akhirnya turun tangan. Setelah menggagas dua gol United, ia turut andil dalam gol ketiga. Tendangan bebasnya tidak bisa dijangkau oleh Hesp. Gol Beckham membuat Old Trafford menjadi hidup kembali. Akan tetapi, kesenangan itu hanya sesaat.
Luis Enrique sukses melewati pengawalan Neville dan Butt di sisi kiri. Umpan silang Luis kemudian diteruskan sundulan Giovanni yang membentur tiang. Bola kemudian jatuh ke kaki Zenden yang diteruskan oleh sepakan Rivaldo yang bisa diblok oleh Schmeichel. Bola rebound kemudian ditendang Anderson yang diblok oleh Butt. Tendangan Figo kemudian sukses menjebol gawang kiper asal Denmark tersebut. Sayang, wasit Stefano Braschi meniup peluitnya dan memilih memberikan penalti kepada Blaugrana sekaligus mengusir Nicky Butt karena dianggap menahan bola menggunakan tangan.
Hanya 15 menit kebersamaan Butt bersama penggawa United. Luis Enrique kemudian menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Skor yang patut disyukuri oleh United karena selepas gol tersebut, banyak peluang yang mampir ke gawang Schmeichel. Peluit akhir yang kemudian disambut nyanyian “wasit seorang wanker” dari para penggemar United.
“Ini adalah pertandingan yang sempurna. Dua tim berusaha untuk menang dengan sedikit memperhatikan konsekuensi yang diterima. Begitulah cara sepakbola harus dimainkan dan dalam arti pertandingan ini, sebagai sebuah kesebelasan kita harus memiliki organisasi yang terperinci,” tutur Sir Alex.