Foto: Hitc.com

Sepanjang sejarahnya, Manchester United pernah kedatangan tiga pemain dari Asia Timur. Park Ji Sung menjadi pemain Korea Selatan pertama yang bisa memenangi Liga Champions. Shinji Kagawa menjadi wakil Jepang pertama yang bisa mengangkat piala Liga Primer. Akan tetapi, kedua pemain ini datang setelah satu nama lainnya yang pertama kali mewakili Asia Timur di United. Pemain ini datang dari Cina, namanya adalah Dong Fangzhuo.

Nasib Dong tidak sebagus Park maupun Kagawa. Ia hanya tiga kali bermain bersama tim utama. Tidak ada piala yang bisa diangkat. Satu-satunya kebanggaan yang dia rasakan adalah ketika ia diberikan guard of honour oleh para pemain Chelsea pada pekan ke-37 musim 2006/2007. Itupun karena United sudah dipastikan juara pekan sebelumnya. Kalau belum juara, Dong bisa saja tidak dimainkan pada pertandingan itu.

Entah apa yang membuat United berani merekrut Dong dari Dalian Shide di usianya yang baru 18 tahun. Apakah Dong benar-benar pemain yang bagus hingga layak untuk bermain di United. Atau ini semua hanyalah akal-akalan United untuk memperkuat basis pendukung United di Cina sekaligus membesarkan nama besar mereka.

“Dong dibeli pada waktu yang tepat, tetapi dia jauh dari mapan. Dia baru berusia 18 tahun dan hanya bermain beberapa kali saja di liga. Saya merasa kalau perekrutan Dong hanya untuk meningkatkan penjualan kaus United di sana,” kata Brandon Chemers, pemimpin redaksi Wild East Football, seperti dikutip Bleacher Report.

United pun tidak bisa langsung memainkan Dong setelah direkrut. Ia terkendala izin kerja yang membuatnya harus dipinjamkan ke Royal Antwerp. Bersama klub Belgia tersebut, Dong bermain baik. Pada musim pertamanya, ia membuat tujuh gol dari 22 pertandingan. Ia bahkan menjadi top skor klub pada musim keduanya dengan torehan 18 gol dan mencetak dua hattrick.

Keluarnya izin kerja pada akhir tahun 2006 membuka asa Dong untuk bermain di tim utama. United juga memberikan kontrak panjang hingga 2010 yang menandakan kalau United nampak yakin terhadap pemain ini. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, tenaganya hampir tidak pernah dipakai. Dong lebih banyak bermain di tim reserves alih-alih bersama tim utama. United masih memiliki Wayne Rooney, Cristiano Ronaldo, Alan Smith, dan Ole Gunnar Solskjaer. Dong mungkin baru akan bermain jika kelima pemain ini mendadak absen secara bersamaan.

“Dong itu punya segalanya. Secara fisik, Dong punya kekuatan, kecepatan, dan lain-lain. Ferguson bahkan mengatakan kepada saya bahwa Dong adalah pemain luar biasa yang akan sempurna untuk Inggris. Ferguson bahkan menyebutnya sebagai pemain eksplosif,” kata Su Maozhen, penguji Dong ketika melakukan trial di United.

Meski bermain bagus bersama tim reserves, Ferguson juga tidak pernah melirik Dong. Semusim kemudian, Red Devils merekrut Carlos Tevez. Pada musim panas 2008, Dong bahkan kehilangan nomor punggung 21 yang ia punya. Kedatangan Dimitar Berbatov seolah menutup kesempatan Dong untuk masuk ke tim utama.

Semakin Terpuruk dan Menjadi Olok-olok

Setelah kariernya terbengkalai di Manchester, Dong kemudian pulang ke Cina untuk kembali bermain bersama Dalian Shide. Akan tetapi, pengalamannya bersama United dan Royal Antwerp seolah tidak berguna ketika kembali ke Cina. Dalam dua musim, Dong tidak bisa mencetak gol yang membuat namanya tidak lagi dipercaya untuk memperkuat tim nasional. Su menyebut kalau ada yang salah dari sikap Dong setelah kembali dari Manchester.

“Sikapnya salah. Dong berpikir setelah kembali ke Cina, semuanya akan menjadi lebih mudah dan dia akan menjadi yang terbaik. Hal itu tidak benar. Di manapun Anda bermain, Anda harus menunjukkan bakat Anda dan berlatih dengan normal. Orang-orang lingkungan rumahnya juga nampaknya tidak ada yang memperhatikan hidupnya.”

Kemanapun Dong melangkah, nasibnya selalu menemui kata yang sama yaitu kegagalan. Entah itu bersama Legia Warsaw, Portimonense (rekomendasi langsung dari Cristiano Ronaldo), hingga melancong jauh bersama Mika, kesebelasan Liga Armenia. Kegagalan ini mempengaruhi mentalnya yang membuat Dong menjadi pemain yang temperamen.

Ia pernah dihukum enam pertandingan karena memberi jari tengah kepada pendukung Beijing Institute of Technology setelah ditarik oleh pelatih karena mendapat kartu kuning. Ia juga tergoda dengan kehidupan malam, mabuk-mabukan, mewarnai rambutnya, berat badannya semakin tidak ideal untuk ukuran pesepakbola. Hidupnya semakin ruwet karena hinaan demi hinaan muncul dari publik terkait karier sepakbolanya yang tidak jelas.

“Kasus Dong bisa jadi cerminan bagaimana sebuah klub besar Eropa tidak selalu bisa menjadi tempat yang bagus untuk pemain Asia Timur. Saya bekerja dengan Shinji Kagawa, dan melihat dia cocok untuk Eropa, tetapi lompatan yang ia lakukan dari Dortmund ke Manchester United terlalu besar. Hal sama juga terjadi oleh Hidetoshi Nakata. Satu-satunya pengecualian hanyalah Park Ji Sung,” kata Tom Byer, kepala pengembangan sepakbola Cina.

Pada penghujung tahun 2016, Dong melakukan sebuah aksi yang tergolong berani. Ia datang dengan kabar kalau dirinya telah melakukan operasi plastik. Wajahnya saat itu muncul dalam sebuah acara televisi di Cina. Tujuan Dong melakukan itu hanya satu yaitu untuk menghentikan segala ejekan yang terus menerus datang kepadanya.

Sumber: Bleacher Report, These Football Times, Marca