Foto: Telegraph.co.uk

Kekalahan melawan Chelsea pada pekan ke-36 tidak mengubah status United sebagai juara Premier League musim 2012/2013. Hal ini yang membuat para pemain bisa bersantai dan sudah memikirkan suasana liburan, termasuk Tom Cleverley. Ia sedang asyik bermain golf ketika beberapa saat kemudian, Clev mendapat kabar yang mengejutkan dari klubnya.

“Saya sedang asyik bermain golf dan membaca rumor kalau Sir Alex akan pensiun. Sehari kemudian kami mendapat konfirmasi resmi. Kami datang pada sesi latihan selanjutnya dan memahami kalau ini semua adalah keputusan final Sir Alex.”

Sir Alex berhenti pada musim ke-27 menangani Setan Merah. Ia mempersembahkan 38 gelar dan menjadikan United sebagai tim terbaik di Inggris sampai sekarang. Pertandingan ke-1500 melawan West Brom di The Hawthorns adalah pertunjukkan terakhir Fergie. Pertandingan ini berjalan menarik meski hasil akhirnya tidak memihak United yang sebenarnya punya kesempatan untuk menang.

Beberapa hari kemudian, para pemain dan staf melakukan parade setelah keberhasilan menjuarai liga. Luar stadion Old Trafford penuh sesak oleh para penonton yang ingin merayakan gelar ke-20 mereka. Ada beberapa yang menyaksikan parade ini dari lantai atas hunian mereka. Dari Old Trafford, perjalanan kemudian melewati Sir Matt Busby Way, Deansgate, dan berakhir di Albert Square. Di sana, sudah disiapkan panggung untuk para anggota klub yang dihibur oleh penampilan The Courteeners yang membawakaln lagu Not Nineteen Forever yang mencerminkan perjalanan United saat itu.

“Yang terjadi di Deansgate tidak bisa saya lihat lagi. Gambar-gambar saat itu akan saya ceritakan pada anak-anak saya. Kami bersenang-senang (di Albert Square) ditemani oleh The Courteeners, band favorit saya. Itu malam penuh impian. Anda berharap kejadian seperti ini terus terjadi setiap musim, Anda tidak mengira semuanya berakhir dalam sekejap. Saya tidak menyangka jika itu adalah akhirnya.”

Sorak sorai di Albert Square tidak hanya menjadi akhir dari perayaan gelar juara ke-20 United, melainkan juga pertanda kalau ini adalah akhir kejayaan mereka sebagai sebuah klub. Ditinggal oleh pelatih sarat pengalaman dan menunjuk pengganti yang kurang tepat, membuat penampilan United merosot drastis pada musim berikutnya.

David Moyes sebenarnya mengawali perjalanannya dengan sangat baik. Trofi Community Shield dan kemenangan telak 4-1 melawan Swansea menjadi sinyal kalau klub ini tidak apa-apa. Akan tetapi, kekalahan melawan Liverpool, Manchester City, dan West Bromwich Albion langsung mengubah perjalanan United menjadi lebih buruk. Hal ini belum ditambah dengan sederet rekor negatif yang terjadi jika mereka mengalami kekalahan.

Merosotnya penampilan tim juga disebabkan dengan menurunnya para individu-individu yang sebelumnya menjadi bintang lapangan. RVP, Chicharito, dan Shinji Kagawa lebih banyak terkena cedera. Wayne Rooney juga mulai menunjukkan penurunan. Para pemain belakang sudah semakin menua. Hanya David De Gea dan Adnan Januzaj saja yang pada musim tersebut bermain cukup baik.

Nama Tom Cleverley juga masuk dalam daftar pemain yang penampilannya merosot ketika di bawah kepelatihan Moyes. Bermain lebih dari 30 pertandingan, namun penampilannya sudah berbeda dibanding musim sebelumnya. Ditambah lagi dengan kekalahan demi kekalahan yang membuat para penggemar kini menyerang satu per satu diantara mereka. Termasuk David Moyes, manajernya sendiri.

“Mental saya belum cukup kuat ketika rentetan hasil buruk terjadi. Sang manajer memberikan kepercayaan penuh kepada saya dan saya bermain cukup sering, tetapi kesalahan pada pertandingan melawan Olympiacos mengakhiri karier saya di sana. Permainan saya sangat buruk. Rentetan hasil buruk membuat segalanya bertambah buruk.”

Pertandingan melawan Olympiacos memang menjadi salah satu pertandingan terburuk yang pernah dimainkan United dalam kurun sedekade terakhir. Mereka hanya membuat empat tembakan tanpa ada satu pun yang mengarah ke gawang. Bagi Cleverley, laga ini juga menjadi yang terburuk bagi kariernya karena tidak mampu menjaga kedalaman lini tengah. Ia digantikan pada menit ke-61 dan tidak dimainkan pada leg kedua.

Rangkaian hasil buruk terus datang ketika Cleverley bermain. Liverpool dan Manchester City berbondong-bondong mencetak gol ke gawang United. Tidak hanya itu, muncul petisi yang melarangnya bermain untuk timnas Inggris. Clev adalah kambing hitam dari merosotnya United secara keseluruhan. Kepercayaan dirinya perlahan mulai luntur karena tidak kuat menghadapi tekanan yang datang tidak hanya dari lawan yang dihadapi tetapi juga dari pendukungnya sendiri.

“Biasanya, Anda mendapat surat di tempat latihan. Anda akan menanggapinya, tetapi pada titik itu saya tidak ingin membacanya. Media sosial saya mulai mendapat serangan negatif hingga akhirnya saya menutup akun saya. Kehilangan pengikut di Twitter tidak sebanding dengan kehilangan kesehatan mental Anda melihat komentar negatif tersebut. Sejak kejadian itu, saya tidak pernah membuka media sosial saya.”

Perjalanan David Moyes berakhir hanya dalam tempo 10 bulan. Louis Van Gaal masuk dan mulai membawa beberapa perubahan. Salah satunya adalah membuag pemain yang tidak sesuai dalam rencananya. Cleverley adalah salah satu korban dari kedatangan Van Gaal.

Kesan kalau Cleverley akan ditendang dari United terlihat saat Van Gaal memainkan Clev pada pertandingan melawan Sunderland pada pekan kedua. Bermain 67 menit, ia gugup dan membuat beberapa kesalahan. Hal ini sampai memaksa Van Gaal membuat gestur Facepalm atau menempelkan tangan ke kening sebagai tanda kalau dia pusing melihat permainan Cleverley.

Jelang bursa transfer ditutup, ia akhirnya pindah ke Aston Villa. Setelah 15 tahun membela klub favoritnya, Cleverley menjalani era baru di kota Birmingham. Caranya keluar dari kota Manchester memang cukup menyakitkan, namun Clev memilih untuk menerima nasibnya dengan lapang dada.

“Saat saya tua nanti, saya tidak akan menceritakan hal yang buruk tentang United kepada anak saya. Saya tidak akan bilang kalau saya pernah dihina di pinggir jalan dan di media sosial. Itu hanyalah noda kecil dalam karier. Yang akan saya perlihatkan nanti adalah gambar-gambar saya ketika saya mengangkat piala, meraih medali, dan bermain untuk tim nasional.”

Setidaknya Cleverley masih bisa membanggakan diri dengan trofi Premier League yang pernah ia raih sepanjang kariernya.

Tulisan ini Adalah Hasil Saduran dari tulisan Tom Cleverley yang ditulis dalam situs resmi United yang berjudul “Things That Truly Matter in Life”

Baca juga serial tentang Tom Cleverley lainnya:

(1) Tom Cleverley (1): Melesat dengan Cepat, Menukik dengan Pesat

(2) Tom Cleverley (2): Gelar Liga dan Kekecewaan yang Begitu Mendalam