Manchester United adalah tim yang dikenal sering mencetak pemain bintang. Sejak era emas, Class of 92, Akademi United dilabeli sebagai tujuan yang pas untuk para pemain junior. Tak terkecuali Mason Greenwood, pemain muda yang telah memiliki musim fenomenal bersama tim junior United, dan diprediksikan memiliki masa depan yang cerah setelah berhasil masuk ke skuad United untuk tur pra-musim klub.

Pemain berusia 16 tahun itu sangat dikenal dikalangan pemain junior. Bahkan setelah ia sibuk mempersiapkan General Certificate of Secondary Education atau yang disingkat GCSE (ijazah akademis), ia langsung disambut baik oleh para penggemar tim akademi United ketika masuk ke dalam skuat yang akan dibawa ke tur pra-musim. Greenwood juga sepertinya merasa senang, terutama saat mengingat bahwa rekan-rekan di tim juniornya seperti Ethan Laird, Faustino Anjorin, Tommy Doyle dan Folarin Balogun, juga dipanggil untuk masuk ke skuat tur musim panas tersebut.

Hal ini menunjukkan kepada Anda bagaimana Greenwood sangat populer dikalangan anak muda United. Apalagi, ia semakin dikenal ketika berhasil menyelesaikan musim yang luar biasa untuk United U-18, di mana ia mencetak 16 gol dan menciptakan enam gol lagi di Premier League North.

Teknik, gaya, dan sikapnya, semuanya disandingkan dengan karakteristik yang ada di Robin van Persie. Apa yang membuat ia sangat mengesankan adalah bahwa -seperti Tahith Chong- Greenwood bangkit kembali dari cedera serius dan telah memantapkan dirinya sebagai pemain pengganti pilihan pelatih Kieran McKenna di United U-18. Ia adalah anak dengan hati dan bakat yang menawan, meski realitasnya ia memang masih harus terus tumbuh dan meningkatkan level permainannya.

Bakatnya membuat decak kagum semua orang yang mengenalnya. Bahkan seorang Scott McTominay pun telah dikenal sebagai pengagumnya selama ini. Selain itu, Greenwood juga sedikit dipuja-puja oleh mantan pelatih akademi United, Clayton Blackmore. Ia mengklaimnya sebagai pemain satu-satunya yang bisa mencetak penalti dan tendangan bebas bukan dengan kaki terkuatnya.

“Saya tidak tahu seberapa bagus yang akan dia dapatkan jika terus berkembang. Intinya dia masih muda dan butuh proses untuk tumbuh. Dia hebat dalam hal menyentuh dan mengolah bola. Dia juga sangat bagus saat memainkan kedua kakinya. Dia adalah orang pertama yang saya lihat, yang bisa mengambil penalti dan tendangan bebas bukan dengan kaki terkuatnya. Saya tidak pernah bertemu orang seperti itu. Dia punya peluang besar untuk sukses,” tutur Clayton Blackmore kepada MEN Sport.

Di sisi lain, Mason Greenwood hanya setahun lebih muda dari Angel Gomes, namun Greenwood-lah yang menjadi berita utama di tahun lalu ketika ia menjadi pemain termuda kedua yang pernah mencetak hat-trick untuk pemain United U-18. Itu adalah pencapaian-pencapaian awal yang berhasil dibuatnya. Akan tetapi, terdapat tanda-tanda bahwa ia memiliki temperamen, mentalitas, dan kemampuan untuk bermain keras di atas lapangan. Meskipun begitu, hal ini masih belum menjadi poin yang harus dikhawatirkan.

Karena yang harus dikhawatirkan dari bakat muda seperti Greenwoord adalah, masa depannya di klub. Jika bercermin pada kasus mantan striker United, Ramon Calliste, MU harus menyadari bahwa betapa cepat hal-hal mengesankan dapat berubah. Calliste sendiri memiliki kemiripan dengan Greenwood karena saat berusia 15 tahun ia menjadi pemain termuda yang mencetak hat-trick untuk United U-17.

Meskipun sebenarnya Calliste tidak secara alami berbakat seperti Greenwood, tetapi ia telah memenangkan FA Youth Cup pada 2003. Namun pada akhirnya ia pergi dari United. Dampak kepergiannya memunculkan tanda tanya. Entah apakah karena ia tidak bisa menjadi pelapis Ruud van Nistelrooy, atau karena merasa kesal menyaksikan Wayne Rooney menerobos masuk merebut tempatnya di skuat utama. Yang jelas, catatan apik dari bakatnya terlihat tidak dipakai di United.

Dan sekarang, ia bukan lagi siapa-siapa. Ia sudah pensiun. Bahkan Calliste saat ini menjalankan bisnis arloji mewah miliknya sendiri di London. Betapa sia-sia dan mubazirnya bakat dari seorang pemain muda yang tidak punya masa depan sepertinya. Calliste pun sempat mengatakan bahwa kerja kerasnya tidak terbayar, dan ia merasa kehilangan segalanya setelah momen kepergiannya dari United itu.

“Ketika saya melihat kembali dan berpikir, hanya pengalaman hidup saya sendiri, yang mengajari saya begitu banyak hal. Ada banyak aspek yang berbeda. Dunia ini keras. Tapi dunia ini juga yang banyak mengajari saya. Walau kerja keras tak terbayar, saya masih terus berusaha. Meski saya kehilangan segalanya, saya kemudian membangun bisnis saya dari nol. Saya bukan multi-miliuner. Intinya saya baik-baik saja,” tutur Calliste, pria yang saat ini berusia 32 tahun itu kepada MEN Sport.

Dengan begitu, sepenggal kisah memilukan ini mungkin harus menjadi edukasi bagi Mason Greenwood, dan khususnya bagi Manchester United sendiri, agar dapat menjadikan ini sebuah penghargaan berharga untuk tidak menyia-nyiakan bakat terbaik yang lahir dari tim juniornya sendiri.

 

Sumber: Manchester Evening News