Tidak bisa dibantah kalau musim 1992/1993 adalah awal dari kejayaan Manchester United di era-1990an. Ketika itu, skuat Sir Alex Ferguson menjuarai Premier League edisi pertama sekaligus memutus puasa gelar liga yang sudah berlangsung selama 26 tahun. Titel ini kemudian menjadi pembuka dari datangnya gelar-gelar lain beberapa tahun kemudian.

Satu pemain yang tidak bisa dilepaskan dari kesuksesan seperempat abad yang lalu tentu adalah sosok Eric Cantona. Kedatangan King Eric ketika itu mengubah gaya main Manchester United dan berhasil membangun chemistry yang baik dengan Sir Alex Ferguson. Akan tetapi, ada satu nama lagi yang bisa dibilang sebagai katalisator alias penghubung jalan United menuju kesuksesan. Pemain tersebut adalah Dion Dublin.

Cedera yang Menghambat Karir Dublin di United

Tidak ada asap jika tidak ada api. Tidak ada Eric Cantona jika tidak ada Dion Dublin. Karena berkat Dublin, Setan Merah berhasil memupus rasa penasaran mereka menjadi juara liga. Meski karirnya begitu buruk di United, namun ia secara tidak langsung adalah bagian dari sejarah Manchester United.

Sejak awal kompetisi Premier League dimulai, Sir Alex tidak memiliki niatan untuk mendatangkan Eric Cantona yang ketika itu bermain di Leeds United. Fergie lebih fokus untuk merekrut jagoan muda Southampton saat itu, Alan Shearer. Sayangnya, United kalah cepat dibanding Blackburn Rovers yang mendapatkan tanda tangan Shearer.

Akhirnya Fergie mengalihkan perhatiannya kepada Dublin. Ketika itu, striker yang berulang tahun ke-48 pada 22 April ini, masih bermain bersama Cambridge United di divisi dua. Fergie tertarik dengan ketajaman Dublin yang menjadi top skor klub tiga kali beruntun.

Dublin akhirnya datang ke Manchester pada 7 Agustus 1992 dengan nilai 1 juta paun. United mengalahkan Chelsea dan Everton yang sama-sama menginginkan Dublin. Sayangnya, dalam tiga laga awal United, Dublin tidak memberikan kontribusi apapun bagi lini depan United. Barulah pada pertandingan keempat, Dublin mencetak gol kemenangan ketika melawan Southampton.

Karier Dublin di United pada musim tersebut harus berakhir di pertandingannya yang keenam. Ia mendapatkan tekel keras dari Eric Young yang kemudian mematahkan kakinya. Dublin kemudian absen selama enam bulan yang membuat Fergie akhirnya merekrut Cantona dari Leeds United. Pemain kelahiran Leicester ini juga gagal mendapatkan medali juara Premier League karena mengoleksi kurang dari 10 penampilan sebelum akhirnya diberikan dispensasi oleh FA.

Dublin sebenarnya nyaris bergabung ke Everton pada musim 1993/1994. Akan tetapi, beberapa dewan klub The Toffees merasa kalau permainan Dublin tidak sesuai dengan uang yang akan dikeluarkan. Transaksi kemudian batal, dan Dublin masih bermain untuk United.

Di Manchester pun, Dublin tidak bisa berbuat banyak. Kalah saing dengan Eric Cantona, Mark Hughes, dan Brian McClair membuat namanya kerap terpinggirkan. Beruntung ia masih bisa menambah dua gol sebelum karirnya benar-benar berakhir bersama Setan Merah.

Bersinar di Tempat Lain

Meski gagal bersinar bersama United, namun Dublin mengaku senang bisa bermain bersama mereka. Ia merasa bangga bisa menjadi bagian dari sejarah United meski harus merasakan sakitnya patah kaki.

“Ketika saya mematahkan kaki saya, Man United harus mencari seseorang yang standar nya lebih tinggi dari saya dan mereka mendapatkan Eric Cantona,” ujar Dublin sembari tertawa kepada 888sport.

Ia menambahkan, “Saya menganggap diri saya sebagai penghubung kesuksesan Manchester United karena jika bukan karena (cedera) saya, mereka tidak akan mendatangi Cantona. Saya baik-baik saja dan mereka tidak perlu berterima kasih kepada saya.”

Perlahan-lahan Dublin mampu memperbaiki karirnya dengan menjadi salah satu striker terbaik di Inggris. Kesuksesannya ia raih saat memperkuat Coventry City dan Aston Villa. Pada musim 1997/98 ia mengakhiri liga primer dengan status top skor. Tidak hanya itu, namanya juga masuk di peringkat ke 19 dalam daftar pemain yang bisa membuat 100 gol atau lebih di Premier League.