Pada tahun 2016, rumah judi William Hill memberikan penghargaan kepada buku berjudul “Forever Young” sebagai buku bertema olahraga terbaik. Tidak hanya itu, buku karya Oliver Kay ini juga mendapat predikat sebagai Book of the year dalam penghargaan tahunan untuk buku olahraga di Britania.

Buku Forever Young ini menceritakan kisah Adrian Doherty, seorang pemain sepakbola yang gagal untuk menggapai mimpinya. Yang menarik dari buku ini adalah, Adrian merupakan pemain Manchester United. Ia teman satu angkatan Ryan Giggs, dan Gary Neville ketika akademi Setan Merah sedang menuju kejayaannya di era 1990-an.

**

Adrian mungkin bukan pemain yang terkenal macam Giggs ataupun Gary Neville. Namun, melihat komentar kedua pemain ini, tercermin satu hal kalau sosok Adrian benar-benar bukan pemain biasa.

“Dia pemain yang luar biasa. Kecepatannya sangat mengagumkan,” tutur Giggs.

Sementara Gary menyebut Adrian sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Jika kedua pemain ini belum bisa membuat Anda yakin kalau Adrian adalah pemain hebat, maka komentar Sir Alex Ferguson bisa mempertegas asumsi tersebut.

“Dia adalah anak laki-laki dengan keterampilan sepakbola yang menakjubkan,” ujar Fergie.

Nama Adrian mulai menarik minat United ketika ia masih menjadi pemain magang di usia yang baru 14 tahun pada 1987. Para pemandu bakat United saat itu merasa kalau Adrian adalah prospek cerah bagi klub di masa mendatang. Di usianya yang belum mencapai 17 tahun, Adrian sudah mengantongi kontrak profesional selama tiga tahun yang membuat dirinya bisa bepergian bersama tim utama.

“Adrian adalah pemain luar biasa. Ryan Giggs bermain di kiri sementara Adrian akan bermain di sisi kanan. Dan jujur, mereka berdua sudah kami pantau untuk naik ke tim utama United. Adrian sangat cepat dan berani, dia adalah pemain luar biasa dan bocah yang sangat manis,” ungkap Eric Harrison yang merupakan pelatih tim akademi United saat itu.

Setan Merah memang nampak terkesan dengan penampilan Adrian selama di tim akademi. Arsenal yang juga mengincarnya beberapa kali terkena semprot oleh United yang tidak ingin melepaskan Adrian. Datang dari Irlandia Utara dan bermain sebagai sayap kanan, sosoknya mengingatkan para penggemar United kepada Norman Whiteshide yang begitu lincah dan memiliki kecepatan yang mumpuni.

Segala penampilan apik Adrian di level junior membuat Fergie berpikir akan memberikan debut profesional dalam waktu dekat. Laga melawan Everton pada Maret 1991 menjadi pertandingan pertamanya bersama tim utama. Selain Adrian, Fergie juga berencana membawa Giggs untuk dimainkan kontra The Toffees.

Sayangnya, Adrian gagal mendapatkan mimpinya tersebut. Beberapa hari sebelum mendapatkan debutnya, ia mengalami cedera ketika bermain bersama tim junior melawan Carlisle. Ligamen lututnya mengalami kerusakan yang sangat parah. Di saat Ryan Giggs berhasil mendapatkan mimpinya-ia debut menggantikan Denis Irwin pada babak kedua-Adrian justru harus meringkuk di ruang perawatan.

Setelah menjalani perawatan selama kurang lebih tujuh bulan, Adrian pun bisa kembali bermain. Naas, dalam sebuah pertandingan lututnya kembali cedera setelah tertekuk karena tekel pemain lawan. Kali ini, dia harus istirahat selama setahun. Setelah sembuh, permainan Adrian sudah tidak sama lagi seperti ketika pertama kali bakatnya ditemukan.

Di saat teman-temannya seperti Ryan Giggs, Gary Neville, dan Mark Bosnich bermain di lapangan The Cliff, Adrian hanya bisa terpaku menatap mereka bermain dari kejauhan. Pada 1993, ia memutuskan untuk meninggalkan Manchester United.

Seni Sebagai Pelarian dan Meninggal Secara Tragis

Meski gagal sebagai pesepakbola, namun Adrian memiliki bakat lainnya yang juga dikuasainya dengan sangat baik. Ia pandai bermain gitar dan menulis lagu. Tidak hanya itu, semasa menjadi pemain akademi Adrian juga cukup rajin menulis puisi. Hal ini yang membuat rekan setimnya merasa kalau bakat Adrian di bidang seni justru lebih besar dibandingkan di sepakbola.

“Adrian akan selalu membawa gitar dan memainkan beberapa nada di kamarnya. Biasanya lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu milik Bob Dylan,” tutur Daniel Taylor dalam tulisannya mengenai Adrian di kanal Guardian. Sementara itu Brian McClair mengatakan, “Saat menjadi pemain bola, ia tidak kenal takut dan begitu terampil. Tetapi yang paling saya ingat adalah dia punya kepribadian dan kecerdasan yang luar bisa. Dia suka sekali mengobrol tentang musik, buku, dan puisi.”

Dalam buku Forever Young tersebut juga tertulis kalau Adrian pernah tampil dalam sebuah pertunjukan musik di East Village pada musim panas 1992. Ia juga pernah tampil tiga kali di Derry City. Sayangnya, karier musiknya tidak pernah sampai ke dapur rekaman.

Tidak lagi menjadi pesepakbola dan gagal mengembangkan karier di bidang musik, membuat Adrian harus mencari pekerjaan lain. Ia sempat bekerja di sebuah pabrik cokelat di Preston. Dan ketika United meraih gelar Premier League keenam pada April 2000, Adrian memutuskan untuk pindah ke Amsterdam dan bekerja di perusahaan mebel.

Pada 7 Mei 2000, Adrian sedang bersiap untuk berangkat kerja. Agar tidak ketinggalan kereta pagi, ia harus menyusuri sebuah kanal untuk bisa sampai ke stasiun. Tragisnya, Adrian terpeleset di kanal dan jatuh tenggelam. Diketahui kalau Adrian tidak bisa berenang dan takut terhadap air.

Tubuhnya kemudian berhasil diangkat namun ia tidak sadarkan diri dan mengalami koma selama hampir lima minggu. Adrian kemudian divonis meninggal dunia pada 9 Juni 2000 atau satu hari sebelum ulang tahunnya yang ke-27.

“Saya sangat tidak kuat ketika menulis tentang kematiannya,” tutur Oliver.