Foto: Newsapi.com.au

Zlatan Ibrahimovic memang hanya sebentar memperkuat Manchester United. Ia hanya bermain selama 13 bulan saja bersama Setan Merah. Meski begitu, kebersamaan singkatnya bersama United memberikan kesan yang cukup mendalam.

Pada musim pertamanya, Ibra sukses menyarangkan 28 gol (17 di Premier League). Beberapa gol di antaranya berperan penting untuk kesuksesan United terutama saat meraih Community Shield dan Piala Liga. Akan tetapi cedera parah yang ia terima di laga melawan Anderlecht, memaksanya untuk berhenti mencetak gol selama berbulan-bulan.

Ibra memang gagal memberikan gelar liga untuk United. Meski begitu, di usianya yang saat itu sudah menginjak 35 tahun, ia sanggup beradaptasi dengan kerasnya iklim Premier League. Salah satu bukti keberhasilan Ibra di Premier League adalah ketika ia dianugerahi gelar player of the month pada Desember 2016. Ia adalah pemain terakhir United yang memenangi penghargaan tersebut.

“Saya punya karier yang panjang sebelum saya datang. Bermain di banyak negara, bermain di banyak klub, lalu orang-orang berkata kalau saya tidak perlu pergi ke Inggris, karena jika Anda gagal di Inggris, orang-orang akan mengatakan kalau Anda tidak cukup baik. Tebak selanjutnya apa? Saya justru semakin termotivasi dan memberi saya adrenalin,” tuturnya kepada FourFourTwo.

Bukan Ibra namanya jika tidak mengeluarkan komentat-komentar “ajaib”. Meski ia senang bisa bermain di Premier League, ia merasa kalau kualitas kompetisi yang dimulai pada 1992/93 tersebut dirasa terlalu berlebihan terutama di sisi individu dan kualitas teknik. Akan tetapi, ia mengagumi ritme dan kecepatan kompetisi tersebut yang mampu membuat dirinya termotivasi untuk terus berada di level tertinggi.

“Menyenangkan bermain di Premier League karena Anda akan mendapat banyak perhatian. Saya suka liga primer meski saya merasa kualitasnya sedikit berlebihan terutama sisi individual dan teknik. Akan tetapi, ritmenya cukup tinggi.Jika Anda tidak bisa menanganinya, maka Anda tidak akan berhasil.”

Meski berhasil sembuh dari cedera dan sempat beberapa kali bermain, namun penampilan Ibra pada musim keduanya sudah tidak sebaik pada musim pertama. Ia kemudian memilih hengkang ke MLS untuk memperkuat LA Galaxy pada Maret. Ibra sendiri merasa menyesal tidak pindah ke liga Inggris ketika ia masih berusia 20-an. Ia beruntung masih bisa merasakan Premier League meski kariernya berlangsung sangat singkat.

“Seperti yang pernah saya katakan, Anda beruntung saya tidak datang 10 tahun yang lalu. Di usia saya yang ke 35 saya masih bisa mencetak banyak gol, bayangkan jika saya datang di usia 25 tahun, maka ceritanya akan sangat berbeda. Saya datang ke sana dan mereka berkata kalau saya datang dengan kursi roda. Sekarang kebalikannya, saya menempatkan orang-orang yang banyak bicara tersebut di kursi roda.”

Ibra sebenarnya punya kesempatan bermain di Premier League ketika ia mendapat undangan trial dari Arsenal. Akan tetapi, undangan tersebut ditolak karena ia merasa seorang Zlatan tidak membutuhkan audisi. Akhirnya ia memilih untuk memperkuat Ajax Amsterdam sebelum dikenal sebagai salahs atu penyerang terbaik di dunia.

Meski singkat, Ibra tetap bangga bisa memperkuat United. Pemenang 20 kali liga Inggris ini memberikan banyak sekali kenangan indah, Ia bahkan menyebut bergabung bersama United menjadi momen penting dalam kariernya.

“Saya bangga pernah memperkuat United. Itu klub yang tepat. Saya melakukan apa yang harusnya saya lakukan sebelum mengalami cedera. Kenangan di sana sangat indah. Saya akan terikat dengan United selamanya. Pendukungnya luar biasa, ke mana pun saya pergi, saya selalu melihat baju United yang fantastis. Memperkuat United adalah momen penting dalam karier saya.”