Wilfried Zaha adalah pemain yang bergabung dengan Manchester United seharga 10 juta paun pada 2013 dari Crystal Palace. Namun, kariernya tidak sesuai ekspektasi, dan justru dilabeli sebagai pemain yang gagal bersinar di Old Trafford.

Kendati begitu, Zaha telah berjuang untuk mengembalikan bentuk permainannya, dan pada akhirnya ia pun bergabung kembali dengan Crystal Palace dua tahun setelah berlabuh di Manchester.

Di sisi lain, pemain asal Inggris itu telah menggambarkan apa yang sudah dialaminya selama di Manchester United. Ia mengatakan bahwa ia selalu merasa sendirian, dan ia juga merasa seperti berjuang tanpa dukungan di sana.

Zaha sendiri hanya membuat empat penampilannya untuk United setelah bergabung dengan klub tersebut pada 2013. Padahal sebelumnya pemain itu di elu-elukan sebagai salah satu talenta muda paling menjanjikan di Inggris.

Pemain sayap itu adalah pemain terakhir yang didatangkan Sir Alex Ferguson sebagai manajer The Red Devils pada Januari 2013, tetapi ia menghabiskan sisa musim itu dengan dipinjaman ke Crystal Palace –klub yang diperkuatnya sebelum bergabung dengan United– dan lalu Ferguson memutuskan pensiun di musim panas. Maka dari itu, Zaha tidak sempat merasakan era kepelatihan Fergie di United.

Setelah itu, David Moyes mulai bertanggung jawab untuk menggantikan Sir Alex Ferguson guna melatih Setan Merah di Old Trafford. Zaha kemudian berjuang untuk membuat dampak positif agar menjadi pemain reguler di klub. Namun, ia malah menghabiskan kariernya di musim itu dan musim berikutnya dengan dipinjamkan ke Cardiff dan Crystal Palace.

Pada akhirnya, Wilfried Zaha merasa tak ada harapan di United, dan ia direkrut kembali ke Selhurst Park –kandang Crystal Palace– dengan harga 3,5 juta paun pada 2015. Sejak saat itu, ia mulai menjadi pemain kunci untuk Palace dan berkembang seiringan waktu bermain reguler yang ia peroleh di klub dan tim nasionalnya.

Zaha telah belajar dari pengalamannya di Old Trafford. Maka dari itu, pemain berusia 25 tahun tersebut lebih memilih untuk mewakili Pantai Gading daripada Inggris, dan telah mencetak dua gol dalam delapan pertandingan bersama Pantai Gading.

Menyikapi perjalanan kariernya tersebut, dalam sebuah wawancara dengan ShortList, Zaha kemudian berbicara tentang kesulitan yang ia alami di United dan bagaimana ia berjuang untuk beradaptasi dengan pengalamannya di Manchester yang sudah membuatnya jauh dari keluarganya.

“Jelas, tidak mudah bagi saya untuk pergi ke United. Walau saya tidak diberi pilihan sulit untuk diambil. Saya tidak menyesali apa pun, karena pengalaman saya di sana membuat saya lebih kuat. Saya merasa seolah-olah saya bisa menghadapi apa saja sekarang. Saya sudah melalui begitu banyak hal dengan United,” ungkap Wilfried Zaha.

“Ada desas-desus bahwa alasan saya tidak bermain untuk United adalah karena saya tidur dengan putri David Moyes. Dan semua ini menjadi lebih panas karena tidak ada seorang pun yang mengenal saya ketika masih di United berusaha untuk menyelesaikannya.”

“Jadi saya bertarung dengan sendirian dengan hal ini. Saya merasa sendirian, dan rumor itu tidak benar. Saya berurusan dengan persoalan ini di umur saya yang masih 19 tahun, lalu saya tinggal di Manchester sendiri, dan saya tidak memiliki orang dekat. Bahkan, saya sangat jauh dari keluarga saya. Ini lumayan sulit bagi saya.”

Situasi sulit yang dialami Wilfried Zaha itu terus bertambah berat setiap harinya, dan bahkan semakin lengkap dengan perlakuan United terhadap dirinya. Ini bukanlah tuduhan semata karena kenyataannya Zaha tidak dihargai dan tidak difasilitasi oleh salah satu klub besar Premier League tersebut selama dua musim kariernya.

“Mereka (Manchester United) tidak menghargai saya, dan bahkan mereka tidak memfasilitasi saya. Mereka tidak memberi saya mobil, ya, tidak seperti pemain lain. Tidak ada sama sekali fasilitas baik untuk saya. Saya seperti tinggal di ‘neraka’ ini sendirian, jauh dari keluarga saya, dan saya berpikir, saya tidak akan kuat untuk melanjutkannya,” jelas Zaha.

“Ketika saya berada di United, saya punya uang, akan tetapi saya masih begitu sedih dan depresi. Orang-orang mengira hidup saya berbeda karena saya punya uang. Saya memang mendapat ketenaran dan uang, tapi hal inilah yang menjadikan mereka tidak memperlakukan saya dengan baik.”

“Sekarang, saya mungkin tidak mendapatkan karpet merah atau kesepakatan spesial dengan Nike yang sama seperti ketika saya masih bermain untuk Inggris, namun yang jelas saya lebih merasa baik sekarang. Saya sudah bahagia bermain dengan dicintai, dan inilah yang saya inginkan. Tidak ada yang lain.”

Sumber: Manchester Evening News