Kesempatan memang kadang tak datang dua kali. Sehingga kebanyakan orang memilih untuk mengambil lompatan atau pilihan yang sulit untuk menyelamatkan karirnya. Inilah yang dilakukan oleh gelandang bertalenta milik New York City FC, Jack Harrison.

Pemain berusia 20 tahun ini sejatinya besar di tanah Britania Raya dan mendapatkan pendidikan sepakbola dari Manchester United. Namun akhirnya setelah kurang lebih 7 tahun di United, Harrison memilih untuk hengkang ke negeri Paman Sam untuk mendapatkan waktu bermain di tim utama.

Dilansir dari ESPN FC, Harrison yang kini menjadi pemain andalan NYFC bersama David Villa ini, mengatakan tidak menyesal sama sekali dengan pilihannya tersebut. Bahkan ia mengklaim saat ini ia sudah menuai dari pilihannya untuk meninggalkan United.

“Saya tidak punya penyesalan, terutama saat ini. Beberapa tahun ke belakang, saya selalu berpikir apa yang mungkin terjadi jika saya bertahan di United. Namun saat ini saya sama sekali tidak ada penyesalan.”

“Saya bahagia dengan situasi saat ini, bisa bermain dengan para pemain saat ini. Di mana saya bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik tentunya,” tutur Harrison.
Pilihan berat tersebut didukung oleh ibunya sendiri. Tepatnya pada saat ia berumur 13 tahun, Harrison yang sejatinya besar di lingkungan Bolton FC ini memilih pindah ke Amerika Serikat untuk sekolah asrama di sana. Kemudian tak lama barulah ia pindah ke Universitas Wake Forest dan mencatat sejarah sebagai pemain termuda yang di draft ke liga MLS pada usia 18 tahun.

Klub pertamanya adalah Chicago Fire, namun tanpa sempat menjalani satu pertandingan pun ia langsung ditukar ke NYFC dengan sejumlah uang. Di bawah asuhan manajer Patrick Vieria, Harrison mencatatkan 49 penampilan dengan perolehan 12 gol.

Kesuksesan Harrison membuat dirinya berharap ada talenta-talenta Inggris lainnya yang ‘melancong” ke luar negeri untuk mendapatkan kesempatan bermain. Dilansir dari ESPN FC, memang tidak banyak para pemain Inggris yang mencoba peruntungan mereka di luar negeri seperti Harrison.

Namun tampaknya kebiasaan tersebut mulai luntur sekarang ini. Nama terbaru yang mendobrak kebiasaan tersebut adalah pemain akademi Manchester City, Jodan Sancho yang pindah ke Borussia Dortmund untuk mendapatkan kesempatan bermain di tim utama.

Padahal baru minggu lalu Sancho menyabet gelar pemain terbaik turnamen Eropa U-17. Namun tampaknya ia tetap menyadari bahwa kesempatannya untuk merangsek ke tim asuhan Pep Guardiola tersebut sangatlah kecil. Sementara di Dortmund ia langsung mendapatkan nomor 7.

Selain Sancho ada pula nama lain yang menjadikan Jerman sebagai labuhannya. Seperti bek muda West Ham, Reece Oxford, yang pada musim ini dipinjamkan ke Borussia Monchengladbach. Lalu pemain Liverpool, Ryan Kent yang jua semusim ini dipinjamkan ke SC Freiburg.

Kemudian untuk di luar Jerman, ada nama Chris Willock dari Arsenal yang bergabung dengan klub raksasa Portugal, Benfica. Kemudian kakak kandung Willock, yaitu Matty yang bermain untuk Manchester United dipinjamkan ke klub belanda Utrecht pada musim ini.

Harrison menilai bahwa terkadang sangat sulit untuk mendapatkan waktu bermain di Inggris atau negara lainnya di Eropa dengan usia sepertinya.

“Sangat sulit kadang untuk dapat bermain dengan jumlah yang mereka inginkan dan bermain sebanyak saya saat ini. Jadi saya sangat merasa bersyukur,” kata Harrison.

Meski Pindah, Harrison Masih Akrab dengan Pemain Akademi United

Pindah ke Amerika Serikat bukan berarti meninggalkan kontak atau persahabatan dengan rekan satu timnya dahulu di akademi United. Harrison mengatakan dirinya masih melakukan komunikasi dengan sejumlah temannya di akademi dahulu, seperti Cameron Borthwick-Jackson, Scott McTominay, Demetri Mitchell dan Joe Riley. Di mana nama-nama tersebut telah menjalani debut untuk tim senior United.

Kemudian Harrison jua mengatakan dirinya mengenal Rashford semasa di akademi dahulu. Di mana Rashford saat itu sebenarnya satu tahun di bawah Harrison.

“Marcus Rashford satu tahun di bawah saya tapi biasa bermain dengan kami juga yang lebih tua. Dia memang selalu pemain top di kelas usianya,” kata Harrison.

Dalam kesempatan yang sama Harrison jua memberikan pujiannya terhadap Rashford yang kini meraih sukses di usia mudanya. Menurut Harrison, Rashford menggunakan kesempatan yang diberikan dengan sangat baik.

“Dia telah bermain dengan sangat baik sejak saat itu (debut) dan kamu bisa lihat dia menggunakan kesempatan itu dengan sangat baik,” jelas Harrison.

‘Makin Sulit Pemain Akademi Tembus Tim Utama’

Kisah Rashford bukanlah hal yang umum terjadi pada pemain-pemain akademi United. Bisa dilihat dari cerita Harrison dan sejumlah pemain muda lainnya yang memilih jalur yang berbeda. Namun kesuksesan tetap bisa diraih meski tidak bermain di Inggris, seperti Harrison. Apalagi menurut ESPN FC, kini Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) jua berharap para pemain muda Inggris lainya mengikuti jejak Harrison untuk bermain di luar Liga Inggris.

“Tren sepakbola saat ini sudah berubah, kamu bisa lihat klub-klub hanya membeli pemain top. Mereka rela mengucurkan uang banyak dan hal itu membuat pemain akademi semakin sulit. Apalagi mereka yang telah ada di sana dari umur 6 tahun.”

“Jadi jelas semakin sulit dan saya tidak akan kaget jika banyak pemain yang akhirnya pergi ke luar Inggris dan mencoba opsi yang lain,” tutup Harrison.

Sumber : ESPN FC