Menjelang musim 2002/2003 berakhir, manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, dipusingkan dengan bertambah usianya Roy Keane yang saat itu akan memasuki usia 32 tahun. Tugasnya terbilang cukup berat dikarenakan Keano adalah sosok yang bisa dikatakan tak tergantikan di lini tengah The Red Devils. Fergie kemudian memutuskan untuk pergi ke Prancis atas rekomendasi scout United agar menyaksikan laga Nantes melawan Rennes untuk memantau salah seorang pemain Nantes asal Kamerun yang bernama cukup unik, Eric Djemba-Djemba.

Selain Djemba-Djemba, Setan Merah sebenarnya mengincar satu pemain lain yaitu Petr Cech (yang saat itu masih menjadi pemain Rennes) untuk menggantikan Fabien Barthez. Namun Fergie akhirnya lebih memilih Djemba-Djemba ketimbang penjaga gawang muda tersebut karena permainannya di lini tengah Nantes.

“Saya menganggap Eric adalah pemain top. Saat saya melihat dia di Nantes, dia sangat baik dalam membaca permainan dan menghentikan serangan lawan. Dan harganya Cuma empat juta saja. Saya kemudian memilih menahan diri merekrut Cech karena dia masih terlalu muda,” ujar Fergie dalam autobiografinya.

LEAD Technologies Inc. V1.01

Sebelum direkrut United, Eric adalah anggota kesebelasan negara Kamerun yang menjuarai Piala Afrika 2002. Selain itu ia membawa The Indomitable Lions melaju hingga final piala konfederasi 2003 yang diwarnai meninggalnya rekan setim Eric, Marc Vivien Foe. Dengan dana 3,5 juta pounds Fergie pun membelinya dari Nantes untuk diduetkan bersama dengan Kleberson.

Sayangnya karir Eric justru mengalami kemunduran. Meski bermain bagus di Community Shield melawan Arsenal, Eric kerap kali bermain buruk dan selalu kehilangan posisi. Keane justru tampil lebih bagus di usianya yang saat itu sudah 32 tahun. Posisi Eric bahkan semakin terancam mengingat saat itu Fergie mengorbitkan Darren Fletcher dari akademi yang memiliki gaya main yang hampir mirip dengan Eric. Total pemain yang hari ini genap 36 tahun tersebut hanya bermain sebanyak 35 pertandingan dan membuat dua gol.

Pada Januari 2005, Eric kemudian hijrah ke Aston Villa. Akan tetapi dia tidak bisa mengulang penampilan baiknya ketika masih memperkuat Nantes. Pasca dari Villa gelandang bertinggi 180cm ini kemudian bermain untuk beberapa tim seperti Qatar SC, Odense, Hapoel Tel Aviv, Partizan, St Mirren, Chennaiyin, hingga ke klub amatir Prancis Chateaubriant.

Seperti dikutip dari Daily Star, dalam sebuah wawancara setahun silam, Eric mengungkapkan tentang kisah bagaimana karirnya bisa menurun pasca direkrut United. Namun dirinya tetap merasa bangga bisa memperkuat United dan berterima kasih kepada Fergie meski ada sedikit rasa penyesalan terhadap dirinya.

“Kalau saya bisa mengulanginya lagi, maka saya akan pindah ke Manchester United bukan pada 2003. Saat itu mereka (United) masih memiliki Keane, Scholes, Butt, dan Phil Neville, kompetisi jadi amat sulit dan saya sedikit kesulitan,” ujar Eric.

Ia menambahkan,”Pada 2010 saya bertemu Sir Alex Ferguson di Denmark. Dan ia mengatakan pada saya,’Saya ingin kamu bisa datang ke United di usia sekarang ini.’ Saat itu saya berusia 29 tahun dan ia merasa bahwa saya lebih dewasa dan lebih seimbang. Namun saya sudah pernah memenangkan dua trofi bersama United dan klub ini tercatat dalam CV saya dan saya bangga dan berterima kasih kepada Fergie atas hal ini.”

Berlabuh ke Indonesia

Kisaran tahun 2015 lalu, secara mengejutkan Eric Djemba-Djemba berlabuh ke Indonesia tepatnya Surabaya untuk memperkuat klub Persebaya yang akan bertanding di Indonesia Super League musim 2015. Sayang akibat masalah kebugaran serta liga yang terhenti karena sanksi FIFA, Persebaya pun memilih untuk memutus kontrak pemilik 22 caps timnas Kamerun ini.

Bahkan ada desas-desus yang menyebutkan bahwa Eric Djemba-Djemba sempat beberapa kali terlibat dalam turnamen antar kampong alias tarkam di beberapa kabupaten seperti Banyuwangi dan Padalarang, seperti dikutip dari Dailymail.