Sepanjang sejarah Manchester United, mereka sudah beberapa kali mendapatkan guard of honour (barisan penghormatan) dari para lawan-lawannya. Swansea City menjadi kesebelasan terakhir yang melakukannya ketika mereka memberikan guard of honour kepada Sir Alex Ferguson dan para pasukannya pada musim 2012/2013.
Meski kerap beberapa kali menerima barisan penghormatan dari para lawannya, namun Manchester United juga pernah menjadi kesebelasan yang harus memberikan tradisi tersebut kepada lawannya. Kejadian tersebut terjadi pada musim 2004/2005, saat mereka terpaksa harus memberi tepuk tangan kepada Chelsea yang keluar sebagai juara Premier League pada musim tersebut.
Roy Keane menjadi pemain pertama yang keluar dari lorong stadion Old Trafford. Disusul Rio Ferdinand, Roy Carroll, Ruud Van Nistelrooy, Gary Neville, Paul Scholes, dan beberapa pemain lainnya. Namun yang menarik adalah ketika melihat raut wajah para penggawa Setan Merah. Mereka menyimpan amarah dan seperti malas untuk melakukan tradisi tersebut.
“Mengingatnya kembali kejadian itu, sama saja seperti Anda sedang bertepuk tangan saat segerombolan pencuri sedang memasuki rumah Anda,” kata Gary Neville.
Kakak kandung Phil Neville ini memasang raut wajah tidak peduli saat Frank Lampard dkk., masuk ke dalam lapangan. Dari raut wajahnya, terlihat jelas kalau Gary melakukan tepuk tangan hanya formalitas semata.
Jika Gary menyebut Chelsea seperti seorang pencuri yang memasuki rumah, maka tidak menurut Sir Alex Ferguson. Bagi Fergie, kejadian tersebut menjadi sebuah sinyal kalau mereka telah mendapatkan pesaing baru dalam wujud The Blues. Fergie kemudian melakukan beberapa perubahan apabila ingin menantang Chelsea yang saat itu sedang digdaya bersama Jose Mourinho.
“Ketika 10 Mei 2005, kami memberikan barisan penghormatan kepada Chelsea, juara baru, di kandang kami. Seak saat itu, saya tidak berniat menyerah di hadapan kekuasaan Abramovich. Secara psikologis, momen itu menjadi momen besar bagi Chelsea. Mereka telah memenangkan liga untuk pertama kalinya sejak setengah abad,” kata Ferguson. “Dari kejadian itu, kami bisa mengambil pelajaran kalau start lambat tidak bisa lagi ditoleransi jika kami ingin mengalahkan Chelsea, penantang baru kami yang berusaha menjadi lebih besar.”
Musim 2004/2005 memang menjadi musimnya Chelsea. Dengan sangat heroik, mereka hanya menderita satu kali kekalahan. Dari 38 pertandingan, mereka memenangi 29 diantaranya dan meraih delapan hasil imbang. Poin 95 menjadi perolehan poin tertinggi sepanjang sejarah Liga Primer yang baru bisa dipecahkan Manchester City 13 musim kemudian.
Sejak masuknya Roman Abramovich, yang disusul perekrutan Jose Mourinho sebagai manajer, Chelsea mendadak menjadi lawan yang merepotkan Manchester United. Pada musim 2004/2005 saja, United tidak bisa mengalahkan mereka sebanyak empat kali. Setelah kalah 1-0 pada pertandingan pertama, Chelsea kembali menang 3-1 di Old Trafford. Hasil yang membuat musim United pada saat itu semakin mengenaskan.
Selain di Premier League, kedua kesebelasan kembali bertemu pada semifinal Piala Liga. Bermain imbang 0-0 di Stamford Bridge pada pertemuan pertama, Chelsea kembali menang di Old Trafford dengan skor 2-1. Hasil tersebut membawa mereka ke Millenium Stadium di Cardiff untuk menantang Liverpool pada partai puncak yang kemudian sukses mereka menangi dengan skor 3-2.
Chelsea kembali mendominasi liga semusim kemudian. Hal ini yang benar-benar memaksa Ferguson berbenah agar nama besar mereka tidak luntur karena dominasi mereka. Para pemain senior seperti Ruud Van Nistelrooy dan Roy Keane mereka lepas. Fergie merekrut Michael Carrick dan Henrik Larsson serta memberikan jam terbang kepada Rooney dan Ronaldo yang masih sangat labil saat itu.
Buah kesabaran Fergie sukses dipetik pada musim kompetisi 2006/07. Dominasi Chelsea sukses mereka akhiri. Pada 9 Mei 2007, Chelsea berganti harus menjadi pihak yang memberikan barisan penghormatan kepada para pemain United.