Foto: Goal.com

Manchester United punya bintang baru. Setidaknya itulah pendapat mereka yang mengikuti kiprah seorang Mason Greenwood. Pemain kelahiran Wibsey ini menjadi fenomena Setan Merah berkat penampilan apiknya bersama tim akademi United baik di kelompok U-18 maupun U-23.

Musim ini, Greenwood sudah mencetak 11 gol dan 4 asis di Premier League U-18. Catatan tersebut hanya dibuat dalam delapan pertandingan saja. Tidak hanya itu, ia juga menyumbang dua gol di ajang Premier League Cup. Kompetisi UEFA Youth League (Liga Champions U19) juga menjadi tempat Greenwood mencetak gol. Dalam empat laga, tiga gol dan satu asis sukses ia persembahkan.

Prestasi di U-18 membuat namanya dipanggil oleh Ricky Sbragia untuk bermain bersama tim U-23 menghadapi Wolverhampton. Lagi-lagi Mason menyumbang satu gol dalam debutnya meski laga tersebut berakhir dengan kekalahan. Sepanjang 2018, Greenwood mengoleksi 17 gol dan 7 asis hanya dalam 15 pertandingan saja. Jika ditambah dengan pencapaiannya musim lalu, maka Greenwood sudah mengoleksi 34 gol dan 13 asis dalam 32 pertandingan. Itu berarti, dalam satu pertandingan United sudah pasti mendapat gol yang berasal dari Greenwood.

Hal ini pun membuat United gerak cepat agar salah satu pemainnya ini tidak lepas ke klub lain. Pada pertengahan Oktober lalu, kontrak profesional sudah ditandatangani oleh pemain berusia 17 tahun tersebut.

Torehan tersebut membuat banyak penggemar United menginginkan Greenwood cepat dimainkan di tim utama Jose Mourinho. Mereka begitu muak melihat lini depan Setan Merah yang kerap sulit mencetak gol. Padahal mereka memiliki empat striker dalam diri Anthony Martial, Marcus Rashford, Romelu Lukaku, dan Alexis Sanchez. Bahkan dalam lima laga terakhir, keran gol United selalu bergantung kepada satu orang saja yaitu Anthony Martial.

Akan tetapi, buru-buru menaikkan Greenwood ke tim utama juga bukan tindakan yang bijak. Tekanan Premier League yang jelas berbeda jauh dari pertandingan kelompok umur bisa merusak psikologis Greenwood apabila ia tidak siap secara mental.

Patut diingat kalau Greenwood baru memasuki musim kedua bersama tim U-18. Sejauh ini, adaptasinya sudah berjalan dengan mulus. Hal ini memberikan perkembangan yang bagus terhadap mental pemain muda seperti Greenwood.

Jika terburu-buru menaikannya ke tim utama, maka proses adaptasi yang sudah dibangun Greenwood harus diulang lagi dari awal. Hal ini tentu saja berkaitan dengan iklim kompetisi Premier League yang sangat berbeda jauh dengan kompetisi kelompok umur.

Di U18, Greenwood memiliki rekan-rekan yang sudah memahami permainannya. Hal ini yang memudahkannya beradaptasi dan mencetak banyak gol dalam dua musim terakhir. Apabila bermain bersama tim utama, belum tentu permainannya bisa padu dengan beberapa pemain yang memiliki pengalaman dan ego tinggi. Jangankan Greenwood, para pemain tim utama saja bahkan belum bisa padu satu sama lain di musim ini.

Kita bisa berkaca dari performa Marcus Rashford di United. Setelah bermain apik ketika pertama kali diorbitkan oleh Van Gaal, penampilannya perlahan-lahan menurun jika tidak ingin dibilang merosot. Musim ini, penampilannya masih jauh di bawah harapan, padahal Rashford mendapatkan menit main yang lebih dari cukup bersama Mourinho sejak 2016.

Jika Greenwood dipaksa naik lalu gagal, maka bukan tidak mungkin kepercayaan dirinya akan jatuh. Memulihkan kepercayaan diri pemain muda yang sedang flop jelas sangat sulit jika dibandingkan dengan pemain yang sudah matang. Hal ini tidak akan berjalan dengan baik apabila si pemain itu sendiri belum dibekali kekuatan mental yang cukup. Lantas, apakah Greenwood sudah siap secara mental? Belum tentu.

Membandingkan Greenwood dengan Kylian Mbappe pun saya rasa hanyalah argumen yang dilandasi dengan emosi semata. Kylian Mbappe, di mata penulis, hanyalah satu fenomena yang akan sulit terulang lagi kedepannya. Greenwood jelas berbeda dengan Mbappe. Begitu juga Mbappe yang pastinya berbeda dibanding Greenwood.

Jauh lebih bijak apabila Greenwood dipersiapkan untuk bermain di tim U-23 terlebih dahulu sebelum ia siap dimainkan bersama tim utama. Ia memang sudah menunjukkan bagaimana pertandingan U-23 begitu mudah melalui golnya ke gawang Wolverhampon. Akan tetapi, itu tidak bisa dijadikan acuan mengingat tim U-23 musim ini bermain pada divisi dua.

Bahkan, akan lebih bagus lagi bagi Greenwood apabila tim U-23 bisa promosi kembali ke divisi satu musim ini. Ketika bermain di divisi satu, maka United akan bertemu dengan lawan-lawan yang berat seperti Liverpool, Chelsea, maupun Arsenal. Bahkan ini bisa menjadi ujian yang bagus bagi Greenwood mengingat ia akan bersaing dengan para pemain yang usianya dua sampai tiga tahun lebih tua dibanding dirinya.

Selain itu, pemain seperti Greenwood harus berada di tangan pelatih yang tepat. Menilik ruang ganti United yang seringkali gaduh dan tidak kondusif, maka ada baiknya Greenwood bermain dulu bersama kelompok umur. Toh, usia dia baru 17 tahun dan masih memiliki waktu yang sangat panjang untuk berkembang.